Advertisement
Seni Budaya Diremehkan, Karakter Bangsa Bisa Hilang
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Munculnya kekerasan yang melibatkan siswa hingga kasus intoleransi di masyarakat, tidak terlepas dari lunturnya karakteristik masyarakat Indonesia. Untuk mengembalikan semangat kebangsaan, peran guru seni dan budaya tidak boleh dikesampingkan.
Kepala Pusat Pengembangan, Pemberdayaan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Seni Budaya DIY M Muhadjir mengatakan saat ini bangsa Indonesia mengalami krisis karakter kebangsaan. Munculnya kasus-kasus kekerasan yang melibatkan kalangan siswa hingga maraknya kasus intoleransi di masyarakat disebabkan luntur nya karakteristik masyarakat Indonesia.
Advertisement
Hal itu terjadi karena tidak sedikit siswa yang sudah kehilangan jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Untuk itu, harus dilakukan penguatan karakter bangsa dengan melibatkan guru-guru seni dan budaya.
Oleh karena itu, guru seni dan budaya, menurut dia tak boleh dikesampingkan dan dimarjinalkan. Pasalnya selama ini mereka berperan penting menguatkan karakter anak melalui keragaman seni dan budaya. "Di sini guru seni budaya garda ke depan dalam menguatkan anak didik berkarakter keindonesiaan. Guru akan membangun jati diri siswa menuju jati diri bangsa dengan keragaman seni dan budaya yang dimiliki bangsa ini," katanya di sela-sela Kongres Nasional Guru Seni dan Budaya I DIY, Selasa (11/12/2018).
Sayangnya, dari hasil pengamatannya selama ini, jumlah guru seni dan budaya terus mengalami penyusutan (defisit). Bahkan banyak sekali guru agama yang dialihkan menjadi guru seni budaya. Padahal guru seni budaya menjadi garda terdepan pembentukan karakter proses keindonesiaan (bangsa). "Saya tidak bisa membayangkan bagaimana saat guru agama mengambil alih sebagai guru seni dan budaya. Dampaknya, muncul kasus-kasus intoleransi. Jangan-jangan selama ini salah arah," katanya.
Dia berharap bangsa Indonesia menjadi bangsa berasal dan mampu merekayasa sendiri, bukan bangsa konsumtif atas rekayasa bangsa lain. Tidak ada bangsa yang maju karena bangsanya berkualitas, bangsa berkualitas karena pendidikannya berkualitas, pendidikan berkualitas karena karakter kuat pendidiknya (gurunya). "Kita punya bangsa tanpa negara saat ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober. Ini dikarenakan bangsa ini punya karakter keindonesiaan yang kuat, rasa kebangsaan juga kuat," katanya.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X, secara khusus menilai jika guru seni dan budaya memiliki peran penting dan strategis. Alasannya, pembelajaran peran yang dimainkan oleh seni dan budaya sangat signifikan, yakni untuk menyiapkan keterampilan dalam menunjang kegiatan kreasi dan apresiasi peserta didik. "Pembelajaran seni budaya berisikan kajian rasa lebih dari pada kajian pikir. Oleh karenanya, dominasi kajian rasa ini menunjukkan karakteristik yang tidak dimiliki pelajaran lain. Siswa dapat mengembangkan bakat seni dan budaya yang dimilikinya," kata Sultan.
Pengamat Pendidikan Prof. Suminto A Sayuti mengatakan pembelajaran seni yang dilakukan secara kreatif akan memberikan sumbangan yang bermakna untuk membangun strategi kebudayaan. Cara-cara tradisional yang bersifat verbalistik dan inner ideas harus diganti dengan cara baru yang lebih dinamis.
"Pembelajaran seni hendaknya melibatkan kemampuan memperoleh informasi seni dan bagaimana mengolah informasi itu. Dalam hal ini, profesionalitas guru menjadi penting," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menguat Sinyal Megawati Mau Bertemu Prabowo Setelah Rakernas PDIP
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Info Stok Darah Jogja Hari Ini, Senin 22 April 2024
- Jelang Pilkada 2024, Bawaslu DIY Mencermati Gerak-gerik Kepala Daerah Petahana
- Dukung Program Desentralisasi Sampah, Ini Harapan DPRD Jogja
- Viral Sampah Menumpuk Selama Seminggu di Pasar Beringharjo Timur, Sudah Diangkut Sisakan Bau Menyengat
- MPBI DIY Bakal Mengawal Penyaluran THR Lebaran yang Belum Tuntas
Advertisement
Advertisement