Advertisement
Warga Pesisir Selatan DIY Diminta Tidak Panik Menanggapi Potensi Tsunami

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL--Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul meminta masyarakat yang tinggal di pesisir pantai selatan Bantul tidak perlu panik dan khawatir berlebihan menanggapi informasi hasil kajian Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) terkait gempa dan tsunami di laut selatan Jawa.
Sebelumnya pakar tsunami dari BPPT, Widjo Kongko sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dari Cilacap hingga Jawa Timur berpotensi diguncang gempa bumi bermagnitudo 8,5 hingga 8,8. Gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami setinggi 20 meter di sepanjang pantai selatan Jawa dari Cilacap hingga Jawa Timur.
Advertisement
Bahkan di Tulungagung, Jawa Timur sempat beredar hoaks tsunami dan memicu kepanikan warga pesisir Pantai Sine pada Jumat (12/7/2019) malam. Hoaks tentang tsunami juga sempat mengiringi kedatangan tim Ekspedisi Destana (Desa Tangguh Bencana Tsunami) yang digelar BNPB di sepanjang pesisir selatan Jawa, mulai pesisir Banyuwangi di Jatim hingga pesisir Pandeglang di Banten.
Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto menyatakan informasi yang disampaikan Widjo Kongko secara ilmiah memang benar. Namun ketepatan waktunya tidak bisa diprediksi. Karena itu masyarakat diminta untuk tidak panik. Menurut dia, informasi tersebut perlu menjadi perhatian masyarakat untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan.
“Peringatan yang disampaikan oleh para ahli gempa dan tsunami menjadi perhatian untuk selalu waspada dan siaga menghadapi segala macam potensi bencana termasuk tsunami. Tak boleh lalai. Masyarakat harus semakin siaga,” kata Dwi, di sela-sela upacara Hari Ulang Tahun (HUT) Bantul ke-188 di Lapangan Trirenggo, Bantul, Sabtu (20/7/2019).
Dwi menyatakan BPBD Bantul akan meningkatkan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat pesisir selatan dalam penyelamatan menghadapi bencana gempa dan tsunami. Dalam waktu dekat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan sejumlah pihak akan melakukan ekspedisi Desa Tanguh Bencana Tsunami di pantai selatan dari Banyuwangi hingga Banten. Bantul menjadi salah satu yang perlu diperkuat.
Rencananya pelatihan dari BNPB, kata Dwi, akan digelar seharian yang dipusatkan di Poncosari Srandakan, Bantul, pada 27 Juli mendatang. ia berharap pelatihan tersebut semakin meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. “Tidak perlu ketakutan, sepanjang masyarakat siap, tidak akan menjadi masalah,” ujar Dwi.
Lebih lanjut Dwi Daryanto juga memastikan semua alat peringatan atau erarly warning system (EWS) untuk menginformasikan jika terjadi tsunami juga sudah terpasang sebanyak 37 di sepanjang pantai selatan Bantul. Bahkan EWS juga tersambung ke puluhan masjid di pemukiman warga. Selain itu rencananya radar tsunami juga akan dipasang di Parangtritis.
Pemasangan radar tsunami tersebut merupakan kerjasama pemerintah Jepang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Universitas Gadjah mada (UGM). Radar tsunami itu akan memantau pergerakan air laut. Ketika ada ada pergerakan yang berpotensi terjadinya gelombang besar maka BMKG akan menyampaikan informasi tersebut melalui BPBD, kemudian dilanjutkan melalui EWS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Menteri PU Targetkan 66 Sekolah Rakyat Dapat Diresmikan Prabowo Juli 2025
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Warga Tangkap Terduga Pelaku Pelecehan Seksual Anak di Semin Gunungkidul
- Petugas BPBD Bantul Evakuasi Pekerja yang Tersengat Listrik di Banguntapan
- Belasan Peserta Seleksi PPPK Tahap II di Sleman Gugur Tanpa Lalui Seleksi Kompetensi
- Pria Paruh Baya Tersengat Listrik Saat Tengah Bekerja di Banguntapan Bantul
- Pembangunan Jalan Alternatif Sleman-Gunungkidul Segmen B Segera Dimulai, Pagu Rp73 Miliar
Advertisement