Advertisement

Promo November

Tampil di Indonesia IHC Festival, Penari Sanggar Sekar Kinanti dan Sri Rejeki Hibur Masyarakat

Sirojul Khafid
Rabu, 27 November 2024 - 23:17 WIB
Arief Junianto
Tampil di Indonesia IHC Festival, Penari Sanggar Sekar Kinanti dan Sri Rejeki Hibur Masyarakat Suasana penampilan para penari dari Sanggar Seni Sekar Kinanti di sekitar Monumen Serangan Umum 1 Maret, Kota Jogja, Selasa (26/11/2024). - Sirojul Khafid

Advertisement

JOGJA—Penari dari Sanggar Seni Sekar Kinanti serta Band Musik Tradisi Sri Rejeki menghibur ratusan pengunjung di sekitar Monumen Serangan Umum 1 Maret, Kota Jogja, Selasa (26/11/2024).

Pertunjukan dari dua kelompok seni tersebut dalam rangka Indonesia Intangible Cultural Heritage (ICH) Festival 2024. Berlangsung di Kompleks Museum Benteng Vredeburg, festival inisiasi Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia tersebut berlangsung dari 23 November hingga 10 Desember 2024.

Advertisement

Pada kesempatan ini, para penari Sanggar Seni Sekar Kinanti Jogja menampilkan empat tarian berbeda. Dua tarian di antaranya bernama Tari Manunggaling Cakra dan Tosan Aji. Tari Manunggaling Cakra bercerita tentang gerak harmonis perempuan yang memancarkan keindahan dunia, yang keluar dari kegelapan. Dengan cakra bunga yang indah dan kuat, perempuan meniti tiap alur kehidupan untuk melampaui segala batasnya.

Sementara Tari Tosan Aji bercerita tentang harta pusaka. Benda pusaka berbahan besi tersebut memiliki sejarah dan nilai budaya yang tinggi. Tosan Aji melambangkan kebangsawanan, keberanian, hingga kebijaksanaan. Semua sifat tersebut menjadi wujud dari pencapaian nilai budaya.

Salah satu penonton tari, Ohar, mengatakan semua tarian dari Sanggar Seni Sekar Kinanti tersaji secara menawan. Sebagai orang yang juga berkecimpung di dunia seni, menurutnya para penari bisa membawakan cerita dan emosi yang terkandung di dalamnya. “Penampilan yang menghibur, dan Jogja memang selalu menunjukkan kualitasnya,” kata laki-laki yang berasal dari Wamena tersebut.

Selepas penampilan para penari rampung, pertunjukkan berikutnya berasal dari Band Musik Tradisi Sri Rejeki yang juga dari Jogja. Mereka membawakan sekitar sepuluh lagu. Setiap lagunya terdiri dari gabungan kecil beberapa lagu. Sri Rejeki membawakan berbagai genre musik, dari dangdut hingga rock.

Sri Rejeki merupakan band yang tidak hanya menyajikan musik, namun juga menyelipkan komedi di setiap lagunya. Bahkan tiga vokalis Sri Rejeki tidak jarang beraksi dari menari hingga akrobatik. Penonton yang kebanyakan merupakan wisatawan di sekitar Malioboro tidak hanya dari Indonesia, namun juga berasal dari luar negeri. John salah satu penonton yang berasal dari Belanda.

Dia menonton penampilan para penari dan musisi lantaran kebetulan lewat di depan panggung. “Saya tidak paham betul bahasanya, namun mereka tampak lucu, dengan tetap menyajikan kualitas musik yang baik,” katanya, dalam Bahasa Inggris.

Pertunjukkan tari dan musik hanya sebagian dari Indonesia IHC Festival. Di samping pertunjukkan seni, ada pula workshop, sarasehan, hingga pameran. Saat pembukaan festival, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, turut hadir.

Indonesia IHC Festival merupakan perayaan 13 Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang sudah diakui UNESCO. Seluruhnya yaitu Wayang, Keris, Batik, Pendidikan dan Pelatihan Batik, Angklung, Tari Saman, Noken, 3 Genre Tari Bali, Pinisi, Pencak Silat, Pantun, Gamelan, dan Budaya Sehat Jamu.

Warisan Budaya Takbenda menjadi bukti peradaban bangsa yang harus masyarakat Indonesia rawat bersama. Melalui Indonesia ICH Festival, masyarakat tidak hanya merayakan keberagaman budaya Indonesia, tetapi juga menegaskan kepada dunia bahwa budaya Indonesia hidup dan berkembang di tengah masyarakat, bahkan dunia. Maka tidak berlebihan apabila Indonesia mampu menjadi Ibukota Budaya Dunia, dengan segala kekayaannya.

Indonesia ICH Festival bukan hanya panggung untuk menampilkan karya budaya, lanjut Fadli, tetapi menjadi ruang bertemunya berbagai pemangku kepentingan untuk berdialog, bertukar pengetahuan, dan menggali inspirasi dari kekayaan tradisi kita. Mereka termasuk para seniman, budayawan, hingga generasi muda. “Saya berharap acara ini mampu menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Cak Lontong Mengklaim Kemenangan di Pilkada Jakarta, Pramono-Rano Disebut Satu Putaran

News
| Rabu, 27 November 2024, 22:57 WIB

Advertisement

alt

Merasakan Lumernya Cokelat dari Jogja

Wisata
| Senin, 25 November 2024, 08:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement