Advertisement

Tak Cuma Jualan, Perempuan Ini Bertekad Jadikan Jamu Gaya Hidup Anak Muda

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 16 Juli 2022 - 02:07 WIB
Arief Junianto
Tak Cuma Jualan, Perempuan Ini Bertekad Jadikan Jamu Gaya Hidup Anak Muda Niken Agustin, owner Ngombe Jamu. - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA -- Bermula dari kesenangannya minum jamu sejak kecil, Niken Agustin kini merintis bisnis minuman tradisional jamu. Bukan jualan jamu sembarangan, ibu tiga anak asal Jogja itu memutuskan jualan jamu lewat Instagram.

Sudah lama Niken tertarik dengan dunia bisnis. Mulanya ia merintis bisnis busana dan bergabung dengan komunitas Jogja Muslimah Preneur agar bisa belajar menjadi pebisnis. Namun, bisnis busananya tidak berjalan lantaran Niken mengaku hanya sekadar jualan tanpa menerapkan ilmu bisnis.

Advertisement

Dia lantas mencari ide bisnis lainnya yang perputarannya lebih cepat dan menambah wawasan bisnisnya. “Sekitar 2018, saya lihat masih sedikit yang bisnis jamu di Instagram atau marketplace. Di komunitas saya juga kalau jualan kuliner kebanyakan jualan milkshake atau thai tea. Saya pikir, kalau mereka sudah jualan yang kekinian, kenapa saya enggak jualan yang tradisional saja?” ujar Niken kepada Harianjogja.com, belum lama ini.

BACA JUGA: OJK Dorong Penguatan Corporate Governance Demi Pemulihan Ekonomi

Dari pemikiran itu, Niken pun mantap berbisnis jamu. Meski dia tidak bisa meracik jamu dan keluarganya juga bukan perajin jamu, perempuan 32 tahun ini tetap melanjutkan idenya itu. Caranya adalah  dengan menggandeng salah seorang bakul jamu gendong.

Dari bakul jamu itu, Niken mengemas ulang jamunya untuk dipasarkan kembali dalam botol kaca. Ada dua varian saat itu, yaitu kunyit asam dan beras kencur. Niken mengeluarkan modal sebanyak Rp100.000
untuk memulai bisnis itu. Uang itu ia pakai untuk membeli jamu itu dan botol kaca.

Niken pun memasarkan jamu kemasannya itu via Whatsapp dan media sosial dengan brand Ngombe Jamu. “Sekitar enam bulan jalan bareng ibu jamu gendong itu, ternyata beliau hamil dan enggak jualan lagi. Sempat panik, karena pesanan sudah mulai banyak, sementara saya enggak bisa bikin jamu,” kisah Niken.

Setelah kerja sama dengan bakul jamu gendong itu usai, Niken pun berupaya memutar otak agar bisnisnya tetap berjalan. Mau tak mau, dia harus meramu sendiri minuman tradisional itu. Setelah melalui berbagai trial and error, minuman jamu buatannya itu ternyata direspons enak oleh teman-temannya. Dari situlah, dia pun mantap melanjutkan Ngombe Jamu hingga sekarang.

Beberapa varian minuman rempah produksi Ngombe Jamu./Harian Jogja-Lajeng Padmaratri

Inovasi
Saat ini, Niken tengah memenuhi persyaratan untuk mengurus izin BPOM. Soal perizinan ini mulanya membuatnya terkendala. Pasalnya, usahanya masih dirintis seadanya di rumah dan dengan modal minim. Namun, dia tidak ingin bisnisnya harus berhenti hanya karena terkendala perizinan.

“Akhirnya bikin inovasi produk ke jamu serbuk. Itu pun cari tahunya lewat Youtube dan bikin resep sendiri. Kucoba ke pasar dan responsnya cukup bagus,” kata dia.

Mulanya, Ngombe Jamu hanya memproduksi jamu siap minum dengan varian kunyit asam dan beras kencur dalam kemasan botol kaca. Kemudian, ditambah tiga varian yaitu tamarin, uyup-uyup, dan empon-empon.

BACA JUGA: The Magnificent 7 Jadi Spirit Tjokro Style Yogyakarta Rayakan Hari Jadi Tahun Ini

Setelah berinovasi ke jamu serbuk, produk ini punya empat varian lain yaitu wedang jahe serai, wedang uwuh, wedang kopi bajigur, dan wedang secang. Ngombe Jamu juga punya produk standing pouch dengan variasi rasa wedang uwuh gula batu dan wedang secang gula batu.

“Sekarang yang terbaru tambah varian tisane celup dari bunga telang dan rosella. Sebisa mungkin inovasi baru yang diminati pasar, tapi tetap di koridor rempah herbal,” katanya.

Setiap produknya dijual dari harga Rp15.000 hingga Rp35.000. Selain dijual di media sosial, Ngombe Jamu juga masuk ke sejumlah toko oleh-oleh di Jogja. Kini, bisnis jejamuan memang sudah menjamur. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu hal yang memengaruhi, sebab hal itu membuat banyak orang menjadi sadar kesehatan dan lebih mengutamakan konsumsi herbal.

Ngombe Jamu pun merasakan manfaatnya. Jika awalnya omzet yang diraih berkisar Rp3 juta hingga Rp5 juta, maka ketika pandemi bisa mencapai tiga kali lipat. Kini, meskipun pandemi sudah mulai mereda, Ngombe Jamu tidak takut kehilangan pelanggan.

Niken justru ingin melestarikan minuman tradisional Indonesia dan menjadikan jamu sebagai gaya hidup anak muda. “Jamu enggak melulu pahit, bisa jadi minuman kekinian. Makanya inovasi kami supaya jamu bisa dinikmati kapan saja, oleh siapa saja, dan di mana saja dengan kemasan siap minum, serbuk, dan celup, yang mempermudah pelanggan. Jadi pelanggan kini bisa mendapatkan manfaat dari jamu tanpa repot meracik dan mengupas rimpangnya berkat Ngombe Jamu,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement