Harianjogja.com, SLEMAN—Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa menyebut pendidikan vokasional menjadi bagian penting untuk mengisi tenaga kerja terampil di Indonesia.
"Hari ini kami dari Bappenas mengunjungi Sekolah Vokasi UGM, perkembangannya cepat sekali luar biasa dan Bappenas mengikuti perkembangan dari sekolah vokasional ini," kata Suharso pada Selasa (26/9/2033) di Sekolah Vokasi UGM.
Baca Juga: Pendidikan Vokasi Siapkan Peserta Didik Hadapi Era Perubahan yang Cepat
Pendidikan vokasi dinilai Suharso mendekatkan penguasaan ilmu pengetahuan secara teoritis yang bisa dipertanggungjawabkan langsung dengan penerapannya. Kemampuan itu kata Suharso ada pada peserta didik yang muaranya para mahasiswa dengan mudah bisa berkecimpung dalam praktik-praktik di masyarakat.
"Ini penting sekali, karena seperti saya tadi sampaikan, Indonesia itu kekurangan tenaga tenaga yang ahli di tingkat di tengahnya," ungkapnya.
Tenaga yang ada lanjut Suharso, berada pada tingkat bawah dan tingkat atas. Sementara di posisi tengah ini lah yang dinilai kasih kekurangan tenaga. "Jadi dia enggak menyentuh di realitas dari industri yang kita perlukan," lanjutnya.
"Dan ini in line dengan kekurangan sumber daya manusia kita untuk mendukung mengembalikan kontribusi dari sektor industri manufaktur kita terhadap PDB yang sekarang masih di bawah 20 persen. Itu antara lain juga karena kekurangan dari tenaga kerja-tenaga kerja terampil sifatnya itu ahli," tegasnya.
Apalagi untuk menyongsong Indonesia emas 2045, Bappenas jelas Suharso menggunakan pendekatan Human Capital Index. Di mana terjadi internalisasi dari kapasitas sumber daya manusia Indonesia.
"Jadi kita tidak lagi menggunakan misalnya Human Development Index yang kadang kala membuat kita jadi bias terhadap kapasitas sumber daya manusia kita," lanjutnya.
Baca Juga: Kemendikbud Gandeng Kampus Vokasi Perkuat Ekosistem Kemitraan dan Inovasi Berbasis Potensi Daerah
Dari kunjungannya ke UGM, Suharso akan membangun kerja sama dengan UGM, khususnya dengan Sekolah Vokasi perihal manajeman risiko untuk infrastruktur publik. "Kalau bisa menjadi satu jurusan baru suatu program studi baru di sekolah vokasional ini," ungkapnya.
Dekan Sekolah Vokasi (SV) UGM, Prof. Agus Maryono menjelaskan dalam kerja sama yang dijalin, UGM didorong untuk membangun sebuah program studi baru terkait manjemen risiko infrastuktur.
"UGM diminta untuk membuat prodi yaitu prodi untuk penanggulangan risiko pembangunan. Itu akan kita pikirkan untuk segera kita buat, prodi S2 mungkin itu," jelasnya.
Selain itu SV UGM kata Agus juga didorong untuk menjadi pusat pengembangan pendidikan vokasional. Supaya anak didik tidak hanya menguasai teori dan praktik namun juga menguasai aspek penyelesaian masalahnya. "Itu yang diperlukan bangsa ini," ujarnya.