Advertisement
Pelaku Ekspor Bantul Cari Pasar Baru Imbas Kebijakan Ekonomi AS

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL — Pelaku usaha ekspor di Kabupaten Bantul mulai mencari target pasar baru di luar Amerika Serikat (AS) menyusul ketidakpastian kebijakan tarif impor di Negeri Paman Sam. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi potensi dampak ekonomi akibat penyesuaian tarif dan situasi penghentian operasional (shutdown) pemerintah AS yang hingga kini belum berakhir.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Kabupaten Bantul, Tutik Lestariningsih, mengatakan bahwa sejauh ini dampak langsung dari situasi tersebut belum terasa, karena kebijakan baru tersebut masih berlaku belum lama. Meski demikian, pelaku ekspor di Bantul telah mulai bersiap dan menjajaki pasar alternatif di berbagai negara.
Advertisement
“Karena penghentian operasional pemerintahnya belum lama, mungkin dampaknya belum terasa. Namun pelaku ekspor Bantul sudah mulai mencari solusi dengan menjajaki peluang pasar lain di luar Amerika,” ujar Tutik, Jumat (10/10/2025).
Menurut Tutik, Amerika Serikat masih menjadi tujuan ekspor terbesar bagi Bantul, terutama untuk produk garmen dan kerajinan. Namun, dengan ketidakpastian ekonomi global, banyak pelaku usaha kini memperluas jaringan ke negara-negara lain melalui pameran internasional yang difasilitasi DKUKMPP.
BACA JUGA
“Dari pameran-pameran itu, pelaku usaha bisa bertemu langsung dengan pembeli dari berbagai negara. Kalau produknya cocok, mereka bisa langsung membuka pasar baru,” jelasnya.
Selain memperluas pasar luar negeri, pelaku usaha juga memperkuat jaringan di pasar domestik. Produk yang semula difokuskan untuk ekspor kini mulai ditawarkan ke sektor perhotelan, pariwisata, dan retail dalam negeri.
“Banyak pelaku usaha memperluas jaringan di pasar dalam negeri. Produk yang sama tetap bisa diterima karena selera konsumennya mirip,” kata Tutik.
Ia juga optimistis capaian ekspor Bantul pada 2025 ini masih berjalan sesuai target dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan yang mengkhawatirkan. Evaluasi lebih mendalam akan dilakukan pada akhir tahun.
“Ekspor kami dua tahun terakhir selalu melebihi target. Untuk 2025 ini, targetnya sebesar 119 juta dolar AS. Nanti akan kami lihat apakah perang tarif dan shutdown AS berdampak signifikan atau tidak. Yang jelas kami tetap optimistis,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa Indonesia dan AS masih belum merampungkan rancangan kesepakatan penurunan tarif impor dari 32% menjadi 19%. Penyusunan dokumen final tersebut tertunda karena penghentian operasional pemerintahan AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya
Advertisement
Berita Populer
- Sleman Fokus Turunkan Stunting Lewat Program GENTING
- Warga Rejowinangun Jadi Teladan Pengelolaan Sampah Jogja
- Anggaran Transfer ke Daerah 2026 Bantul Dipangkas Rp157 Miliar
- DIY Catat Prevalensi Penyakit Jantung Lampaui Angka Nasional
- Pengelola Wisata Air di Gunungkidul Diminta Waspada Selama Musim Hujan
Advertisement
Advertisement