Hore... Tim Riset Jogja Berhasil Turunkan Kasus DBD hingga 77% dengan Teknologi Wolbachia
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Kabar gembira datang dari Jogja. Hari ini, Rabu (26/8/2020), para peneliti yang tergabung dalam tim World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta mengumumkan bahwa teknologi Wolbachia berhasil menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Jogja hingga 77%.
Pengumuman tersebut disampaikan dalam Webinar "Dampak Efikasi Wolbachia untuk Penurunan Dengue di Kota Yogyakarta: Hasil akhir CRCT".
Advertisement
Adi Utarini selaku Project Leader WMP Yogyakarta menyampaikan setelah melakukan penelitian selama kurang lebih 10 tahun, WMP Yogyakarta bekerja sama dengan Monash University dan Yayasan Tahija, telah menemukan cara yang efektif untuk menekan kasus DBD. DBD sendiri selama ini masih menghantui masyarakat Indonesia, bahkan dunia.
"Hasil akhirnya sangat dramatis. Terdapat penurunan sebesar 77 persen kejadian dengue pada wilayah yang mendapat intervensi nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia. Penurunan 77 persen untuk penyakit menular ini sangatlah berarti di kesehatan masyarakat," kata perempuan yang akrab disapa Bu Uut ini dikutip Harianjogja.com, Rabu pagi.
Baca Juga: Digitalisasi Pasar Diluncurkan di Kawasan PKL Denggung
Adapun cara kerja teknologi Wolbachia ini adalah dengan menyuntikkan bakteri Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD. Satu induk nyamuk ber-Wolbachia ini akan menurunkan keturunan ber-Wolbachia kendati kawin dengan nyamuk non Wolbachia. Saat nyamuk ber-Wolbachia menggigit manusia, kemungkinan tidak akan menyebabkan DBD atau memiliki kemungkinan yang kecil.
Uut menyampaikan teknologi Wolbachia ini sudah terbukti dapat berkelanjutan dan efektif menekan angka DBD. Hal ini membuka pintu harapan baru untuk mencegah kasus DBD di Kota Jogja, di Indonesia, maupun dunia. "Kami berharap kepada pemerintah, hasil ini bisa melengkapi program pengendalian DBD sehingga dampaknya bisa dirasakan masyarakat dan meningkatkan derajat masyarakat Indonesia," lanjut Uut.
Sementara itu selaku pemberi dana dalam penelitian tersebut, Yayasan Tahija bangga dengan penelitian yang dihasilkan. Ketua Pengawas Yayasan Tahija, George S. Tahija menyampaikan, sebelum mendanai projek penelitian WMP Yogyakarta, Yayasan Tahija pernah mendanai penelitian lain dengan topik yang sama yakni DBD, namun tidak berhasil.
Baca Juga: Rumah Sakit Ini Dilengkapi Gedung Rawat Inap dengan Fasilitas Homestay
"Kami sudah menghabiskan waktu lima tahun dengan dana lima juta dolar Amerika," tuturnya.
Yayasan Tahija sendiri fokus terhadap penyakit DBD karena penyakit ini menyerang siapa saja dan bisa mengakibatkan kematian. Dengan keberhasilan WMP Yogyakarta, ia berharap projek penelitian di Jogja ini bisa menjadi skala nasional.
Sementara Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengapresiasi keberhasilan para peneliti WMP Yogyakarta. "Selamat, teriring apresiasi terhadap tim riset atas ketekunannya sehingga hasilnya positif terhadap penanggulangan penyakit DBD," kata Sultan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
- 20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA
- Jelang Pilkada 2024, Dinas Kominfo Gunungkidul Tambah Bandwidth Internet di 144 Kalurahan
Advertisement
Advertisement