Advertisement
Subvarian Covid-19 XBB Hasil Mutasi dari Omicron, Pakar UGM: Jangan Khawatir Berlebihan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Munculnya Covid-19 subvarian Omicron XBB yang telah menyebar di sejumlah negara menunjukkan bahwa pandemi belum berakhir. Terdapat 26 negara yang telah melaporkan adanya kasus infeksi XBB ini, termasuk Indonesia.
Masyarakat diminta agar tetap waspada terhadap potensi penularan virus Covid-19. Pasalnya, saat ini tercatat sirkulasi subvarian Covid-19 Omicron XBB yang memicu lonjakan kasus di sejumlah negara Asia.
Advertisement
Mutasi virus Covid-19 ini bukan yang pertama kalinya. Bahkan, pakar menyebut bahwa Covid-19 akan terus bermutasi.
Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Gunadi mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi masuknya Covid-19 subvarian Omicron XBB ke Indonesia. Namun, ia tetap meminta masyarakat untuk tetap waspada dan memperkuat penerapan protokol kesehatan.
“Jangan khawatir berlebihan. Bagi yang belum vaksin segerakan vaksin dan lakukan booster juga bagi yang belum untuk meningkatkan perlindungan terhadap penularan Covid-19 sub varian baru ini,” jelasnya dikutip dari laman UGM, Minggu (30/10/2022).
Ia menjelaskan bahwa Covid-19 akan terus terus bermutasi. Salah satunya, varian baru XBB ini yang merupakan hasil evoulsi dari varian Omicron. Tidak mengherankan jika varian ini memiliki sifat dasar yang sama dengan Omicron dari segi kecepatan penularannya.
Di samping itu, varian ini juga dianggap setara dengan kemampuan varian Omicron BQ.1.1 dalam menghindari sistem imun tubuh (imun escape).
“Varian XBB ini selain cepat penyebarannya juga bersifat imun escape setara dengan Omicron BQ. 1.1 yang bersifat paling mampu menghindar dari sistem imun kita. Ini patut menjadi perhatian kita semua,” terangnya.
Negara tetangga Singapura saat ini terjadi peningkatan kasus gelombang XBB. Menurutnya, Singapura dengan cakupan vaksinasi yang bagus, namun angka kasus XBB meningkat kebih dari 50%. Hal ini diduga karena program testing, tracing, genomic surveillance yang cukup tinggi sehingga banyak temuan kasus.
“Sehingga tidak berarti negara lain yang rendah kasus XBB ini, memang rendah kasusnya. Bisa jadi karena testing, tracing, genomic surveillance belum tinggi,” kata dia.
Gunadi menyampaikan bahwa saat ini Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM terus aktif berpartisipasi melakukan pengawasan genom (genomic surveillance). Pihaknya terus melakukan pemeriksaan sampel dengametode whole genome sequencing atau pengurutan keseluruhan genome pada virus Covid-19 untuk melacak bagian yang mengalami perubahan materi genetik atau mutasi di wilayah DIY dan Jawa Tengah.
“UGM masih terus melakukan genomic surveillanc. Kita ambil sampel di akhir September 2022 lalu dan saat ini masing dalam proses running serta analisis harapannya hasilnya bisa keluar di minggu-minggu ini untuk bisa mengetahui apakah ada XBB di DIY dan Jateng,” urainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Rejowinangun Gelar Rejowinangun Fest 2024
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
Advertisement
Advertisement