Advertisement

Ikan Koi Paling Terdampak Bediding

Lugas Subarkah
Jum'at, 06 Agustus 2021 - 02:37 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Ikan Koi Paling Terdampak Bediding Ilustrasi warga memerhatikan ikan di kolam - Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN-Memasuki puncak musim kemarau, pembudidaya ikan mulai merasakan dampak bediding.

Bediding adalah istilah yang digunakan masyarakat Jawa untuk menamai fenomena suhu udara dingin di malam hari saat musim kemarau.

Advertisement

Salah satu pembudidaya ikan Minaraya, Kaliwaru, Kalurahan Selomartani, Kapanewon Kalasan, Sri Hartono, menjelaskan bediding menurunkan suhu air sehingga mempengaruhi kondisi kesehatan pada jenis ikan tertentu. “Yang paling banyak kena ikan Koi, ikan Mas. Ikan Nila juga kena tapi tidak seberapa,” ujarnya, Kamis (5/8/2021).

Ia menuturkan kondisi ikan koi miliknya selama terdampak fenomena ini menunjukkan gejala sakit dengan nafsu makan berkurang, berenang di pinggiran kolam dan akhirnya mati. Fenomena ini kata dia, sering terjadi pada bulan Juli hingga awal September.

Untuk mengatasinya, ia melakukan beberapa hal, seperti mengganti sebagian air kolam agar suhu tidak berubah drastis. Kemudian karena nafsu makan juga berkurang, maka pemberian pakan pun dikurangi. “Dibuat stabil pokoknya kolam, jangan ada perubahan drastis,” ungkapnya.

Meski demikian beberapa jenis ikan tidak terpengaruh adanya fenomena ini. Salah satunya lele yang justru berkembang bagus pada bulan ini. Kondisi akan berlangsung membaik pada bulan September, dimana suhu air sudah kembali lebih hangat.

Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau yakni sekitar Juli hingga September.

Baca juga: Masih 25%, Penurunan Kasus Covid Indonesia Belum Capai Rekomendasi WHO

Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Peternakan Sleman, Suparmono, menjelaskan pada sektor perikanan, suhu rendah di air akan menyebabkan laju metabolisme tubuh ikan berjalan lambat dan nafsu makan ikan menurun, efeknya pertumbuhan akan lambat. Suhu dingin memicu pertumbuhan parasit, bakteri patogen dan virus di air.

“Pada kondisi ini, serangan bakteri maupun virus lebih sering terjadi. Biasanya banyak ditemukan kasus serangan parasit white spot [bintik putih], Aeromonas [bakteri] dan KHV [virus]. KHV menyerang ikan koi dan ikan mas, White spot dan aeromonas seringkali menyerang benih lele, ikan nila dan ikan hias,” katanya.

Keadaan saat ini sampai dengan awal September memicu goncangan suhu udara dan air, suhu malam hari dingin dan suhu siang hari panas. Perubahan suhu mendadak lebih dari 3° celcius menyebabkan ikan stres.

Dampaknya ikan akan berkurang nafsu makannya dan mudah terserang penyakit. Pada kolam yang dalam, goncangan atau perubahan suhu berjalan lebih lambat, sebalikan pada kolam dangkal perubahan lebih cepat.

Sejumlah upaya yang bisa dilakukan pembudidaya ikan antara lain pemberian imunostimulan pada ikan, pengendalian kualitas air, pengurangan padat tebar ikan dan pemberian pakan yang selektif. Perangsangan Imunostimulan dilakukan dengan pemberian vitamin dan pemanfaatan probiotik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

UU DKJ Disahkan, Sebentar Lagi Jakarta Bakal Melepas Status Ibu Kota

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 19:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement