Advertisement
Wilayah Dusun Beran Banjir untuk Pertama Kalinya, Proyek Perumahan di Atas Bukit Biangnya?
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Untuk kali pertama, warga di RT 3 Padukuhan Beran, Kalurahan Margodadi, Seyegan, merasakan banjir hingga masuk ke dalam rumah pada awal Mei lalu. Sejumlah proyek di atas bukit di atas padukuhan ini diduga menjadi penyebabnya.
Bukit intrusi terletak di perbatasan antara Kalurahan Margodadi, Seyegan dan Kalurahan Sidorejo, Godean. di bukit tersebut terdapat beberapa proyek, yakni perumahan di sisi barat dan timur serta pengerukan di sisi tenggara.
Advertisement
Ketua RT 3 Beran Kidul, Marwanto, menceritakan banjir tersebut adalah yang kedua terjadi, namun baru pertama kalinya sampai masuk ke rumah warga dengan tinggi maksimal sampai di bawah lutut orang dewasa. “Kalau yang pertama tahun lalu, tetapi tidak sampai masuk rumah,” ujarnya, Jumat (19/5/2023).
BACA JUGA: Waspada! 18-24 Mei 2023, Ada Potensi Banjir Rob di Pesisir Selatan Jabar, Jateng dan DIY
Ia menjelaskan ada satu rumah yang kemasukan air sampai di dalam ruangan dan dua rumah yang terkena air sampai di teras. Dibanding banjir tahun lalu, terjadi peningkatan volume air yang signifikan. Padahal, curah hujan justru lebih kecil.
Pada banjir yang pertama, hujan turun sehari semalam sebelum akhirnya menyebabkan banjir. Sementara pada banjir kedua hujan hanya turun sekitar 2,5 jam dan terjadi banjir lebih besar. “Sumbernya dari luapan tempuran [pertemuan] sungai,” katanya.
Walau belum ada kajian mendalam, dia memperkirakan banjir ini terjadi dipengaruhi oleh proyek perumahan di bukit yang berada di atas sisi barat permukiman RT 3. Di situ saat ini sedang dibangun perumahan yang terhenti. “Baru dibangun fondasi,” ungkapnya.
Selain perumahan, di sisi tenggara bukit juga ada proyek pengerukan tanah. Berdasarkan informasi yang dihimpun warga, pengerukan itu digunakan untuk uruk tol. Dua proyek ini diduga mengakibatkan banjir karena sedimentasi yang terjadi di bawahnya.
Marwanto mengungkapkan di sungai di dekat permukiman tersebut telah terjadi pendangkalan. “Tiap kali hujan tanah yang di atas rencana perumahan itu, lumpurnya turun. Dari pihak pengembang tidak dibuat saluran, jadi masuknya ke sungai,” kata dia.
Selain itu, pepohonan di atas bukit yang hilang akibat proyek-proyek tersebut membuat sistem peresapan air hujan tidak ada, sehingga membuat air hujan langsung turun ke bawah. “Pohonnya hilang, peresapan jadi tidak ada,” ujarnya.
Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM, Pramono Hadi, menuturkan terjadinya banjir tidak selalu disebabkan proyek penambangan atau sebagainya di atas bukit. Meski demikian, jika terjadi sedimentasi atau pengendapan, bisa disebabkan oleh proses pengambilan tanah.
Sedimentasi ini menurutnya disebabkan tidak adanya pengelolaan buangan tanah. “Mestinya ada sedimen trap yang volumenya memadai sebelum dialirkan ke sungai. Mestinya ada di dokumen lingkungan UKL-UPL [Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup],” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 25 April 2024: Hujan Lebat Sleman dan Gunungkidul
- DIY Peroleh Kuota Transmigrasi untuk 16 KK di 2024
- Jadwal Layanan Samsat Keliling Jogja Kamis 25 April 2024
- Jadwal Pemadaman Listrik Kamis 25 April 2024, Giliran Sleman, Kota Jogja dan Kulonprogo
- Top 7 News Harianjogja.com Kamis 25 April 2024: Kasus Penggelapan Pajak hingga Sosialisasi Tol Jogja-YIA
Advertisement
Advertisement