Advertisement
Kisah Komunitas Braillie'iant Indonesia: Bantu Tunanetra Mengenal Budaya hingga Tes CPNS
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Komunitas Braille'iant Indonesia mendampingi proses belajar murid tunanetra hingga perkara tes CPNS. Perjalanan panjang ini agar para tuna netra bisa menggapai cita dan asanya.
Ada enam anggota keluarga Arif Prasetyo. Orang tua dan saudaranya tunanetra. Hanya satu adiknya yang bisa melihat secara normal. Sejak lahir, Arif tunanetra total. Hanya tipis-tipis cahaya yang bisa tertangkap matanya.
Advertisement
Memasuki usia sekolah dasar (SD), Arif belajar di Sekolah Luar Biasa Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis). Saat kelas 6 SD, sekitar tahun 2010, ada sekelompok mahasiswa yang menjalankan Program Kreativitas Mahasiswa Kegiatan Kemasyarakatan (PKM-M) di sekolahnya. Mereka mendampingi para tunanetra dalam belajar. Pendampingan mulai dari membacakan materi pelajaran, membantu memecahkan soal pelajaran, menuliskan, dan lainnya.
Kala itu, bahan ajar baru berupa buku, belum secanggih sekarang yang bisa berupa audio dan sebagainya. Pendampingan itu berlanjut saat Arif sekolah di tingkat SLTP dan SLTA. Arif merasa pendampingan itu sangat membantu proses belajarnya.
BACA JUGA : KPU Sleman Pastikan Template Alat Bantu Nyoblos Tuna Netra Tersedia di Setiap TPS
“Sekolah hanya bertanggung jawab ketika para muridnya berada di kelas dan lingkungan sekolah, tapi kurang efektif, muridnya banyak dan beragam. Tidak semua guru mampu mentransfer ilmu ke murid disabilitas netra dan lainnya. Pendampingan sangat bermanfaat, apalagi yang mendampingi mahasiswa yang ahli di bidangnya,” kata Arif, Senin (30/12/2024).
Bermula dari PKM-M, program berlanjut dengan pematangan program selama dua tahun. Di tahun 2012, mereka membentuk komunitas bernama Braille'iant Indonesia. Dari penerima manfaat pendampingan, Arif kemudian bergabung menjadi pengurus Braille'iant Indonesia pada 2020. Kini dia menjadi ketua komunitas.
“Karena aku merasa terlalu dibaikin, harus dibales, jadi regenerasi di komunitas, harus mengabdi di sini,” katanya.
Dari Sekolah Hingga CPNS
Komunitas Braille'iant Indonesia bekerja sama dengan sekolah, kampus, hingga lembaga yang konsen dengan isu difabel. Mereka bersedia mendampingi murid tunanetra dalam proses belajar. Mereka juga bisa mendampingi murid atau non murid tunanetra semisal hendak tes Bahasa Inggris, ujian nasional, hingga seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS).
Relawan yang kebanyakan mahasiswa-mahasiswi berasal dari berbagai jurusan. Nantinya murid tunanetra akan meminta pendampingan di mata pelajaran tertentu. Komunitas akan memberikan relawan yang sesuai dengan bidangnya. Mereka akan menentukan waktu untuk bertemu di luar jam sekolah. Satu relawan mendampingi satu murid.
“Setiap hari bisa ada pendampingan, karena waktunya fleksibel. Semua berupa pengabdian dan gratis,” kata Arif. “Sekarang ada sekitar 60 relawan dengan mitra tunanetra di DIY sekitar 200 orang.”
Komunitas Braille'iant Indonesia lebih banyak bekerja sama dengan sekolah inklusi. Mereka jarang mendampingi murid dari SLB, lantaran sudah ada guru khusus yang mendampingi di sekolah tersebut. Sejak awal, komunitas fokus untuk pendampingan para tunanetra, bukan pada jenis difabel lainnya. Hal ini agar relawan lebih mudah mendampingi, tidak harus bisa keahlian seperti bahasa isyarat dan sebagainya.
Sesuaikan Kebutuhan
Komunitas Braille'iant Indonesia sudah mendampingi banyak murid. Salah satunya penyanyi Putri Ariani, jebolan ajang bakat American Got Talent. Mereka mendampingi Putri saat dia masih SLTA. Kini, saat Putri kuliah di UGM, staf di layanan difabel UGM yang mendampinginya juga pengurus di komunitas. Di samping murid sekolah, komunitas juga mendampingi para atlet tunanetra.
Tidak hanya berkesan bagi para murid yang mendampingi, para relawan juga punya ceritanya masing-masing. Ada relawan yang merupakan kakak-adik. Mereka mendampingi pelajaran matematika. Kakak beradik tersebut sampai membuat alat peraga dari karton untuk memudahkan murid belajar.
Perkembangan komunitas membuat relawan tidak hanya berada di Jogja. “Relawan Komunitas Braille'iant Indonesia tersebar di banyak daerah. Yang follow Instagram komunitas kebanyakan justru relawan, bukan difabel,” katanya.
BACA JUGA : Simulasi Pencoblosan Bagi Difabel, Penyandang Tunanetra Kesulitan Bedakan Surat Suara
Kegiatan komunitas tidak berhenti pada pendampingan murid. Mereka juga rutin mengadakan Layar Bisik, Jalan-Jalan ke Museum, konser, penyaluran bantuan, hingga memasang penanda braille di tempat-tempat ibadah. Segala program komunitas diselaraskan dengan teknologi. Misalnya dalam Layar Bisik, dari yang awalnya berada di bioskop, perpustakaan, atau café, kini bisa berlangsung secara daring.
Arif berharap ke depan masyarakat semakin mengenal Komunitas Braille'iant Indonesia. Sehingga saat membutuhkan pendampingan bisa tahu perlu ke mana. “Komunitas Braille'iant Indonesia akan menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini, sampai kapan pun tetap bisa membantu mendampingi, menjaga, dan memberikan apa yang bisa komunitas berikan. Semoga komunitas semakin besar,” kata Arif yang saat ini berusia 26 tahun.
Perlu Mengenal Budaya Tunanetra
Esensi pendidikan bisa sama saja. Namun pendekatan dalam pendampingan dengan murid tunanetra perlu penambahan skill khusus. Saat para relawan bergabung dengan Komunitas Braille'iant Indonesia, relawan akan memperoleh pembekalan.
Arif mengatakan pembekalan tersebut berisi materi dan praktik pengenalan budaya difabel tunanetra. Mereka berbagi pengetahuan cara berinteraksi hingga etika tunanetra.
“Ada juga pelatihan dan praktik membacakan soal pelajaran, orientasi, cara memberikan makanan seperti apa, cara menggandeng, cara memberikan informasi, dari awal sampai akhir. Ketika bertemu dengan tunanetra mereka sudah yakin dan percaya diri,” katanya.
Pengurus komunitas senantiasa menjaga keeratan dan keakraban para anggota dan relawan. Mereka saling dukung kegiatan di dalam maupun di luar komunitas. Saat relawan mulai sibuk di luar komunitas pun, tidak ada pemaksaan untuk lebih memprioritaskan internal atau sejenisnya.
“Sekarang banyak relawan yang sudah kuliah ke luar negeri, bekerja mendesain pesawat, dan sebagainya. Setiap enam bulan, ada pemberian sertifikat pada relawan,” kata Arif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru SIM Keliling Senin 6 Januari 2025 di Kulonprogo
- Pertigaan Ringin Kasongan Bantul Ditutup 4 Hari ke Depan, Ini Jalan Alternatifnya
- Jadwal Terbaru Bus Damri Senin 6 Januari 2025 dari Titik Nol Kilometer Malioboro Jogja ke Pantai Parangtritis
- Jadwal SIM Keliling Bulan Januari 2025 di Bantul
- Simak! Ini Jadwal SIM Keliling di Gunungkidul Bulan Januari
Advertisement
Advertisement