Advertisement
Bertabur Angka Kembar, Ini Makna Mendalam HUT Kemerdekaan RI Menurut Ponpes Kaliopak
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Perayaan Hari HUT ke-77 Kemerdekaan Indonesia tahun ini punya makna yang mendalam bai komunitas Pondok Pesantren Budaya Kaliopak.
Guna mensyukuri 77 tahun kemerdekaan Indonesia, Pondok Pesantren Budaya Kaliopak menggelar Umbul Doa Pagelaran Wayang Kulit dengan lakon Pandawa Kumpul dengan dalang Ki Angga Dwi Kurniantoro, Kamis (18/8/2022) malam lalu.
Advertisement
Pengasuh Ponpes Kaliopak, KH. M. Jadul Maula, menjelaskan ada dua momentum yang diangkat dalam Umbul Doa ini, yakni tahun baru Hijriah dan 77 tahun kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, perayaan HUT kemerdekaan kali ini merupakan momentum menarik karena kita bertemu dengan sejumlah angka kembar.
Selain 77 tahun kemerdekaan, saat ini dalam kalender Masehi juga menunjukkan angka kembar yakni 2022. Pada kalender Islam malah menunjukkan kembar tiga, yakni 1444 Hijriah. Sementara pada kalender Jawa, saat ini memasuki 1956, setelah sebelumnya melewati tahun kembar 1955.
Ia memaknai 77 tahun kemerdekaan sebagai dua hal, yakni pituduh dan pitulung. “Mudah-mudahan dengan kita syukuri pada malam hari ini, kita mendapat pituduh dan pitulung, yang serba kembar itu kita menemukan kesatuannya,” ujarnya.
Demikian pula dengan lakon yang diangkat dalam pagelaran wayang kulit ini, Pandawa Kumpul. Ia menjelaskan lakon ini dapat dimaknai sebagai sesuatu yang tercerai-berai akan berkumpul kembali mengarah kepada satu kebenaran.
“Melalui peringatan ini kita bersyukur atas HUT ke-77 Kemerdekaan Indonesia dan tahun baru Hijriah 1444 atau tahun baru Jawa 1956. Mudah-mudahan kita mendapat petunjuk, bimbingan, pertolongan, sehinga bisa mengatasi sesuatu yang samar-samar, saling bertabrakan antar kebenaran kejahatan saling campur aduk,” ungkapnya.
BACA JUGA: Polisi Tetapkan Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi Sebagai Tersangka
Ketua Tanfidziyah PWNU DIY, KH. A. Zuhdi MuMuhdlor, mengapresiasi para santri Kaliopak yang masih menekuni dan nguri-uri budaya. Menurutnya, tidak ada permasalahan antara persilangan ajaran agama dan budaya. Budaya bagi warga Nahdlatul Ulama (NU) justru diterima dan dimanfaatkan untuk sarana dakwah.
“Budaya bagi kita warga NU justru bisa memperkuat sarana untuk berdakwah. Walisongo dalam tempo 100 tahun bisa mengislamkan Jawa. Melalui sarana budaya,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Revisi UU Wantimpres hingga Kementerian Negara Bakal Disahkan DPR Hari Ini
Advertisement
Mie Kangkung Belacan Jadi Primadona Wisata Kuliner Medan
Advertisement
Berita Populer
- 43 Orang Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan di Gunungkidul Sepanjang 2024
- Selama Kemarau, BPBD Sleman Sebut Belum Ada Warga Minta Bantuan Air Bersih
- Bawaslu DIY Sosialisasikan Produk Hukum Tentang Perselisihan Hasil Pemilihan
- Teror Penembakan Terjadi di Kapanewon Bantul, Dua Kejadian dalam 3 Hari
- Bawaslu Gunungkidul Peringatkan ASN untuk Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
Advertisement
Advertisement