Advertisement
Jogja Akan Bertambah Macet
Advertisement
Tiga tahun lalu, BPS mencatat jumlah kendaraan bermotor sebanyak 2,2 juta
Harianjogja.com, JOGJA-Dengan jumlah kendaraan yang terus bertumbuh, sementara panjang dan lebar jalan relatif tetap, kemacetan di Jogja sudah dan kemungkinan terus bertambah hebat. Tiga tahun lalu, BPS mencatat jumlah kendaraan bermotor sebanyak 2,2 juta dan tumbuh 7% per tahun. Sementara, lebar jalan muskil ditambah.
Advertisement
Bertambahnya kemacetan di Jogja terlihat dalam laporan Inrix, perusahaan analisis transportasi yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, akhir bulan lalu. Menurut Inrix Global Scorecard 2017, kemacetan di Jogja berada di urutan ke-60 dari 1.360 kota di dunia. Tahun lalu, kemacetan di Jogja ada di urutan ke-86 secara global. Di Indonesia, kemacetan di Jogja ada di urutan keempat dari 15 kota yang ada dalam indeks Inrix.
Waktu yang terbuang percuma di jalanan akibat kemacetan di Jogja adalah 45 jam per tahun, sama dengan Malang di urutan ketiga dan Padang di urutan keempat. Pada jam sibuk, persentase kemacetan di Jogja sebesar 27%, lebih tinggi daripada Jakarta yang persentase kemacetan pada jam sibuk sebesar 24%.
Menurut Arif Wismadi, perbaikan mobilitas manusia harus dilakukan dalam dua cara. Dalam jangka pendek, pemerintah perlu membatasi kendaraan yang mengaspal di jalan. Saat ini, rasio penggunaan sepeda motor adalah 1 : 1 atau satu kendaraan untuk satu orang, sedangkan mobil dengan kapasitas empat sampai tujuh tempat duduk adalah 1 : 2 atau satu mobil untuk dua orang.
http://m.harianjogja.com/?p=900044">Baca juga : Kerugian Karena Macet Dirasakan Publik
Jika rasio itu bisa dinaikkan sehingga jumlah penumpang dalam satu kendaraan bisa dinaikkan, jam yang dibahiskan di jalanan bakal merosot drastis. “Teknologi untuk berbagi tumpangan sudah familier di masyarakat, sehingga sebenarnya secara sosial masyarakat Jogja sudah siap,” ucap dia.
Ihwal yang dibutuhkan adalah kebijakan pemerintah untuk menyediakan sebagian lajur jalan untuk mengutamakan kendaraan yang berbagi tumpangan. “Misalnya sebaran pusat perbelanjaan dan restoran yang sudah merata bisa dijadikan tempat drop-off dan menunggu,” kata dia.
http://m.harianjogja.com/?p=900041">Baca juga : Rp9,3 Miliar Dibuang per Hari Gara-Gara Macet
Transportasi publik juga harus terus ditata dan diperbaiki agar menjadi pilihan khalayak. Dalam jangka panjang, ikhtiar mengurangi kemacetan adalah mengubah struktur kota.
Saat ini Kota Jogja cenderung berkembang secara horisontal dan menurut Arif, ke depan Kota Jogja harus dikembangkan secara vertikal. “Wilayah perkotaan harus dikembangkan sehingga permukiman, kantor, sekolah, dan tempat rekreasi terjangkau dengan jalan kaki,” ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Danantara Bidik Industri Media dan Hiburan untuk Tambah Penerimaan Negara
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Targetkan Bangun 120 Kilometer Jalan Desa Setiap Tahun
- Gunungkidul Raup Rp214 Juta dalam 2 Hari Kunjungan Wisatawan, Destinasi Pantai Tetap Jadi Favorit
- Catat! Ini Jalur Trans Jogja, Melewati Tempat Wisata, Rumah Sakit dan Kampus
- Di Kulonprogo, Ditemukan Banyak Calon Penerima BSU Rekeningnya Tidak Aktif
- Top Ten News Harianjogja.com Senin 30 Juni 2025: Kunjungan Wisatawan, Impor Sapi hingga Muhammadiyah Bencana Buka Bank Syariah
Advertisement
Advertisement