Advertisement

Ada yang Aneh di Bantul, Kebanyakan Pasien Covid-19 Meninggal Justru Tanpa Komorbid

Ujang Hasanudin
Rabu, 23 Februari 2022 - 19:27 WIB
Bhekti Suryani
Ada yang Aneh di Bantul, Kebanyakan Pasien Covid-19 Meninggal Justru Tanpa Komorbid Foto ilustrasi pemakaman jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni membungkusnya menggunakan plastik. - Ist/FOTO ANTARA

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL-Angka kematian akibat Covid-19 di Bantul telah mencapai hingga 1.585 orang sejak pandemi bergulir. Anehnya, belakangan ini ditemukan banyak kematian akibat Covid-19 terjadi justru pada pasien tanpa komorbid atau penyakit penyerta.

Pemkab Bantul melansir data terbaru pada Selasa (22/2/2022), Covid-19 bertambah sebanyak 448 kasus, sehingga total positif sebanyak 62.414 kasus. Selain kasus positif juga banyak penambahan kasus sembuh.

Advertisement

Penambahan kasus sembuh di hari yang sama sebanyak 121 kasus sehingga total sembuh sebanyak 56.646 kasus. Adapun kasus aktif atau yang menjalani isolasi sebanyak 4.183 orang

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Bantul, Anugrah Wiendyasari mengatakan Dinas Kesehatan mendata sejak Januari hingga pertengahan Februari. asilnya, terjadi peningkatan kasus yang diduga terkait varian baru Covid-19 yakni Omicron.

Angka kematian per 1 Januari 2022 hingga 16 Februari 2022, jika dihitung berdasarkan jumlah kematian dibanding kasus positif, maka kematian tertinggi di Kapanewon Dlingo. Sedangkan angka kematian terendah di Kapanewon Kasihan, meskipun memiliki jumlah kasus positif yang tinggi. 

BACA JUGA: Marak Praktik Mafia Tanah di Gunungkidul, Kejaksaan Undang Para Pamong Desa

Selain itu ia juga menyatakan per 1 Januari hingga pertengahan Fabruari, kasus meninggal terbanyak justru adalah dari pasien tanpa komorbid atau penyakit penyerta.

“Nah ini yang harus kita waspadai, ini sangat berkaitan dengan kondisi individu pada saat terpapar, meski tanpa komorbid bisa sampai ke tingkat fatal dan berakhir pada kematian,” kata Anugerah, saat dihubungi Rabu (23/2/2022)

Sementara untuk kematian karena komorbid adalah diabetes militus, kemudian hipertensi dan jantung, dan terakhir ada komorbid ginjal. Untuk data kasus meninggal, terbanyak masih di usia lansia, yakni  tertinggi 70-79 tahun, kemudian yang lain di usia 50-70 tahun.

Lebih lanjut Anugerah mengatakan kasus Covid-19 di Bantul sempat melandai sejak September 2021 saat merebaknya varian Delta pada Juli-Agustus 2021. Sampai Januari 2022 kasus Covid-19 sempat melandai, namun tiba-tiba pada Februari ini ada peningkatan cukup tajam setelaha ada varian Omicron.  

Ia menyatakan varian Omicron ini tingkat penularannnya cukup tinggi dan cepat. Pihaknya sudah mengirimkan beberapa spesimen untuk dilakukan testing untuk diketahui jenis varian apa yang menginveksi masyarakat di Bantul.

“Dari data yang ada per 14 Februari 2d022 untuk probable Omicron ada 266 kasus kemudian meninggal dunia karena probable Omicron ada tiga dan ternyata masih ada yang meninggal karena varian Delta, ada 1 orang,” paparnya.

Namun demikian, jika dibandingkan saat gelombang kedua atau saat varian Delta merebak, angka keparahan untuk Omicron lebih ringan dibandingkan varian Delta, “Untuk varian Omicron lebih ringan dibandingkan delta, dan ditambah juga satus vaksinasi masyarakat semakin baik, sebagian besar sudah dosis dua dan beberapa dosis tiga,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Airlangga Hartato Sebut Jokowi Milik Bangsa dan Semua Partai

News
| Rabu, 24 April 2024, 16:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement