Advertisement

Saat Ini Jogja Panas, tetapi Kalah dari 10 Tahun Lalu Saat Temparatur Menyentuh Rekor

Abdul Hamied Razak
Minggu, 28 April 2019 - 08:07 WIB
Budi Cahyana
Saat Ini Jogja Panas, tetapi Kalah dari 10 Tahun Lalu Saat Temparatur Menyentuh Rekor Warga menutup sinar matahari yang menyinari muka saat matahari bersinar terik di musim kemarau - Harian Jogja/Nina Atmasari

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Meski panas luar biasa, suhu udara di DIY dinilai masih normal oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Pada akhir April ini, suhu udara berkisar 32-33 derajat Celcius. Temperatur ini masih kalah jauh dibandingkan dengan rekor yang dicatat pada 10 tahun lalu. Pada 2009, suhu udara di DIY pernah menyentuh angka 39,9 derajat Celcius.

Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG DIY Djoko Budiono mengatakan temperatur pada April ini naik dibandingkan kondisi rata-rata, tetapi belum masuk kategori ektstrem. Kenaikannya hanya sekitar 1 derajat Celcius.

Advertisement

“Jadi bukan rekor, melainkan lebih tinggi sedikit daripada kondisi rata-rata,” ujar dia, Sabtu (27/4).

Berdasarkan data BMKG, rekor tertinggi suhu maksimum yang pernah terjadi di wilayah DIY adalah 39,9 derajat Celcius pada 19 Oktober 2009. Temperatur terpanas kedua terjadi pada 3 Juni 2011, yakni 39,8 derajat Celcius. Selanjutnya 38,3 derajat Celcius pada 24 Juli 2010 (lihat grafis).

  • Temperatur (Celcius)              Waktu
  • 39,9                                                     19 Oktober 2009
  • 39,8                                                     3 Juni 2011
  • 38,3                                                     24 Juli 2010
  • 37,1                                                     3 November 2009
  • 36,7                                                     29 Oktober 2011
  • 36,7                                                     17 Oktober 2013
  • 36,4                                                     20 Oktober 2009
  • 36,4                                                     11 November 2009
  • 36,3                                                     19 Maret 2009

“Untuk saat ini belum masuk kategori ekstrem, masih di batas toleransi normal, kecuali suhu udaranya sudah di atas 36 derajat Celcius, baru masuk kategori ekstrem.” Ujar dia.

Berdasarkan data BMKG DIY, suhu minimum dan maksimum pada akhir April ini umumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pada April periode tahun 2015-2018. Data suhu maksimum rata-rata harian pada akhir April 2019 berkisar 32-33 derajat Celcius sedangkan suhu maksimum rata-rata April periode 2015-2018 sebesar 31,3 derajat celcius.

“Kondisi ini berkorelasi dengan masa pancaroba, faktor astronomi karena Matahari masih dekat dengan Ekuator, faktor meteorologi karena tidak ada awan yang menghalangi sinar Matahari. Akibatnya sinar Matahari diterima secara optimum.”

Suhu Maksimal

Sepuluh tahun lalu, temperatur ekstrem pernah melanda wilayah Indonesia termasuk DIY. Berdasarkan data BMKG saat itu, suhu udara di DIY sekitar Oktober mencapai 37,7-39,9 derajat Celcius. Itu merupakan suhu terpanas selama musim kemarau 2009. Penyebabnya, selain posisi Matahari berada di atas Pulau Jawa, intensitas penyinaran Matahari sangat tinggi karena langit bersih dari awan.

Djoko belum bisa memastikan apakah kondisi yang terjadi pada 2009 juga bisa terulang kembali pada 2019.

“Untuk pengulanganya kami belum bisa memprediksi mengingat periodenya masih panjang. Setiap saat kondisi cuaca atau iklim akan selalu kami update perkembangannya,” kata Djoko.

Sebelumnya, BMKG merilis potensi cuaca ekstrem hingga 30 April mendatang akibat Badai Tropis Lorna di Samudra Hindia. Aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) pada fase basah diprediksi cukup signifikan terjadi dalam sepekan ke depan. Kondisi tersebut dapat meningkatkan suplai massa udara basah di wilayah DIY.

“Ini terjadi akibat adanya pusat tekanan rendah di perairan sebelah barat Sumatra dan Badai Tropis Lorna di Samudera Hindia barat daya Jawa,” kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jogja Reni Kraningtyas.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan terbentuknya daerah perlambatan dan pertemuan angin sehingga berpotensi memunculkan hujan sedang-lebat di wilayah DIY. Sejumlah wilayah di DIY diprediksi diguyur hujan berskala sedang hingga lebat. Di Kulonprogo meliputi Girimulyo, Nanggulan, Samigaluh, Kalibawang. Di Sleman meliputi Turi, Pakem, Cangkringan, Tempel, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Minggir, Seyegan, Godean, Mlati, Gamping, Depok, Kalasan, Berbah, Prambanan.

Potensi hujan juga terjadi di Kota Jogja dan Bantul meliputi Sedayu, Kasihan, Sewon, Pajangan, Bantul, Pleret, Piyungan serta Gunungkidul meliputi Gedangsari, Ngawen, Nglipar, Patuk, Paliyan, Wonosari, Karangmojo, Semin, Ponjong. “Selain potensi hujan, badai Lorna juga berpotensi menimbulkan gelombang tinggi 2,5 hingga tiga meter di wilayah pesisir selatan DIY,” katanya.

BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspada potensi genangan air, banjir, peti,  dan angin kencang. “Warga di pesisir perlu mewaspadai peningkatan kecepatan angin dan ketinggian gelombang laut. Kami imbau kepada nelayan untuk sementara waktu tidak melaut dan wisatawan tidak mandi di laut hingga kembali normal,” kata Reni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Gorontalo

News
| Kamis, 25 April 2024, 04:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement