Advertisement

Promo November

Ova Emilia, Calon Rektor UGM yang Berkomitmen Cetak Dokter Berdedikasi

Lajeng Padmaratri
Rabu, 23 Maret 2022 - 08:27 WIB
Arief Junianto
Ova Emilia, Calon Rektor UGM yang Berkomitmen Cetak Dokter Berdedikasi Ova Emilia. - Istimewa/Dok. Pribadi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Covid-19 berdampak besar pada dunia pendidikan, termasuk pada ilmu kedokteran. Ova Emilia, selaku Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM terus beradaptasi di tengah situasi yang tidak pasti demi menyiapkan tenaga kesehatan yang unggul dan tangguh.

Dalam rangkaian peringatan Dies Natalis ke-76 FK-KMK UGM, Sabtu (5/3/2022) lalu, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin yang hadir menjadi pembicara kunci saat itu mengatakan, pandemi menjadi momentum untuk melakukan transformasi guna menciptakan sistem kesehatan Indonesia yang lebih tangguh.

Advertisement

Salah satu kunci transformasi itu, kata Menkes adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang kompeten sesuai fungsi dan bidangnya masing-masing.

Untuk itu, Budi menekankan pentingnya pendidikan kedokteran untuk bertransformasi dan terus berkembang. Di samping itu, pengembangan kurikulum pendidikan berbasis literasi sains dan literasi teknologi juga perlu didorong. Dengan begitu, proses pembelajaran bisa selalu adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.

Merespons pernyataan dan harapan Menkes itu, Ova Emilia mengaku sepakat. Menurutnya, kesiapan SDM di bidang kesehatan memang teramat penting. Terlebih, di tengah pandemi yang situasinya serba tidak memungkinkan ini.

"Saya setuju sekali, memang SDM kesehatan menjadi sangat penting. Betapa baiknya kualitas infrastruktur ataupun alat yang disediakan tidak mungkin berjalan jika SDM yang ada tidak mumpuni," kata dia kepada Harian Jogja, Jumat (11/3/2022).

Di situasi pandemi saat ini, dia yang bekerja di institusi pendidikan pun menganggap bahwa proses menyiapkan SDM di bidang kesehatan sebagai tantangan besar. Pasalnya, ada banyak perubahan yang terjadi dan adaptasi harus terus dilakukan.

"Yang namanya institusi pendidikan di bidang kesehatan itu kan di hulu ya, hilirnya pada pelayanan kesehatan. Artinya, kalau pelayanan kesehatan berubah, bertransformasi, maka kami [di pendidikan kesehatan] juga harus cepak-cepak [bersiap] menyesuaikan," urainya.

Dosen sekaligus dokter spesialis obsgin ini mencontohkan, salah satu transformasi pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan di masa depan akan banyak menerapkan digitalisasi.

Sebagai pendidik di bidang kesehatan, dia pun perlu mempersiapkan materi pembelajaran atau kurikulum bagi orang-orang yang akan bekerja menggunakan perubahan sistem tersebut.

Terlepas dari soal pandemi, Ova mengaku, FK-KMK selalu melakukan pembaruan kurikulum secara minor setiap tahun dan secara mayor dalam lima tahun sekali. Pasalnya, pendidikan kedokteran dan kesehatan baginya sangat unik karena ilmunya cepat berubah dan berkembang. “Itulah sebabnya, pembaruan kurikulum ini dirasa perlu untuk mewujudkan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan perkembangan situasi terkini,” kata dia.

Lebih Adaptif

Namun, pandemi membuatnya mau tidak mau harus lebih cepat beradaptasi. Ova mengaku sudah menyiapkan rencana untuk blended learning di FK-KMK UGM sejak sebelum pandemi. Menurutnya, kombinasi antara pembelajaran konvensional dan daring bisa membuat pendidikan di bidang kesehatan lebih efisien dengan berbagai media.

Begitu pandemi menyerang pada awal 2020, rupanya blended learning di FK-KMK tidak bisa sebatas jadi rencana. Seperti seluruh bidang studi lainnya, para calon dokter dan tenaga kesehatan ini dituntut beradaptasi dengan pembelajaran model baru di tengah pandemi.

"Seiring berjalannya waktu, kami juga bingung, masa calon dokter kok belajarnya online terus, kan nggak mungkin. Khususnya praktikum yang berkaitan dengan keterampilan tangan. Seperti bagaimana cara memeriksa, cara menggunakan alat kesehatan tertentu, dan sebagainya," tutur dia.

Untuk mengakalinya, FK-KMK kemudian membuat modifikasi metode dengan membuat video pembelajaran terlebih dahulu. "Jadi mahasiswa bisa belajar dulu di rumah, lalu ketika datang ke kampus untuk berlatih bisa langsung praktik. Pembelajaran jadi lebih efisien tanpa harus kehilangan kompetensi dari mahasiswa," lanjutnya.

Bukan Alasan

Bagi Ova, tak mudah membuat para dosen yang tadinya tidak akrab dengan teknologi digital untuk mampu beradaptasi menerapkan pembelajaran daring saat pandemi. Terlebih, begitu dijalani, mereka tak pernah puas dengan capaian pembelajaran. Namun, hal ini tetap harus dilakukan karena tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh.

FK-KMK juga menggelar sejumlah pelatihan secara terus-menerus kepada para dosen agar bisa berinovasi terhadap sistem pembelajaran di masa pandemi. Fakultasnya bahkan memberikan dana hibah bagi dosen agar tertarik membuat media pembelajaran dengan tujuan membuat sesi kelasnya menarik.

Bagi Ova, jika situasi pandemi justru dijadikan alasan bagi akademisi untuk tidak bisa melakukan sesuatu. Menurut dia, hal itu justru tidak pas.

Di tengah pandemi, lanjutnya, seorang pendidik tetap harus mencari cara dalam konteks apapun. Bagi dia, selalu ada hikmah di balik setiap kejadian, salah satunya ketika fakultasnya bisa menerapkan blended learning saat pandemi seperti ini.

Bahkan, situasi pandemi justru membuat kolega sesama dosen lebih banyak menulis publikasi ilmiah. Hal itu membuat kuota hibah penulisan jurnal ilmiah pada 2021 kehabisan slot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Belasan Provinsi Rawan Pilkada Dipantau Komnas HAM

News
| Sabtu, 23 November 2024, 11:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement