Advertisement
Rabu Abu 2 Maret 2022, Begini Tata Cara Pemberian Abu di Masa Pandemi

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Tanggal 2 Maret 2022 merupakan Hari Rabu Abu. Bagi umat Katolik, Rabu Abu merupakan permulaan masa Prapaskah, masa menyambut kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Di Twitter hari ini, kata Katolik masuk dalam jajaran trending topic Indonesia. Hingga berita ini ditulis, "Katolik" sudah ditweet lebih dari 1.000 kali.
Advertisement
Kata "Katolik" tersebut merujuk pada hari Rabu Abu yang dirayakan jemaat Katolik hari ini. Banyak akun mengucapkan selamat memasuki masa Prapaskah. Ada pula yang menyinggung seputar pantang dan puasa. Yang lain ada yang bercerita sekolahnya libur karena merupakan sekolah yayasan Katolik.
"Selamat Menunaikan Ibadat Rabu Abu.Rabu Abu sebagai penanda awal umat Katolik memasuki masa Prapaskah, 40 hari sebelum Hari Raya Paskah. Rabu Abu menjadi penanda awal dimulainya pantang dan puasa bagi umat katolik," tulis akun @agatha_frogie.
"Karna sekolah ku sekolah katolik hari ini aku jadi libur," tulis @vanilamarkice.
"Selamat pagi...selamat menyambut Rabu Abu saudara saudariku katolik. Salam sehat," tulis @Marcelkeraf29.
"selamat memperingati pra paskah untuk semua umat katolik, selamat hari rabu abu," tulis @temensunghoon.
"Hari ini hari pertama puasa bagi umat katolik," tulis @njeleeee.
Dilansir dari Wikipedia, Rabu Abu adalah sebuah hari raya Kekristenan untuk beribadah dan berpuasa. Perayaan ini sebagai tanda perkabungan, pertobatan, dan merendahkan diri menuju kemenangan kebangkitan Kristus.
Dalam gereja Kristen tradisi barat (termasuk Gereja Katolik Roma dan Protestanisme), Rabu Abu adalah hari pertama masa Prapaskah dalam liturgi tahunan gerejawi. Hari tersebut ditentukan jatuh pada hari Rabu, 40 hari sebelum hari Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu, atau 44 hari (termasuk hari Minggu) sebelum hari Jumat Agung.
Abu Tanda Pertobatan
Dalam ibadat Rabu Abu, jemaat akan mendapatkan abu bertanda salib yang dioleskan seorang Pastor atau pembantu Pastor pada dahi jemaat masing-masing. Abu yang dioleskan menjadi tanda pertobatan.
Namun sejak Pandemi Covid-19, tata cara mengoleskan abu di dahi diubah dengan menaburkan abu di atas kepala jemaat. Tujuannya untuk menghindari kontak langsung untuk mengantisipasi penularan virus Corona.
Abu yang dipakai berasal dari daun palma atau daun palem kering yang dipakai saat perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Daun-daun yang sudah diberkati tersebut disimpan oleh masing-masing keluarga. Biasanya ada yang menyimpannya dengan menyelipkan daun palem di salib yang digantung di rumah.
Setelah setahun dan kering, daun-daun tersebut kemudian dikumpulkan di gereja untuk dibakar dan abunya dipakai untuk ibadat Rabu Abu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Wikipedia, Twitter
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Hamas Bakal Umumkan Soal Keputusan Gencatan Senjata di Gaza Setelah Konsultasi
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Anggota Polsek Imogiri Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Beruntun di Banguntapan Bantul
- Uji Coba Lantip di Jogja, Roda Empat Paling Sering Langgar Batas Kecepatan
- Wujudkan Kulonprogo Ramah Bagi Penyandang Disabilitas, Pemkab Gandeng SIGAB
- Sudah 300 Ribu Eksemplar Buku Terjual di BBW Books Jogja 2025, Masih Ada Waktu 3 Hari
- Bandara Adisutjipto Ramai Lagi, Kini Giliran FlyJaya Membuka Rute Jogja-Halim
Advertisement
Advertisement