Advertisement
Deflasi Jogja Lebih Dalam Daripada Jateng, Ini Penyebabnya

Advertisement
Harianjogja.com, SEMARANG—Bank Indonesia mencatat wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami deflasi secara bulanan pada Agustus 2025.
Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,10% (month-to-month/mtm) setelah mengalami inflasi sebesar 0,18% (mtm) pada Juli 2025. Sementara itu, DI Yogyakarta mencatatkan deflasi bulanan yang lebih dalam, yaitu 0,24% (mtm).
Advertisement
"Berdasarkan kota IHK, Kota Yogyakarta pada Agustus 2025 mengalami deflasi bulanan sebesar 0,21% (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,28% (yoy). Sedangkan Kab. Gunungkidul tercatat mengalami deflasi sebesar 0,27% (mtm) sehingga inflasi tahunan mencapai 2,33% (yoy)," jelas Sri Darmadi Sudibyo, Kepala Perwankilan BI Provinsi DI Yogyakarta, dikutip Kamis (4/9/2025).
BACA JUGA: BPS: Deflasi Agustus 2025 Tercatat 0,08 Persen
Penurunan harga utamanya terjadi pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau. Sri Darmadi menyebut, penurunan harga pada komoditas tomat dan cabai rawit disebabkan oleh ketersediaan pasokan dari daerah produsen.
Sementara itu, untuk komoditas telur ayam ras, dilaporkan terjadi penurunan permintaan konsumen di tengah terpenuhinya pasokan dari level peternak. Di Jawa Tengah, penurunan harga pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau juga menjadi pemicu deflasi.
Nita Rachmenia, Plh. Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Tengah, pada Rabu (3/9/2025) menyampaikan bahwa penurunan harga utamanya disumbang oleh komoditas cabai rawit. "Seiring dengan masuknya masa panen di Kabupaten Temanggung, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Magelang," jelasnya.
BACA JUGA: Pos Polisi Pingit Dilempar Bom Molotov, Polresta Jogja Masih Lakukan Penyelidikan
Komoditas tomat dan bawang putih juga ikut mengalami deflasi. Bersama dengan komoditas telur ayam ras, daging ayam ras, serta komoditas beras yang telah melewati periode puncak panen raya.
"Deflasi lebih lanjut diredam oleh Kelompok Pendidikan yang mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,06% (mtm), seiring dengan memasuki tahun ajaran baru 2025/2026 pada Agustus 2025 untuk jenjang perguruan tinggi. Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok tersebut adalah biaya Akademi/Perguruan Tinggi, serta biaya Sekolah Dasar seiring dengan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan/atau biaya pendaftaran ulang disejumlah perguruan tinggi," jelas Nita.
Untuk menjaga laju inflasi di rentang sasaran 2,5±1%, BI terus berupaya melakukan koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) setempat. Di Jawa Tengah, program pengendalian inflasi difokuskan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi komoditas.
Sementara di DI Yogyakarta, penguatan Kerja sama Antar Daerah (KAD) menjadi salah satu strategi yang diambil BI demi memastikan pemenuhan kebutuhan pangan strategis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kompolnas Datangi RSUP Dr Sardjito, Jenguk Polisi Terluka
- Pembangunan RS Pratama Patuk Dilanjutkan dengan Anggaran Rp3,4 Miliar
- Jembatan Apung Sungai Progo Masih Beroperasi, Kendaraan Lewat Dibatasi
- Sering Kecelakaan, Jalan Sleman-Gunungkidul Butuh Penambahan Rambu
- KAI Beri Diskon Tiket Kereta 20 Persen di September 2025
Advertisement
Advertisement