Jelang Ramadan, Kelurahan Wirogunan Lestarikan Budaya Nyadran

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kelurahan Wirogunan, Kota Jogja mengadakan upacara nyadran untuk memperingati bulan Ramadan yang akan segera datang, pada Minggu (6/3/2023). Upacara nyadran dilakukan dengan berbagai rangkaian kegiatan, dari gunungan apem, pentas seni, hingga acara puncak pembersihan makam.
Panitia kegiatan nyadranan Kelurahan Wirogunan, Momon Khairussalam menjelaskan upacara budaya tersebut rutin dilakukan tiap tahun. “Setiap menjelang puasa semua warga akan mengikuti nyadranan di Wirogunan,” katanya, Senin (6/3/2023).
Advertisement
BACA JUGA: TelkomClick 2023: Kesiapan Kerja Karyawan dalam Sukseskan Strategi Five Bold Moves di Tahun 2023
BACA JUGA : Warga Memaknai Nyadran Sebagai Budaya Gotong Royong
Selain kegiatan rutin yang sudah terjadwal di kalender Kelurahan Wirogunan, jelas Momon, nyadran juga jadi ajang melestarikan seni budaya di kelurahan yang berada di Kemantren Mergangsang, Jogja ini. “Berbagai seni tradisi ditampilkan di nyadranan ini, dari bregada, jathilan, hingga karawitan semua potensi seni budaya tampil,” jelasnya.
Momon menyebut nyadranan tidak hanya dinikmati warga muslim di keluarkannya. “Semua warga akan mengikutinya, jadi akan menambah suasana guyub dan kerukunan antar warga,” ujarnya.
Upacara nyadranan, jelas Momon, juga mempertemukan antar generasi warga Kelurahan Wirogunan. “Semuanya akan berkumpul untuk ikut nyadranan, tua dan muda, artinya bisa mempertemukan antar generasi sehingga budaya ini akan diteruskan secara turun menurun,” ucapnya.
Lurah Wirogunan, Siti Mahmudah Setyaningsih menyebut upacara nyadranan sudah jadi agenda kelurahan juga. “Artinya tidak hanya masyarakat, pihak kelurahan juga turut berpartisipasi dalam nyadranan. Kami juga agendakan dan anggarkan juga supaya makin meriah dan dapat terus dilestarikan budaya nyadranan ini,” jelasnya.
Siti menyebut nyadranan sebagai potensi budaya kelurahannya. “Penyelengarannya meriah jadi banyak UMKM yang berpartisipasi juga yang kebanyakan warga Wirogunan sendiri jadi bisa berdampak ke perekonomian warga juga selain budaya,” ujarnya.
BACA JUGA : Berdoa dan Berharap Keselamatan & Kesejahteraan
Nyadranan akan terus dilakukan, jelas Siti, karena telah terbukti memiliki efek positif ke berbagai sektor. “Sebagai pemerintah kelurahan kami akan turut melestarikan upacara ini juga karena secara budaya, sosial, dan ekonomi berdampak positif,” tegasnya.
BACA JUGA: Finnet Dukung Digitalisasi Sistem Pembayaran Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Raih Kepercayaan Publik, AMSI Sosialisasikan 11 Indikator Berita Tepercaya
- Jadi Tujuan Pemburu Sunset, Cenklik Coffee Dikunjungi Ratusan Orang Per Hari
- Tingkatkan Kualitas, Puluhan Pelaku UMKM Sukoharjo Ikuti Pelatihan Foto Produk
- Angin Kencang Robohkan Tenda untuk Buka Bersama di Masjid Sheikh Zayed
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Mudik Lebaran 2023: 500 Bus Diprediksi Masuk ke Giwangan Setiap Hari
- Waspada! Ratusan Sapi di Bantul Terserang Penyakit Lato-Lato
- Mayat Perempuan Ditemukan di Aliran Sungai Prumpung Sleman
- Sejumlah Pejabat Polda DIY Dimutasi, Salah Satunya Kapolres Kulonprogo
- 165.200 Tiket Mudik Lebaran KA Daop 6 Jogja Habis Terjual
Advertisement