Advertisement

Warga Jambusari Bebas dari Cemas Berkat Arisan Pemanen Hujan

Kamis, 22 Maret 2018 - 12:55 WIB
Kusnul Isti Qomah
Warga Jambusari Bebas dari Cemas Berkat Arisan Pemanen Hujan

Advertisement

Warga memperlakukan hujan sebagai barang berharga yang layak dijadikan arisan

Harianjogja.com, SLEMAN-Warga Perumahan Jambusari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, mengadakan arisan air hujan untuk mengantisipasi krisis air. Manfaatnya banyak. Peserta arisan tak pernah waswas kekurangan air.

Advertisement

Perumahan Jambusari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, berada di kawasan padat penduduk, tidak jauh dari Embung Tambakboyo. Air di kawasan ini cukup berlimpah, penduduknya tidak pernah dilanda kekeringan. Karunia ini tak membuat warga perumahan lupa diri. Mereka memperlakukan hujan sebagai barang berharga yang layak dijadikan arisan.

Ide tersebut digagas oleh ahli hidrologi dari UGM Agus Maryono sekitar satu setengah tahun lalu. “Saat itu kami mengikuti pengajian di masjid, ceramahnya tentang hujan dan lingkungan. Kumpul-kumpul di serambi masjid kemudian terbesit untuk memanfaatkan air hujan,” kata dia kepada Harianjogja.com, Rabu (21/3/2018).

Warga kemudian berinisiatif membuat instalasi penadah air hujan untuk masjid tersebut. “Kemudian dibuatlah arisan air. Pertama yang ikut 10 orang,” kata dia.

Arisan itu kemudian dipercayakan kepada Martha Haenry. Tidak hanya sebagai pemerakarsa, Haenry juga dipercaya sebagai pengelola, pemborong, dan bahkan pemasang instalasi penadah air hujan yang dirancang Agus. “Sekarang sudah berjalan dua putaran selama 10 bulan,” ujar Haenry di rumahnya.

Setiap bulan, 10 peserta ditarik iuran Rp200.000. Uang arisan Rp2 juta kemudian dipakai untuk membeli bak dan bahan instalasi penadah air hujan. Pemasangan instalasi tidak terlalu rumit. “Syaratnya rumah itu ada talangnya. Kalau enggak ada ya dibuat dahulu talangnya,” kata dia.

Mengumpulkan air hujan juga cukup sederha. Air hujan dialirkan menggunakan pipa. Sebelum masuk ke bak penampung, air lebih dahulu disaring menggunakan debu dan daun. Saringan debu secara mekanis berkerja pada saat hujan pertama kali turun. Air hujan masuk ke dalam pipa khusus yang dilengkapi dengan pelampung.

“Air hujan biasanya kotor sehingga harus disaring. Pelampung dalam pipa kemudian akan naik menutup jalur pembuangan untuk proses penyaringan daun sebelum air hujan masuk dalam bak,” ucap Haenry.

Dengan dua kali proses penyaringan, air hujan yang masuk ke dalam bak tampung bakal jernih. Jika bak sudah penuh dan air meluber, luapannya dimasukkan ke dalam sumur resapan. “Dengan demikian, air hujan tidak banyak terbuang dan dapat dimanfaatkan,” kata Haenry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement