Advertisement

Kisah Panti Wreda Bagian 2: Lansia yang Menemukan Cinta di Panti Wreda

Sirojul Khafid
Selasa, 01 Juli 2025 - 20:47 WIB
Maya Herawati
Kisah Panti Wreda Bagian 2: Lansia yang Menemukan Cinta di Panti Wreda Adelya, Fatonah, dan Luh De. - Harian Jogja - Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Tidak ada kata terlambat untuk menemukan cinta, meski itu berarti di usia senja. Ini kisah tentang lansia yang menemukan cinta di panti wreda.

Hari itu, ada penghuni baru di salah satu panti wreda di Jogja. Banyak lansia datang ke aula, untuk menyambut si lansia laki-laki penghuni baru. Tara tidak ikut. Dia lebih memilih berada di wismanya. Sebagai ketua lansia, Tara mengimbau penghuni lama untuk menemani penghuni baru.

Advertisement

Esok hari, di suatu pagi yang cerah, Tara membuka jendela kamarnya. Dari jarak yang tidak jauh, dia melihat sosok laki-laki yang sepertinya pernah dia kenal. Lansia itu sedang menyapu halaman. Saat Tara melihat mukanya, benar saja, itu adalah Upendra, cinta lamanya semasa SMA.

Dahulu, hubungan Tara dan Upendra tidak mendapat restu orang tua. Beda agama hingga si laki-laki yang belum mapan menjadi alasannya. Hingga dewasa, keduanya berpisah, dan memiliki suami dan istri masing-masing.

Suami dan anak-anak Tara meninggal akibat kecelakaan. Dia trauma untuk kembali mengenal cinta. Hingga saat lansia, dia memutuskan tinggal di panti wreda. "Mbah Tara ketemu lagi sama Mbah Upendra, dia buka hati lagi, muncullah cinta lagi," kata Fatonah Istikomah, mahasiswi Magister Psikologi UGM, Rabu (18/6/2025).

Fatonah bersama Adelya Shofa Anisa dan Luh De Kusuma Ningrum meneliti lima lansia yang tinggal di salah satu panti wreda di Jogja. Mereka menulis kisah cinta yang muncul di masa lansia dalam penelitian Romansa Cinta Lanjut Usia: Sebuah Kajian Grounded Theory tentang Lansia yang Menjalin Hubungan Baru.

Jalan menemukan cinta para lansia di panti wreda berbeda. Katamada misalnya. Dia tinggal di panti karena masalah ekonomi. Istri yang sakit tinggal bersama mertua. Meski masih memiliki istri, dia menjalin asmara dengan lansia lain di panti.

Sementara untuk Swasti dan Swara, mereka juga saling menemukan cinta saat bertemu di panti. Meski bisa dibilang, cinta mereka bertepuk sebelah tangan. Swasti suka lebih dulu, dan Swara hanya merespons seperlunya, tidak dalam kadar yang sama. Ada juga Kala, yang menjalin cinta, namun dengan lansia di luar panti.

BACA JUGA: Okra Si Lady Finger, Sumber Vitamin dan Polifenol yang Lezat Dibikin Tumisan

Bentuk Cinta

Terpisah puluhan tahun, kini Tara dan Upendra bisa bersama lagi. Upendra pemalu. Saat ingin bertemu, dia memberi kode dari jendela kamarnya, yang berseberangan dengan kamar Tara. Di saat ada kesempatan keluar panti, Upendra mengajak Tara makan rawon bersama. Meski sudah kembali “berpacaran”, Tara dan Upendra tidak bergandengan tangan atau berpelukan. Mereka ingin, tetapi menunggu saat nantinya sudah menikah.

Peneliti menemukan lansia tetap membutuhkan cinta. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Apabila muda-mudi erat kaitannya dengan sentuhan fisik, Adelya mengatakan bentuk cinta lansia dengan menjadi teman bicara, ruang menyalurkan keluh kesah, membuatkan makanan, hingga mencucikan baju pasangan.

Bentuk cinta itu terlihat dalam hubungan Swasti dan Swara. Kadang kala Swara ngapel ke Wisma Swasti, atau sebaliknya. Mereka hanya sebatas ngobrol di ruang tamu. "Kami tanya ngobrolnya apa? Mbah Swara enggak mau ngasih tahu. Tapi kalau kata Mbah Swasti, mereka ngobrolin kenangan masa lalu," kata Lud De.

"Bentuk cintanya kaya gitu, kaya sahabat saling membutuhkan dan ketergantungan," kata Adelya.

"Mereka tetap butuh cinta si menurutku, saat ada simbah yang butuh sesuatu, yang dicari pertama kali yang paling dekat," kata Luh De.

Batasan Merawat Cinta

Fatonah, Adelya, dan Luh De melihat bahwa ada intensi para lansia yang menemukan cinta di panti, ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya. Namun ada perasaan internal yang membuat dirinya kurang pantas menjalin asmara atau menikah lagi. Mereka khawatir ada anggapan “sudah lansia tapi masih main cinta-cintaan.”

Dalam pengambilan data, Luh De tidak melihat ada stigma negatif lansia menjalin asmara lagi. Misal para pasangan lansia jalan-jalan keluar, orang akan mengira bahwa mereka sebagai suami-istri. Bisa jadi, perasaan tidak pantas lansia untuk kembali beromansa, dibuat oleh diri sendiri. "Kami memasukkan kategori sendiri dalam hasil penelitian, tentang pengawasan sosial. Para lansia merasa diawasi, padahal enggak ada yang mengawasi," kata Luh De.

Di samping khawatir dengan stigma dari masyarakat, para lansia juga takut menunjukkan asmaranya di panti. Bagi yang kedapatan pacaran, akan dikeluarkan dari panti. Saat ditanya status, mereka mengaku hanya teman, tapi hubungan seperti pacaran. Apabila pasangan lansia ingin menikah, mereka tidak boleh tinggal di panti.

Masalahnya, kata para peneliti, tidak semua lansia punya modal uang untuk hidup mandiri di luar panti. "Sepertinya mereka mau [melanjutkan kisah cintanya, misal nikah] tapi kepentok ekonomi [misal keluar dari panti]," kata Adelya.

Contoh yang sudah siap melanjutkan cintanya ke jenjang lebih serius adalah Tara dan Upendra. Dari sisi modal, Upendra punya simpanan Rp30 juta. Mereka berencana menikah dan membuka rumah makan rawon saat keluar panti.

Pengurus panti sudah membantu mengurus pernikahan mereka di kantor urusan agama. Sayangnya, rencana menikah keduanya tertunda oleh pandemi Covid-19. Hingga di suatu waktu, Upendra sakit dan perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Tara yang senantiasa menemani Upendra, cinta lama yang bersemi kembali, selama di rumah sakit. Pada akhirnya, kisah cinta Tara dan Upendra kembali kandas, untuk kedua kalinya. Kisah pertama terhalang restu orang tua, yang kedua terhalang oleh kematian. Tapi setidaknya di perpisahan kedua, mereka sempat berpelukan, untuk terakhir kalinya. Semua nama lansia sebagai partisipan penelitian merupakan nama samaran.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Mendes Yandi Klaim Telah Merenovasi 25 Ribu Rumah Warga dengan Dana Desa

News
| Kamis, 17 Juli 2025, 19:12 WIB

Advertisement

alt

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang

Wisata
| Selasa, 15 Juli 2025, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement