Advertisement
Jogja Diabolo Squad Kenalkan Yoyo Asal Tiongkok

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Yoyo, alat permainan yang terdiri dari dua cakram dengan satu poros terikat tali sangat lazim dimainkan. Baik oleh kalangan anak-anak maupun dewasa. Bahkan kini sudah banyak pemain yoyo profesional dengan berbagai trik rumit. Namun belum banyak yang tahu tentang permainan yoyo asal Tiongkok yang dikenal dengan nama diabolo.
Kelincahan Jogja Diabolo Squad (JD Squad) memainkan cakram yoyo berwarna-warni di atas panggung, menyedot perhatian para penonton. Bersama Angela Irena dan kawan-kawan JD Squad, diabolo menjadi pertunjukan yang sangat menarik. Satu diabolo bisa dimainkan dua hingga tiga orang. Mereka saling melempar cakram diabolo dengan berbagai gaya akrobat. Atau sebaliknya, satu orang dapat memainkan beberapa cakram diabolo sekaligus.
Advertisement
Selain cara permainannya yang menarik, bentuk cakram diabolo juga berbeda dari yoyo biasa. Yoyo asal Tiongkok ini memiliki bentuk cakram menyerupai gelas. Kedua sisinya ibarat dua buah gelas yang bagian bawahnya disatukan. Prinsipnya sama, membuat dua cakram berputar dengan tali. Bedanya, yoyo ini dimainkan menggunakan satu tali dan dua tongkat. Kedua cakram tak terikat pada tali sehingga dapat dilepas dan dilempar-lempar saat dimainkan. Diabolo pun bisa dikombinasikan dengan akrobatik para pemainnya.
Sejarah diabolo berasal dari Tiongkok. Dulu masyarakat memainkan yoyo ini usai panen karena tak banyak kegiatan yang dapat dilakukan. Cakram diabolo tradisional memiliki sisi pipih seperti yoyo Eropa. Bedanya, cakram ini dibuat dari bambu dan diberi lubang angin. Sehingga saat berputar, ada bunyi yang dihasilkan. Pada abad 16, diabolo masuk ke tanah Eropa. Masyarakat Eropa mulai memainkan dan membuat beberapa penyesuaian. Salah satunya ialah mengganti bentuk cakram menjadi seperti gelas. Penamaan diabolo pun diberikan seorang insinyur Prancis yang menyempurkan bentuk yoyo ini pada awal abad 20. Kata diabolo berasal dari bahasa Yunani yang artinya melempar jauh. Ini merujuk pada cara memainkan diabolo yang lebih seperti melempar-lempar daripada menarik ulur yoyo.
Angela menjelaskan untuk dapat mempelajari diabolo susah-susah gampang. Pasalnya kemampuan peraih gelar Best Talent Koko Cici Jogja 2018 ini juga diraih dengan belajar secara autodidak. Mulanya saat SMA, Angela didapuk sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti kompetisi Chinese Bridge yakni lomba bahasa Mandarin tetapi dengan menampilkan kemampuan khas Tiongkok. Akhirnya Angela pun belajar bermain diabolo dengan melihat Youtube dengan alat milik sekolah. "Awalnya enggak mudah juga karena diabolo milik sekolah terbuat dari plastik, saat jatuh retak. Diabolo retak itu juga yang saya pakai untuk ikut lomba. Sempat putus asa karena susah tapi saya tetap lanjut belajar, sekitar dua bulan sudah bisa," katanya kepada Harian Jogja akhir pekan lalu.
Belajar Bersama
Kemampuan itu tak lantas ia simpan sendiri. Apalagi setelah penyelenggaraan Koko Cici Jogja 2018, banyak kawan-kawannya yang tertarik belajar kesenian asal Tiongkok tersebut. Maka atas prakarsa bersama, dibentuklah JD Squad untuk wadah belajar bersama. Dengan jadwal berlatih tiap Jumat pukul 19.00 WIB di Hoo Hap Hwee. "Daripada main sendiri bosen, lebih baik bareng-bareng. JD Squad juga terbuka untuk umum karena kami ingin mengembangkan kesenian asal Tiongkok ini," ujarnya.
Kini, anggota JD Squad sudah cukup banyak. Bahkan sudah sering diundang untuk mengisi acara-acara kesenian maupun budaya. Maka Angela pun mulai serius melengkapi alat-alat diabolo yang semuanya ia impor dari Tiongkok. Pasalnya belum ada yang menjual diabolo berbahan karet di Indonesia. Angela menjelaskan ada perbedaan mendasar diaobolo yang berbahan plastik dan karet. Plastik akan sangat mudah retak karena tidak memantul saat jatuh berbeda dengan karet yang bisa memantul.
Selain kebersamaan saat berlatih, Angela mengaku bermain dan belajar bersama bermain diabolo merupakan upayanya mengenalkan kebudayaan Tiongkok yang belum banyak orang tahun. "Yang terpenting niat yang kuat untuk belajar, semua pasti bisa main diabolo," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Per 1 Desember 2023, Akses Penumpang KA Bandara YIA di Stasiun Tugu Pindah ke Sisi Barat
- 883 Ribu Kendaraan Diperkirakan Masuk Jogja di Libur Nataru, Ini Langkah Dishub DIY
- Modus Korupsi Kasir BUKP di Bantul: Tak Setorkan Angsuran Nasabah hingga Membuat Bank dalam Bank
- Berharap Wisata Jogja di Akhir Tahun Tak Terdampak Hirup Pikuk Kampanye
- Simak Daftar Caleg DPRD DIY 1 untuk Pemilu 2024
Advertisement
Advertisement