Advertisement
Kolaborasi Lintas Agama dan Budaya Dorong Pariwisata DIY yang Berkelanjutan
Aktivitas kunjungan wisata di Pantai Ngandong, Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul. - Harian Jogja/David Kurniawan
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Pariwisata menjadi sektor vital bagi perputaran ekonomi masyarakat DIY. Dalam upaya mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan, kolaborasi lintas agama dan budaya dinilai menjadi kunci utama.
Perwakilan Kalijaga Institute for Justice (KIJ), Prof. Ema Marhumah menyampaikan sebagai Kota Budaya dan Pariwisata, DIY menghadapi tantangan untuk terus menjadi destinasi wisata yang nyaman dan inklusif bagi semua kalangan.
Advertisement
Keberadaan berbagai komunitas agama di DIY menciptakan potensi besar untuk memperkuat daya tarik pariwisata berbasis keberagaman. “Jogja harus mempertahankan identitas budayanya yang khas. Identitas ini adalah daya tarik yang mampu mengundang berbagai segmen masyarakat untuk berkunjung,” ujar Prof. Ema dalam lokakarya bertajuk Nyengkuyung Guyub Yogya, Mewujudkan Pariwisata Jogja yang Berkelanjutan di tengah Tantangan Global di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Sabtu (25/1/2025).
Menurutnya, literasi keagamaan lintas budaya menjadi elemen penting dalam menciptakan harmoni. “Pemahaman agama yang kuat diperlukan untuk membangun sikap saling menghormati tanpa menyalahkan atau membandingkan,” ujarnya.
Prof. Ema juga menyoroti pentingnya kolaborasi antarumat beragama dalam menjawab tantangan di sektor pariwisata, termasuk berkembangnya tren wisata religi.
Senada, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardiyanto Setyo Ajie menegaskan bahwa nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki Jogja dapat menjadi landasan bagi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. “Jogja memiliki trilogi Pangeran Mangkubumi, yaitu hamemayu hayuning bawono, sangkan paraning dumadi, dan manunggaling kawulo Gusti. Ini adalah semangat yang harus kita jaga untuk menghadapi tantangan global,” ujarnya.
Bobby juga menekankan pentingnya penyediaan informasi yang jelas mengenai kehalalan produk wisata di Jogja. Hal ini diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan Muslim maupun non-Muslim agar DIY dapat menjadi tuan rumah yang inklusif dan bertanggung jawab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Banjir Aceh Timur Hilangkan 83 Rumah di Wilayah Pedalaman
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



