Advertisement
Ayo Lindungi Anak dari Paparan Covid-19
![Ayo Lindungi Anak dari Paparan Covid-19](https://img.harianjogja.com/posts/2021/07/23/1078003/ol-memo-diskusi.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Meski memiliki risiko klinis yang lebih kecil, anak-anak tetap berpotensi menjadi sumber penularan Covid-19 bagi orang di sekitarnya. Pandemi juga berdampak tak langsung bagi kesehatan psikologis anak.
Kedua persoalan ini menjadi bahasan dalam webinar Hari Anak Nasional bertajuk Lindungi Anak dari Covid-19 untuk Menyelamatkan Generasi Indonesia yang digelar Harian Jogja, Jumat (23/7/2021).
Advertisement
Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Mei Neni Sitaresmi menjelaskan saat ini jumlah anak yang terinfeksi Covid-19 semakin bertambah.
“Ada 13 persen proporsi anak yang terinfeksi. Artinya, satu di antara delapan orang yang terinfeksi adalah anak anak. Ada lebih dari 360.000 anak yang terpapar. Meski demikian, dibanding usia lanjut angka kematian lebih kecil karena anak relatif lebih sehat, tidak ada komorbid misalnya obesitas, diabetes, hipertensi dan sebagainya,” ujar perempuan yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis anak di RSUP Dr Sardjito Jogja ini.
Menurutnya, 70% anak yang terinfeksi tidak disertai gejala. Namun hal ini justru menjadi masalah karena rekognisi orang tua terlambat. Tidak segera diketahuinya anak terinfeksi menyebabkan anak bisa jadi sumber penularan bagi lingkungan.
Dengan semakin penuhnya rumah sakit, maka orang tua disarankan untuk merawat anak yang terinfeksi di rumah atau isolasi mandiri jika kondisinya gejala ringan atau tidak bergejala. Gejala ringan meliputi batuk, pilek, demam, diare, muntah dan ruam-ruam.
Kepala Centre for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, Diana Setiyawati mengatakan selain dampak langsung, anak juga mendapatkan dampak tidak langsung dari pandemi Covid-19. Dalam situasi ini, anak mengalami the longest and the darkest effect of pandemic.
“Anak-anak hidupnya masih panjang dan dinamikanya masih banyak. Kita harus waspada kenapa anak tertekan karena mungkin lihat orang tua tertekan, menghindari bahaya yang tak tampak. Di masa pandemi ini imunisasi mungkin juga tertunda,” katanya.
Anak usia dini yang harus belajar online juga kehilangan masa emasnya karena hanya belajar di rumah dan tidak mengenal dunia luar. Untuk mengatasinya, diperlukan kerja sama yang bagus antara orang tua dan sekolah. “Anak kuat dan bahagia kalau sekolah dan orang tua kerja sama melewati pandemi. Sekolah jangan cuma memindahkan pelajaran offline menjadi online, tetapi harus ada strategi khusus,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/27/1182738/bpjs-oll.jpg)
Fraud Rumah Sakit ke BPJS Kesahatan, Dewas: Harus Ditangani dengan Serius
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/24/1182437/taman-ablekambang.jpg)
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- Sebuah Gudang di Bantul Terbakar, Kerugian Materiil Capai Puluhan Juta
- Palestina Tuding Komite Olimpiade Internasional Terapkan Standar Ganda Terhadap Israel
- Jadwal Layanan SIM di Gunungkidul Jumat-Sabtu 26-27 Juli 2024
- Coklit Pilkada 2024 Selesai, Bawaslu Sleman Masih Temukan Pemilih Belum Didata
- Petugas Damkarmat Bantul Evakuasi Seorang Nenek yang Tercebur Sumur, Begini Kondisinya
Advertisement
Advertisement