Advertisement
Berdasar Penelitian Dinkes, Puluhan Siswa SMP di Sleman Alami Gangguan Jiwa
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Sejumlah siswa SMP di Kabupaten Sleman mengalami masalah psikososial atau gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan sampling yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, dari 390 siswa yang diperiksa sebanyak 96 siswa atau 24,62% mengalami masalah psikososial.
Kepala Dinkes Sleman, Joko Hastaryo, mengatakan data tersebut didukung hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang menempatkan DIY pada urutan kedua setelah Bali dalam jumlah gangguan jiwa secara nasional. Ia mengatakan prevalensi gangguan jiwa berat atau rumah tangga yang mempunyai penyakit skizofrenia di DIY mencapai 10%, lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai 9,8%.
Advertisement
"Secara global gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin meningkat atau semakin banyak. Oleh karena itu langkah antisipasi salah satunya melalui sekolah sehat jiwa harus dilakukan. Langkah menyebarluaskan kesadaran hidup sehat termasuk sehat jiwa terus kami lakukan," kata Joko, Rabu (12/12/2018).
Ia mengatakan dari hasil sampling Dinkes Sleman yang mengatakan 24,62% atau 96 orang dari 390 siswa SMP mengalami masalah psikososial, Dinkes menindaklanjutinya dengan pemeriksaan dan dilanjutkan dengan penanganan untuk mengurangi tingkat masalah gangguan kesehatan jiwa.
Joko mengatakan jajarannya mencanangkan Sekolah Sehat Jiwa di SMPN 1 Seyegan, Rabu. Pada 2017 Dinkes Sleman juga mencanangkan Sekolah Sehat Jiwa di SMPN 2 Kalasan. "Upaya yang dilakukan di sekolah yaitu pengembangan kesehatan jiwa berupa bimbingan, pelatihan keterampilan sosial dan tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan jiwa. Pendidikan kesehatan jiwa meliputi perkembangan fisik dan jiwa sesuai kelompok usia peserta didik," ujar Joko.
Kepala SMPN 1 Seyegan, Rini Trimurti, mengatakan berdasarkan proses survei yang dilakukan oleh Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dari semua siswa di SMPN 1 Seyegan ada 18 siswa yang mengalami gangguan psikis. "Kalau saya lihat di beberapa kasus ada yang latar belakang ekonomi kurang, ada juga karena kasus orang tua yang berpisah. Ketika ada gangguan psikis, perlu penanganan guru Bimbingan dan Konseling," ujarnya.
Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, mengatakan sekolah mempunyai peran penting dalam mencegah gangguan jiwa. Namun, menurutnya Muslimatun, sekolah dibebankan pada kurikulum yang hanya membebankan pada ranah akademik. "Fokus sekolah dalam pemberdayaan anak agar dapat berfungsi secara baik pada hubungan sosial belum terumuskan secara optimal," kata Muslimatun, Rabu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- 26 Pelaku Prostitusi Ditangkap Polres Klaten saat Operasi Pekat Candi 2024
- Menilik Kesuksesan Kaliwedi Sragen Kembangkan Agrowisata hingga Waterboom
- BPJPH Bersama Industri dan Designer Luncurkan Indonesia Global Halal Fashion
- MWA UNS Solo Bentuk Panitia Pemilihan Rektor Periode 2024-2029, Ini Susunannya
Berita Pilihan
Advertisement
Jelang Lebaran, PLN Hadirkan 40 SPKLU Baru di Jalur Mudik untuk Kenyamanan Pengguna Mobil Listrik
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Lokasi dan Waktu Penukaran Uang Baru di Jogja dan Sekitarnya, Berikut Caranya
- Simak Jadwal Pekan Suci 2024 Gereja Katolik di Jogja
- Rekomendasi Makanan Takjil Tradisional di Pasar Ramadan Kauman Jogja
- Dukung Kelestarian Lingkungan, Pemda DIY Mulai Terapkan Program PBJ Berkelanjutan
- BREAKING NEWS: Gempa Bumi Magnitudo 5 Guncang DIY, Ini Lokasi Pusatnya
Advertisement
Advertisement