Advertisement

Promo November

Ini Harapan Seorang Ibu yang Anaknya Terlahir Tanpa Anus

Kiki Luqmanul Hakim (ST16)
Kamis, 24 Januari 2019 - 16:57 WIB
Sunartono
Ini Harapan Seorang Ibu yang Anaknya Terlahir Tanpa Anus Agung Wibowo saat bersamanya ibunya, Rabu (23/1/2019). - Harian Jogja/Kiki Luqmanul Hakim. (ST16)

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL – Pada 15 bulan silam, Agung Wibowo terlahir ke dunia. Putra keempat pasangan Warsih dan Budiharjo warga Dusun Karasan 6, Palbapang, Bantul itu lahir dengan sehat dan selamat.

Tetapi beberapa hari kemudian, diketahui bayi mungil itu tidak bisa mengeluarkan kotoran karena tidak memiliki anus. Keduanya tetap ikhlas dan sabar menjalani cobaan itu. Agung pun langsung dirujuk ke RSUP Sardjito untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Advertisement

Di Sardjito, langsung mendapatkan penanganan, operasi pertama yaitu pembuatan stoma atau lubang pembuangan pada perut sebelah kiri. Operasi berjalan lancar yang dilakukan pada 12 Desember 2017 silam. Sedianya memakan biaya Rp36 juta tetapi sepenuhnya dijamin oleh JKN. Saat ini masih menunggu giliran operasi tahap kedua yaitu pembuatan lubang anus.

Lubang operasi pertama pada perut sebelah kiri yang berfungsi untuk pembuangan kotoran dengan disalurkan pada kantong kolostomi. Dari profesinya sebagai buruh, kini Warsih dan Budiharjo mulai merasakan beratnya membeli kantong tersebut. Meski harga kantong itu hanya Rp37.500.

"Satu kantong hanya mampu dipakai satu hingga dua hari," ucapnya saat ditemui Harian Jogja, Rabu (23/1).

Jika kantong tersebut tidak diganti selama dua hari perut Agung akan iritasi yang menimbulkan lecet pada daerah pembuatan stoma dan harus dibawa ke Rumah sakit. "Pernah waktu itu bocor terus gantinya kelamaan, perutnya langsung kena infeksi, terus saya bawa ke rumah sakit," ucapnya lirih.

Ketika persediaan kantong kolostomi kosong, kantong yang lama tersebut dapat digunakan lagi dengan syarat harus dicuci bersih menggunakan air hangat. Namun alternatif tersebut harus memakan biaya tambahan lagi untuk memberli perekat kulit yang harganya sebesar Rp300.000.

"Soalnya kantongnya itu kan cuma ada di apotek atau rumah sakit tertentu, jadi kalau pas stoknya habis ya terpaksa harus dicuci terus harus beli perekat perut biar kantongnya nggak jatuh," katanya.

Selain operasi tahap kedua yang masih menunggu giliran, Agung harus menjalani operasi tahap ketiga, yaitu proses penutupan lubang pembuangan pada perut sebelah kiri Agung. Warsih juga berkata bahwa ada empat bayi lain yang mengalami nasib sama seperti anak bungsunya tersebut. "Harapan saya operasi kedua dan selanjutnya bisa berjalan lancar biar anak saya bisa buang kotoran dengan cara normal seperti bayi lainnya," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement