Advertisement

Sultan Sebut Jembatan Pandansimo Harapan Baru Ekonomi DIY

Abdul Hamied Razak
Kamis, 09 Oktober 2025 - 20:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Sultan Sebut Jembatan Pandansimo Harapan Baru Ekonomi DIY Jembatan Pandansimo, penghubung Bantul dan Kulonprogo, menjadi harapan baru pertumbuhan ekonomi kawasan selatan DIY. Ist - humas pemda diy

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Pembangunan Jembatan Pandansimo, penghubung Bantul dan Kulonprogo, menjadi harapan baru pertumbuhan ekonomi kawasan selatan DIY. Nilai investasinya mencapai Rp863,7 miliar dari APBN. Jembatan ini diproyeksikan mempercepat arus barang, jasa, dan mobilitas masyarakat yang selama memiliki keterbatasan akses akibat terpisahnya jalur lintas selatan oleh Sungai Progo.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap jembatan ini tidak hanya menjadi infrastruktur penghubung, tetapi juga tumbuh sebagai ikon wisata baru di kawasan pantai selatan Jogja. Menurutnya, bangunan jembatan ini sangat indah dan eksotis.

Advertisement

“Saya punya harapan bagaimana orang melihat jembatan itu tidak sekadar hanya jembatan biasa asal lewat bisa lewat. Tapi juga bisa menikmati sesuatu menurut selera mereka,” ujar Sri Sultan saat meninjau Jembatan Pandansimo bersama Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) didampingi Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih serta jajaran Kementerian PUPR, Kamis (9/10/2025).

Ditegaskan Sultan, keberadaan jembatan Pandansimo ini akan membuka potensi ekonomi baru. Posisi yang strategis dapat mempersingkat jarak dan memudahkan wisatawan menjangkau kawasan pantai utama di selatan DIY.

“Ini kawasan laut, menjadi kawasan yang memang kita desain. Tidak cukup jembatan di Kretek karena itu masih jauh dari Parangtritis, dari pantai. Sehingga kalau orang datang ke Parangtritis itu kembali ke utara kira-kira 2 km baru kembali ke selatan lagi. Tapi kalau ini langsung bisa masuk kawasan pantai Parangtritis kan gitu,” jelas Sri Sultan.

Sri Sultan mengungkapkan dirinya juga telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak di Bali untuk mengembangkan atraksi wisata yang menyesuaikan dengan karakter pantai selatan DIY. Salah satunya adalah olahraga paraceling (parasailing) yang potensial karena arah angin yang berbeda dari Bali.

“Di kawasan ini kami sudah mencoba koordinasi dengan teman-teman di Bali. Tapi kalau di sini paraceling ya, itu yang bagus itu bulan Juni sampai Desember. Tapi kalau di Bali itu Januari sampai Juni,” jelas Sri Sultan.

Dengan kondisi angin yang berganti arah di dua wilayah tersebut, Sri Sultan berharap aktivitas wisata bahari dapat saling melengkapi antara Bali dan DIY. “Harapannya orang-orang asing itu, karena arah angin berubah, tidak bisa mereka melakukan aktivitas di Bali. Paraceling di Bali pindah ke sini untuk melanjutkan dari Juni sampai akhir tahun. Semoga ini juga berkembang, tidak sekadar jembatan ini hanya untuk lewat aja,” tutup Sri Sultan.

Hal senada diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). “Jembatan ini memiliki nilai strategis, berada di Bantul, DIY, dikerjakan sejak November 2023, dan tahun ini sudah siap, Insya Allah dan mudah-mudahan bisa segera diresmikan,” ujar Menteri AHY.

Jembatan Pandansimo membentang sepanjang 2.300 m dengan bentang utama 675 m dan lebar rata-rata 24 meter. Proyek yang dikerjakan selama 579 hari kalender sejak 17 November 2023 hingga 20 Juni 2025 ini menghubungkan Desa Banaran, Galur, Kulonprogo, dengan Desa Poncosari, Srandakan, Bantul.

Sebelumnya, ruas Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) antara Congot–Ngremang dan Pandansimo–Samas masih terpisah oleh Sungai Progo, sehingga membutuhkan waktu tempuh hingga 30 menit. Akibatnya, biaya operasi kendaraan mencapai Rp10,79 triliun per tahun, nilai waktu kendaraan Rp25,13 miliar, dan nilai produksi komoditas baru sekitar Rp41,5 miliar per tahun.

Jembatan ini berdasarkan studi kelayakan tahun 2017, dapat mengurangi biaya operasi kendaraan hingga 13,11% (setara Rp1,4 triliun per tahun). Waktu tempuh berkurang 20 menit, dan nilai waktu kendaraan turun hingga 31,44%. Produksi komoditas pertanian dan perikanan juga diproyeksikan naik 18,6% atau Rp7,7 miliar per tahun.

“Kita berharap dengan jembatan yang bukan hanya megah, tapi indah. Ini bisa meningkatkan konektivitas antarwilayah, mobilitas masyarakat, manusia, barang, dan jasa juga harusnya semakin efisien, mengurangi biaya mobilitas, biaya angkut, biaya produksi, waktunya berkurang, dan dengan demikian kita berharap ekonomi semakin tumbuh, dengan positif di wilayah ini, khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Bantul dan sekitarnya,” tutur AHY.

Selain berfungsi strategis secara ekonomi, Jembatan Pandansimo juga berperan membuka akses pertanian seluas 2.164 hektar di Kecamatan Galur. Mendukung produksi 9.143 kuintal sayur dan buah, serta 13,3 ton hasil perikanan di Kecamatan Srandakan. Infrastruktur ini diharapkan menjadi fondasi bagi pertumbuhan multi-sektor, termasuk pertanian, logistik, perikanan, dan pariwisata di selatan DIY. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Hamas Butuh 10 Hari Menemukan Jenazah Sandera Israel yang Meninggal

Hamas Butuh 10 Hari Menemukan Jenazah Sandera Israel yang Meninggal

News
| Kamis, 09 Oktober 2025, 23:17 WIB

Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Wisata
| Minggu, 05 Oktober 2025, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement