Advertisement
Saluran Irigasi Rusak Sejak 2017, Petani di Prambanan Andalkan Sumur Bor
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Selama musim kemarau, petani di Kecamatan Prambanan memanfaatkan sumur bor untuk mengairi lahan pertanian. Irigasi yang tidak bisa digunakan sejak tahun lalu membuat petani di sepanjang Jalan Raya Piyungan-Prambanan terpaksa membuat sumur bor.
Petani di Dusun Madurejo, Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Sumaryadi, mengatakan sejak 2017 jaringan irigasi yang seharusnya bisa dipakai untuk mengairi lahan pertanian rusak, sehingga pasokan air untuk irigasi pertanian terhenti. Ia mengatakan untuk mengairi lahan pertanian khususnya di musim kemarau seperti saat ini, petani harus membuat sumur bor. "Karena jaringan irigasi tak berfungsi, kami terpaksa membuat sumur bor. Untuk mengairi lahan pertanian, saya ikut menumpang memanfaatkan sumur bor milik tetangga saya," katanya saat ditemui Harian Jogja, Selasa (17/7/2018).
Advertisement
Menurut Sumaryadi, saat ini petani di Prambanan memasuki masa tanam ketiga. "Masa tanam pertama saya menanam padi, masa tanam kedua menanam palawija, dan sekarang menanam kacang tanah. Tahun lalu saat masa tanam ketiga saya memilih menanam jagung, sayangnya tanamannya rusak diserang hama," ujarnya.
Irigasi yang ada di sepanjang Jalan Raya Piyungan Prambanan berasal dari Selokan Mataram. Menurut Sumaryadi, irigasi itu sudah tidak berfungsi sejak 2017. Sejumlah petani melalui kelompok tani sudah mengusulkan perbaikan jaringan irigasi ke pemerintah desa setempat agar bisa disampaikan kepada instansi yang berwenang. Namun hingga saat ini perbaikan yang diharapkan tak kunjung dilakukan pemerintah. Sumaryadi memiliki lahan seluas 3.000 meter persegi yang saat ini ditanami kacang tanah. Ia berharap dengan adanya irigasi yang baik, ia tidak perlu lagi mengairi lagi lahannya dengan menyedot air dari sumur bor.
Camat Prambanan, Eko Suharjono, mengatakan stok air baku untuk pertanian selama musim kemarau tahun ini aman. Menurutnya, ia terus berkoordinasi dengan Organisasi Pengelola dan Pemakai Air (OPPA) untuk memastikan ketersediaan air bagi pertanian di musim kemarau. "Selama debit air mencukupi, kami juga memanfaatkan air dari Sungai Opak untuk mengairi lahan persawahan," kata Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
UU DKJ Disahkan, Sebentar Lagi Jakarta Bakal Melepas Status Ibu Kota
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Penyelundupan Pil Koplo di Lapas Jogja Digagalkan, Kemenkumham DIY
- Rentetan Gempa Bawean Terus Menurun, BMKG Catat Gempa Susulan Mencapai 333 Kali
- BRI Bagikan Paket Sembako dan Santunan bagi Anak Yatim di Jogja
- Polda DIY Siapkan Antisipasi Lalu Lintas Selama Libur Lebaran 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jogja, Kamis 28 Maret 2024
Advertisement
Advertisement