Advertisement
Santri Diberi Pendampingan Produksi Jamu

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--Penggunaan obat tradisional seperti jamu oleh masyarakat semakin meningkat. Hal itu dilakukan selain untuk memelihara kesehatan juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Kefarmasian dan Alat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Agusdini Banun Saptaningsih mengatakan mendorong produksi jamu yang dihasilkan tetap bermutu, higienis dan aman. Selama ini, katanya, jamu diyakini bisa meningkatkan daya tahan tubuh.
Advertisement
Direktorat, katanya memiliki tugas untuk membina usaha jamu gendong dan usaha jamu rakyat. Hal ini penting, katanya untuk membangun ketahanan nasional yang bisa diperoleh dari kemandirian SDM farmasi. Dia setuju jika masyarakat perlu disadarkan untuk terus memelihara kesehatan dengan menggunakan jamu.
"Kalau masyarakat sehat dengan konsumsi jamu maka itu bisa meningkatka ketahanan tubuh. Tentu dengan mengkonsumsi jamu yang bermutu higienis dan aman," katanya di sela kegiatan Sosialisasi Penggunaan Jamu yang Aman, Bermutu dan Bermanfaat Menjaga Kesehatan dan Kebugaran Keluarga di Pondok Pesantren Salafiah Al Qodir, Tanjung, Wukirsari, Cangkringan, Sabtu (11/12).
Dalam hal ini, lanjutnya, Kemenkes melakukan pendampingan bagi santri dan pelaku usaha jamu untuk membuat jamu yang sehat. Termasuk cara bercocok tanam bahan baku jamu seperti jahe, kunyit dan kencur. "Dengan seperti ini diharapkan jamu yang diproduksi bisa higienis, aman dan berkhasiat," katanya.
Bila itu terjadi, lanjut Dini, maka produksi jamu yang banyak di masyarakat diharapkan mampu menggerakkan ekonomi rakyat. Mereka bisa bercocok tanam bahan-bahan jamu seperti jahe, kunyit, kencur dan lainnya. Termasuk bagi santri-santri di pesantren dilatih untuk melakukan itu. "Para santri misalnya dibekali dengan entrepreneurship. Saat lulus nanti, dapat ilmu membuat jamu bisa meningkatkan entrepreneurship," katanya.
Ponpes
Pengasuh PP Salafiah Al Qodir, Tanjung, Wukirsari, KH Masrur Ahmad MZ mengatakan di pondok tersebut sudah lama santri dibekali untuk menanam bahan baku jamu. "Kami peduli dengan apa yang dijalankan pemerintah untuk menanggulangi pandemi. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh tidak harus dengan obat-obatan. Menggunakan jamu juga bisa," katanya.
Kegiatan sosialisasi tersebut digelar di pesantren, katanya, karena pesantren bagian dari masyarakat. Selain itu, keterlibatan pesantren juga untuk meyakinkan masyarakat jika konsumsi jamu halal dan menyehatkan. "Di pondok juga buat jamu. Misalnya gurah atau jamu lainnya. Yang jadi masalah memang izin edar, misalnya harus izin BPOM itu masih belum mudah dilalukan," katanya.
Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sleman Tunggul Biwara mengatakan masyarakat bisa mengolah obat yang ada di sekitarnya untuk dijadikan jamu. Bahkan di Dinkes setiap Jumat kami meminum jamu dengan mengundang pengusaha jamu yang menjadi binaan Dinkes. "Ini bagian promotif untuk menjaga kesehatan masyarakat. Tidak mengandalkan obat. Kami mendukung kegiatan Kemenkes dan ikut membina para pengusaha jamu agar hasilnya tetap higienis, aman dan bermanfaat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Danantara Bidik Industri Media dan Hiburan untuk Tambah Penerimaan Negara
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Targetkan Bangun 120 Kilometer Jalan Desa Setiap Tahun
- Gunungkidul Raup Rp214 Juta dalam 2 Hari Kunjungan Wisatawan, Destinasi Pantai Tetap Jadi Favorit
- Catat! Ini Jalur Trans Jogja, Melewati Tempat Wisata, Rumah Sakit dan Kampus
- Di Kulonprogo, Ditemukan Banyak Calon Penerima BSU Rekeningnya Tidak Aktif
- Top Ten News Harianjogja.com Senin 30 Juni 2025: Kunjungan Wisatawan, Impor Sapi hingga Muhammadiyah Bencana Buka Bank Syariah
Advertisement
Advertisement