Advertisement
Dinas Perdagangan Bantul Genjot Munculnya Eksportir Baru
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Perdagangan (Disdag) Bantul terus berupaya menggenjot pertumbuhan eksportir baru. Para pelaku usaha diminta tidak ragu mengekspor produk secara mandiri dan tidak tergantung pada broker.
“Pengusaha yang biasa menitip ke perusahaan besar [mengekspor lewat broker] diharapkan bisa ekspor mandiri untuk meningkatkan pendapatan mereka,” kata Kepala Dinas Perdagangan Bantul, Sukrisna Dwi Susanta, saat membuka Pelatihan Manajemen Perdagangan Luar Negeri (MPLN) di aula Disdag Bantul, Senin (7/10/2019).
Advertisement
Dalam pelatihan itu ada 30 pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang jadi peserta. Dari total 30 orang itu, kebanyakan merupakan pelaku usaha dari sektor kerajinan.
Sukrisna mengatakan banyak pelaku UKM yang produknya sudah ekspor namun masih menitipkan pada perusahaan besar. Alasannya berbagai macam mulai dari belum percaya diri hingga syarat administrasi ekspor yang belum terpenuhi.
Itulah sebabnya, Pemkab berkewajiban mendorong tumbuhnya para eksportir baru, salah satunya melalui pelatihan untuk meningkatkan nilai ekspor dan memperluas jaringan pemasaran produk UKM Bantul. “Saat ini ada sekitar 70 perusahaan eksportir di Bantul. Sebagian besar produk yang diekspor adalah kerajinan kayu, mebeler, kerajinan rotan, tas, tembaga, dan keramik,” ucap dia.
Berdasarkan data Disdag Bantul, nilai ekspor dari Bantul dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan tahun lalu peningkatan nilai ekspor cukup signifikan, yakni mencapai US$206,5 juta atau setara Rp2,9 triliun dengan volume ekspor mencapai 32,4 juta kilogram.
Terkait dengan sasaran ekspor produk pada tahun lalu, Sukrisna mengatakan ada sekitar 85 negara, dengan dominasi pengiriman ke ke Belanda, Italia, Jerman, dan Prancis.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan, Dinas Perdagangan Bantul, Agus Riyadmadi mengatakan meski nilai ekspor terus meningkat dan volume ekspor juga meningkat, namun pertumbuhan eksportir baru belum signifikan. “Artinya banyak produk pelaku usaha kecil dan menengah yang diekspor melalui perusahaan besar. Ini yang masih menitipkan kami arahkan agar mandiri,” kata Agus.
Untuk mengatasi berbagai hambatan yang dialami para pelaku usaha dalam pengeksporan produk, dinasnya menghadirkan sejumlah narasumber yang berkaitan dengan manajemen perdagangan luar negeri, di antaranya Theresia Sumartini dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY; Joko Santoso dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B DIY; Agus Nugroho dari KPP Pratama); dan Lestari Widodo dari Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Rakyat Indonesia (APIKRI).
Marketing APIKRI Lestari Widodo mengatakan pelaku usaha harus bisa menempatkan posisinya, antara produsen, broker, atau trader. Posisi tersebut, kata Widodo, berpengaruh pada penentuan harga produk. “Era keterbukaan saat ini kepastian harga menjadi mutlak, harus transparan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Warga Kulonprogo Ajukan Gugatan Disebut Nonpribumi Saat Balik Nama Sertifikat, Sidang Ditunda Lagi
- Biro PIWPP Setda DIY Gencarkan Kampanye Tolak Korupsi
- Anggota DPR RI Sebut Perlu Ada Honor untuk Pengambil Sampah Rumah Tangga di Jogja
- BPBD DIY Mewaspadai Lonjakan Pembuangan Sampah ke Sungai Imbas TPA Piyungan Ditutup
- Warga Terluka Saat Berdesak-desakan Buang Sampah di Depo Purawisata Jogja
Advertisement
Advertisement