Beras Masih Mahal, Sejumlah Pasar di Bantul Dapat Beras dari Bulog
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Harga beras di Bantul saat ini masih terpantau tinggi. Menanggulangi hal ini, Pemkab Bantul bekerja sama dengan Bulog menggelar operasi pasar di sejumlah pasar. Setiap pasar mendapat jatah 8 ton beras.
Salah satu pedagang beras di Pasar Bantul, Dwi Nur Arifin, menjelaskan beras dari bulog sudah datang dari sekitar seminggu yang lalu, dengan harga Rp51.000 per 5 kg untuk pedagang. “Kalau di sini menjualnya ada yang Rp12.000, ada yang Rp11.500 per kg,” ujarnya, Senin (25/9/2023).
Advertisement
Dwi membeli beras dari bulog tersebut sebanyak 2,5 kuintal, yang merupakan jatah maksimal per pedagang. Ia tidak mengetahui jenis beras tersebut, namun dipastikan itu beras impor dan bukan beras pulen. “Berasnya utuh-utuh, tapi kalau buat masak agak keras,” katanya.
Dalam kurun sepekan, stok beras dari bulog itu baru terjual sekitar 1 kuintal, sehingga ia masih menyimpan cukup banyak stok dari situ. Adapun harga beras normal di kiosnya saat ini masih di kisaran Rp12.000 hingga Rp15.000 tergantung jenis dan kualitasnya.
BACA JUGA: Tak Perlu Panic Buying, Stok Beras tetap Tersedia
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Bantul, Agus Sulistiyana, menuturkan operasi pasar digelar di beberapa pasar. “Yang sudah Pasar Niten sama Pasar Bantul. Kemudian yang akan datang di Imogiri, Barongan, Wijenan, Angkruksari, baru nanti yang kecil-kecil,” katanya.
Setiap pasar dijatah beras sebanyak 8 ton. Operasi pasar ini merupakan kerja sama dengan Bulog dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). “Harganya 5 kg Rp51.000 untuk pedagang. Kemudian pedagang dikasih HET, Harga Eceran Tertinggi,” ungkapnya.
Menurutnya, beras tersebut kualitasnya termasuk medium dan kondisinya bagus. “Ketika ada operasi pasar ini, harapan kami bisa sedikit membantu terhadap ketersediaan bahan pangan, sehingga tidak terjadi inflasi, kerisauan, kegundahan,” ujarnya.
Terkait mahalnya harga beras, ia menegaskan itu merupakan fenomena nasional yang terjadi karena banyak faktor, mulai dari iklim politik hingga ketersediaan lahan. "Iklim politik yang terjadi di dunia saat ini membuat kita harus menaikkan ongkos BBM. Kaitan dengan bahan baku lain misal gandum juga mempengaruhi," ungkapnya.
kemudian soal ketersediaan lahan, menurutnya saat ini lahan pertanian semakin menurun karena dialihfungsikan menjadi rumah dan tempat usaha. "Maka Dinas Pertanian harus bagaimana mengintensifikasi. Selain itu juga musim yang tidak menentu dan hama juga mempengaruhi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Advertisement