Advertisement

Pembangunan Infrastruktur DIY Harus Dikebut.

Ujang Hasanudin
Kamis, 22 Februari 2018 - 23:40 WIB
Bhekti Suryani
Pembangunan Infrastruktur DIY Harus Dikebut.

Advertisement

Pembangunan infrastruktur untuk menunjang pariwisata.

Harianjogja.com, JOGJA--Pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata harus dipercepat untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan ketimpangan sosial di DIY. Demikian disampaikan Guru Besar Ilmu Ekonomi Univeritas Gadjah Mada (UGM), Mudrajat Kuncoro dalam diskusi Menuju Jogja Keren dan Ngangeni di Bilik Kayu Heritage Resto, Jalan Timoho, Kamis (22/2/2018).

Advertisement

Selain Mudrajat Kuncoro, diskusi yang digelar Jogja Pro itu juga menghadirkan Kepala Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Pemda DIY, Sugeng Purwanto; Pakar Hukum Agraria, Suyitno; dan Antropolog Bambang Hudayana. Diskusi ini dihadiri sekitar 120 orang dari warga, mahasiswa, dan awak media.

Mudrajat mengatakan sejak 2010-2016 DIY hanya menyumbang 0,9% perekonomian nasional. Sumbangan terbesar adalah DKI Jakarta sebesar 17%. Saat bersamaan ketimpangan di DIY nomor satu nasional. Perekonomian DIY selama ini ditopang dari Sleman dan Jogja sebanyak 60%, Kulonprogo hanya 7,5% dan Gunungkidul 15%.

Sugeng Purwanto mengakui pertumbuhan ekonomi di DIY belum ideal dan ketimpangan ekonomi wilayah cukup tinggi. Terutama wilayah tertinggal di Gunungkidul dan Kulonprogo. Kedua wilayah tersebut menjadi target utama sasaran pembangunan infrastruktur untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Sugeng mengatakan hanya ada tiga penopang perekonomian di DIY, yakni budaya, pariwisata, dan pendidikan. Pihaknya sudah menyiapkan menyiapkan tujuh prioritas pembangunan dari untuk menunjang pariwisata, yakni wisata Kraton-Malioboro dan sekitarnya, Prambanan-Ratu Boko dan sekitarnya, Lereng Merapi, Kars Gunungsewu, Parangteritis-Depok-Kuwaru, Pegunungan Menoreh, Kasongan-Tembi-Wukirsari dan sekitarnya.

Pembangunan di pegunungan bukit menoreh untuk menyongsong adanya New Yogyakarta International Airport (NYIA). Sugeng tidak ingin adanya bandara baru di Kulonprogo dan akses tol menuju Borobudur Jawa Tengah, sekitar menoreh hanya menjadi pelintasan karena wisatawan dari NYIA langsung ke Borobudur, "Maka harus disiapkan agar sekitar menoreh punya daya tarik untuk wisatawan," ujar Sugeng.

Pengembangan jala strategis untuk mendukung pariwisata juga sudah disiapkan di antaranya peningkatan Jalan Wates-Temon, Jalan Jogja-Bantul-Serandakan-Ngremang-Temon, Jogja Outer Ringroad, dan Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS).

Kemudian juga peningkatan Jalan Sentolo-Nanggulan-Klanong, Jalan Prambanan-Lemahbang-Ngalang-Gading-kawasan Geopark Gunungkidul serta pengembangan jalan pendukung budaya di sepanjang Selokan Mataram.

Sugeng menyatakan perkembangan pariwisata di DIY yang cukup pesat sudah mampu bersaing dengan pariwisata di berbagai negara. Pada 2019 mendatang DIY menargetkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY sebanyak 20 juta orang, berkali lipat dari capaian 2014 lalu sebanyak sembilan juta orang.

Wisatawan mancanegara selama ini didominasi dari Belanda, Jepang, Malaysia, Prancis, Jerman, AS, Singapura, Australia, Cina, dan Korea Selatan. "Penyelenggaraan pengembangan even kebudayaan dan kesenian taraf internasional dilakukan dengan penguatan jejaring pemda, pemerintah pusat, akademisi, komunitas, masyarakat, dan swasta," papar Sugeng.

Sementara itu, Bambang Hudayana mengatakan DIY memiliki ciri khas budaya yang berbeda dengan daerah lain. Kearifan lokal yang sangat kental dapat dimanfaatkan sebagai upaya dalam peningkatan pariwisata. Sehingga ketersediaan infrastruktur dan moda transportasi melalui Bandara Baru Internasional Yogyakarta di Kulon Progo dapat menjawab kebutuhan masyarakat dari beragam sektor.

“Meningkatnya jumlah pengunjung menuju DIY dengan kehadiran NYIA sebaiknya dijadikan momentum bagi masyarakat dan pemerintah untuk memperkuat kelestarian kearifan seperti UMKM pada sektor makanan dan pakaian” ungkap Bambang.

Diskusi yang berlangsung sekitar tiga jam ini berjalan lancar. Diskusi ini rencananya akan terus berlanjut sebagai wadah bagi warga dan masyarakat untuk mengetahui rencana pembangunan DIY ke depan. Forum tersebut juga untuk menjawab kekhawatiran-kekhawatiran yang dirasakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement