Advertisement

Promo November

Simposium Khatulistiwa 2024, Memaknai Mupakara: Kerja Perawatan sebagai Praktik Solidaritas

Media Digital
Senin, 30 September 2024 - 19:47 WIB
Arief Junianto
Simposium Khatulistiwa 2024, Memaknai Mupakara: Kerja Perawatan sebagai Praktik Solidaritas Simposium Khatulistiwa. - Istimewa

Advertisement

JOGJA—Simposium Khatulistiwa merupakan forum global yang dirancang sebagai arena pertemuan bagi praktisi, pekerja, pemerhati, dan peneliti di bidang seni rupa serta kebudayaan di negara-negara sekitar kawasan Khatulistiwa.

Forum tersebut digelar sebagai wadah untuk saling membagikan pengalaman, pengetahuan, pikiran, pendapat dan perhatian terhadap berbagai gagasan dan praktik dalam dinamika seni rupa dan budaya kontemporer di negara-negara yang berada di sekitar kawasan Khatulistiwa.

Advertisement

Tahun ini, Simposium Khatulistiwa yang diselenggarakan oleh Yayasan Biennale Jogja akan akan digelar selama tiga hari sejak 2-4 September 2024 di 3 tempat yang berbeda, yaitu di Museum Pendidikan Indonesia UNY, Kampoeng Mataraman, serta Gedung Ajiyasa Lantai 2, FSRD ISI Jogja.

Simposium Khatulistiwa 2024 memilih topik tentang kerja perawatan. Topik tersebut berangkat dari pertanyaan besar mengenai cara merawat solidaritas antarwarga di tengah kondisi krisis ekologi dan ketimpangan ekonomi saat ini.

Pertanyaan yang membayangkan kerja-kerja perawatan menjadi dasar untuk menghadirkan dan menumbuhkan solidaritas antarwarga secara berkelanjutan. Kerja-kerja perawatan yang dimaksud tidak terbatas pada model kerja profesional, berupah, atau sosial.

Akan tetapi, juga dipahami sebagai bentuk perhatian, pelibatan, perbincangan, pembagian sumber daya, kehadiran, keintiman, afeksi dan sebagainya.

Topik kerja perawatan menjadi penting untuk dibahas dengan mempertimbangkan risiko-risiko kerusakan lingkungan dan ketimpangan ekonomi.

Berbagai risiko tersebut hadir sebagai dampak dari kepemilikan terbatas sumber daya alam oleh kelompok elit, kebijakan negara yang tidak adil, dan kekerasan pengetahuan sedari masa penjajahan. Akibatnya, sebagian besar dari kita harus mengalami kerentanan fisik, sosial, dan psikologis karena berbagai risiko yang harus ditanggung secara individual maupun kolektif.

Mupakara

Dikutip dari siaran pers yang diterima, Senin (30/9/2024), topik besar yang dipilih ini diambil dari salah satu istilah dalam bahasa Sanskerta, yaitu mupakara.

Di dalam serat maupun geguritan, istilah ini hadir sebagai kata kerja dan kata sifat. Mupakara bisa diartikan merawat dan menjaga. Mupakara bisa jadi sebuah metode pembacaan alternatif terhadap kerja perawatan melalui pengetahuan kultural.

Sebagai kata sifat, mupakara melekat dalam sosok Dewi Sri yang dipercaya sebagai simbol kesuburan oleh masyarakat Jawa. Pada kondisi serba krisis, Dewi Sri justru melakukan tindakan merawat, mulai dari merawat tanaman bunga, kebersihan dapur, lumbung padi, hingga mengajarkan mantra penolak hama.

Bisa jadi, kerja perawatan Dewi Sri adalah siasat untuk bertahan dari impitan kuasa dan siklus kekerasan.

Mupakara kemudian menjadi konsep dalam keseluruhan kerja perawatan Dewi Sri—perawatan sebagai tindakan sehari-hari dalam krisis, duka, dan kerentanan. Tak sekadar perawatan dalam makna normatif, tetapi sebuah upaya bersolidaritas dan saling bergandengan tangan untuk berbagi hidup.

Forum Kelas & Luar Kelas

Adapun, Sub-judul Simposium Khatulistiwa 2024 yang akan dibahas nantinya antara lain mengenai Keadilan Gender, Kesehatan Reproduksi, dan Identitas Seksual; Solidaritas Lokal-Global & Sejarah dan Warisan Penjajahan; Konservasi dan Arsip; Agraria, Lingkungan & Ekologi; Perdesaan, Perkampungan, dan Perkotaan; serta Media dan Aktivisme Digital.

Sementara beberapa bentuk kegiatan yang akan diselenggarakan dalam simposium antara lain seminar dalam ruang, pertemuan dalam kelas, serta pertemuan luar kelas. Kegiatan seminar dalam ruang merupakan merupakan pemaparan kajian atau materi refleksi dari para pembicara.

Pemaparan ini dilakukan dengan format seminar dengan durasi yang lebih panjang untuk pembicara memaparkan hasil kajian dan refleksi. Setelahnya ada sesi tanya jawab untuk audiens dan pembicara. Sementara kegiatan pertemuan dalam kelas merupakan forum untuk memaparkan kajian dan refleksi dari pembicara dalam forum seminar yang lebih intensif dan berkelompok.

Pemaparan ini terbagi-bagi dalam beberapa kelas yang sesuai dengan tema-tema dan sub-tema dari Simposium Khatulistiwa. Forum pertemuan dalam kelas lebih mengutamakan diskusi antaraudiens bersama pembicara, dan pendalaman kajian yang lebih intensif. Sedangkan untuk pertemuan luar kelas merupakan forum luar ruangan yang lebih mengutamakan diskusi dalam aktivitas situs spesifik untuk pembicara dan audiens Simposium Khatulistiwa.

Forum yang dilakukan adalah kunjungan dan aktivitas diskursif untuk merefleksikan realitas sekitar, terutama dilakukan dalam lokasi spesifik yang telah diaktivasi dalam program Biennale Jogja sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Indonesia Menuju Ibu Kota Budaya Dunia

Indonesia Menuju Ibu Kota Budaya Dunia

Jogjapolitan | 5 hours ago

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Ini Motifnya

News
| Minggu, 24 November 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement