Advertisement

Penyelidikan KNKT di Kecelakaan Bukit Bego Bantul: Ada Kesalahan Memindah Gigi, Sopir Tidak Tarik Rem Tangan

Bayu Jatmiko Adi
Rabu, 09 Februari 2022 - 18:12 WIB
Budi Cahyana
Penyelidikan KNKT di Kecelakaan Bukit Bego Bantul: Ada Kesalahan Memindah Gigi, Sopir Tidak Tarik Rem Tangan Kecelakaan bus di Bukit Bego, Jalan Imogiri Mangunan, Bantul, Minggu (6/2/2022). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, SOLO—Penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT terhadap kecelakaan bus pariwisata di Bukit Bego, Imogiri, Bantul, menduga ada kesalahan dalam perpindahan gigi saat bus melaju cepat di jalan menurun dan menikung.

Menurut data KNKT, lebih dari 80% kecelakaan bus dan truk di jalan menurun disebabkan karena penggunaan gigi tinggi. Plt. Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan, saat ditemui di Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Selasa (8/2/2022), mengatakan penyebab kecelakaan seperti di Bukit Bego Bantul kebanyakan bukan karena malfungsi kendaraan, tetapi penggunaan gigi tinggi di jalan menurun.

Advertisement

BACA JUGA: Pria Ini Kehilangan Ayah, Ibu, Anak, dan Neneknya akibat Kecelakaan Maut di Bukit Bego Bantul

Dia menjelaskan berdasarkan investigasi yang dilakukan KNKT beberapa hari terakhir, melalui keterangan saksi, pengemudi bus sempat kesulitan mengerem, kemudian memindahkan perseneling dari gigi 3 ke gigi 2.

“Itu tidak mungkin terjadi. Sebab pasti akan masuk gigi netral. Karena tidak ada otomotif mana pun saat kecepatan tinggi bisa berpindah gigi. Tidak bisa memindahkan gigi dari 3 ke 2, 4 ke 3,  dan sebagainya, pasti akan masuk netral. Kalau mau menurunkan gigi seharusnya sebelum turunan. Pada saat turun tidak mungkin gigi bisa dipindah," kata dia.

Dalam posisi gigi netral, laju kendaraan akan lebih cepat. Sebab, kendaraan yang meluncur di jalan menurun bukan didorong putaran mesin tapi oleh gaya grafitasi. Tanpa digas pun, kendaraan akan melaju dengan kecepatan tinggi di jalan menurun.

Menurut penyelidikan KNKT dalam kecelakaan di Bukit Bego Bantul, saat kecelakaan terjadi, pengemudi belum sempat menarik hand brake atau rem tangan. “Kenapa tidak ditarik, mungkin panik. Saya tidak bisa tanya karena pengemudi sudah meninggal. Faktanya hand brake belum tertarik,” ujar dia.

Menurutnya pada kecelakaan di Bantul, sistem rem bus yang menabrak tebing Bukit Bego bermasalah, tapi bukan dadi sisi teknik. Namun, masalahnya ada pada tekanan angin yang tekor. Tekornya bukan karena rem tidak berfungsi, melainkan karena penggunaan. Dia pun menyarankan kepada para pengemudi truk maupun bus agar saat berada di jalan menurun tidak menggunakan pedal rem untuk mengurangi kecepatan. Di jalan menurun, sopir lebih disarankan menggunakan tuas engine brake dan exhaust brake.

BACA JUGA: Ini Kata-Kata Terakhir Sopir Bus Wisata Sebelum Kecelakaan Maut di Bukit Bego Bantul

Selain itu, sopir tidak boleh menggunakan gigi tinggi di jalanan menurun.

“Semakin tinggi tempat, semakin besar gaya dorong. Meskipun pakai gigi tiga, kecepatan bisa mencapai 80 [km/jam]. Saya sudah mencoba sendiri. Saya pakai kendaraan, saat ada kecelakaan di Sumedang. Saya dari atas ke bawah, pakai gigi 2, tanpa menginjak gas, kecepatan sampai 70 [km/jam]. Jalur di Sumedang dengan di sini [Bukit Bego Bantul], tinggi yang di Bantul,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement