Dishub DIY: Kawasan Sumbu Filosofi Harus Bebas Polusi dan Kemacetan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perhubungan (Dishub) DIY berupaya menekan emisi karbon dan kemacetan di kawasan Sumbu Filosofi yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia, melalui sejumlah program.
Kepala Dishub DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti saat dihubungi di Yogyakarta, Jumat, mengatakan program itu antara lain diwujudkan dengan memproyeksikan kawasan Malioboro menjadi "full pedestrian" atau khusus pejalan kaki.
Advertisement
"Saya kira itu akan menjadi bagian penting mewujudkan kawasan sumbu filosofi yang rendah emisi," ujar dia.
Dari sepanjang Sumbu Filosofi Yogyakarta yang menghubungkan Panggung Krapyak, Keraton, dan Tugu Yogyakarta, menurut Made, kawasan Malioboro bakal menjadi segmen pertama dalam implementasi program itu.
"Memang Sumbu Filosofi itu dari Panggung Krapyak sampai dengan Tugu, tapi kami masih mengambil untuk segmentasi yang ada di kawasan Malioboro," kata dia.
Saat Malioboro resmi menjadi full pedestrian pada 2025, kendaraan yang boleh melintas di kawasan wisata belanja itu hanya kendaraan tradisional dan kendaraan tidak bermotor sehingga bebas emisi gas buang.
"Untuk kendaraan tradisional adalah yang memang betul-betul tidak menggunakan motor ya seperti becak kayuh, andong, dan sepeda juga memungkinkan untuk melintas," kata Made.
BACA JUGA: Sumbu Filosofi Jadi Warisan Budaya Dunia, Malioboro Bebas Kendaraan Bermotor pada 2025
Untuk mendukung program itu, Dishub DIY juga bakal memproduksi becak kayuh bertenaga alternatif atau penguat yang bakal dioperasikan di kawasan itu.
Pada 2023, becak kayuh bertenaga alternatif ditargetkan diproduksi sebanyak 50 unit setelah prototipe atau puwarupanya dinyatakan lolos uji di Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) Yogyakarta.
Tidak hanya itu, angkutan massal berupa bus listrik juga disiapkan untuk melayani masyarakat yang ada di kawasan Malioboro guna mendukung kawasan Sumbu Filosofi rendah emisi.
Menurut Made, ke depan program menekan emisi karbon bakal diterapkan secara menyeluruh di sepanjang Sumbu Filosofi seiring dengan penataan kawasan itu yang melibatkan lintas sektor termasuk Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Bantul.
"Penataan itu kan bukan hanya persoalan transportasi tapi juga aktivitas ekonomi yang ada di sekelilingnya, termasuk juga kantong-kantong parkir yang nantinya disediakan," kata dia.
Upaya menekan polusi udara dan kemacetan di kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta masuk dalam rencana pengelolaan (management plan) Sumbu Filosofi Yogyakarta yang sebelumnya telah disusun Pemda DIY sebagai salah satu syarat pengajuan warisan budaya dunia ke UNESCO.
Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY Cahyo Widayat menjelaskan dalam management plan itu disebutkan langkah pertama yang dilakukan Pemda DIY adalah mengurangi tekanan lingkungan mulai dari kemacetan lalu lintas, polusi udara, serta tekanan pembangunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Hoaks di Masa Tenang Pilkada Jadi Sorotan Bawaslu, Ini 5 Provinsi Paling Rawan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ketua DPP PDIP Esti Wijayati Sebut Rekam Jejak Hasto-Wawan Baik, Yakin Menangkan Pilkada
- Eko Suwanto Sebut Cawali Jogja Hasto Wardoyo Punya Semangat Melayani Rakyat & Anti Korupsi
- Keluarga Matahari 1912 Dukung Pasangan Agung-Ambar di Pilkada Kulonprogo
- Kejati DIY Ungkap Belum Ada Persiapan Khusus untuk Pemindahan Terpidana Mati Mary Jane
- Masa Tenang Pilkada, Bawaslu Jogja Berpatroli Cegah Praktik Politik Uang
Advertisement
Advertisement