Advertisement

Terdampak Pembangunan Irigasi, Produksi Jagung Anjlok

Jalu Rahman Dewantara
Minggu, 13 Januari 2019 - 14:15 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Terdampak Pembangunan Irigasi, Produksi Jagung Anjlok Ilustrasi jagung - Ist/Corn Refiners Association

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Kerusakan saluran irigasi Kalibawang disinyalir menjadi penyebab anjloknya produksi jagung di Kulonprogo sepanjang 2018. berdasar data yang dimiliki Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulonprogo, dari 26.220,50 ton yang ditargetkan produksi jagung hanya tercapai 23.024,51 ton atau sekitar 87,81%.

Produksi jagung pada tahun lalu juga lebih buruk dibanding 2017 yang mampu mencapai 27.435 ton dari target 25.742 ton. Saat itu diketahui kondisi saluran induk Kalibawang masih berfungsi dan belum tahap perbaikan.

Advertisement

Kepala DPP Kulonprogo, Bambang Tri Budi, mengatakan kerusakan saluran irigasi sangat memengaruhi luas tanam jagung. Walhasil hal itu berdampak pula pada produksi saat masa panen.

"Produksi jagung di Kulonprogo selama tiga tahun terakhir menurun karena Saluran Irigasi Induk Kalibawang diperbaiki. Meski begitu kami tetap berusaha mendampingi petani memanfaatkan lahan tegalan supaya ditanami jagung sehingga dapat membantu dalam mempertahankan produksi jagung," kata Bambang, Minggu (13/1/2019).

Bambang mengatakan terhitung sejak 2018 hingga 2020, Saluran Irigasi Induk Kalibawang setiap April sampai Agustus bakal ditutup untuk perbaikan. Oleh karena itu dia meminta para petani jagung untuk bersabar dengan keterbatasan pasokan air. "Kami sudah berusaha maksimal untuk mempertahankan produksi jagung, tapi kami tidak bisa berbuat banyak selama Saluran Irigasi Induk Kalibawang masih diperbaiki," katanya.

Menurunnya produksi jagung pada 2018 berakibat pada kenaikan harga komoditas tersebut. Salah satu pedagang sembako di Kecamatan Sentolo, Sugeng, mengatakan saat ini harga jagung pipil kering mencapai Rp6.500 per kilogram dari sabelumnya Rp3.000 hingga Rp4.000 per kilogram. Kenaikan harga ini telah berlangsung sejak sebulan terakhir.

Sugeng mengatakan kenaikan ini banyak dikeluhkan peternak ayam petelur. Sebab jagung merupakan makanan bagi ayam petelur. "Kenaikan ini disebabkan beberapa wilayah penghasil jagung tidak panen, akhirnya peternak banyak mengeluhkan tingginya harga jagung. Banyak yang cerita kalau pendapatan mereka berkurang," kata Sugeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AS Disebut-sebut Bakal Memberikan Paket Senjata ke Israel Senilai Rp16 Triliun

News
| Sabtu, 20 April 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement