Gelar Pameran Harta Karun Seni Berusia Puluhan Tahun, Langkah TBY Menjadi Museum Seni Rupa
Advertisement
JOGJA—Taman Budaya Yogyakarta (TBY) akan memamerkan 60 harta karun seni. Karya seni dari banyak seniman ini TBY miliki secara bertahap sejak berdirinya lembaga tersebut pada 1978. Saat ini ada sekitar 100 karya seni rupa. Koleksi berasal dari pembelian, hibah, dan titipan para seniman ke TBY.
Dari kurasi berdasarkan tema dan kondisi karya, akhirnya kurator akan memamerkan 60 karya yang sudah berusia puluhan tahun ini pada 24-31 Mei 2023 di Ruang Pameran TBY. Kepala TBY, Purwiyati, mengatakan inisiasi pameran berawal dari keresahan TBY yang memiliki banyak koleksi, tetapi hanya tersimpan di ruangan kantor. Padahal secara seni dan sejarah senimannya, ada nilai yang tak terhingga. Seni yang TBY miliki diproduksi dari periode 1940-an hingga 2006. Ada lukisan, grafis, kriya, sampai patung.
Advertisement
“Kami berupaya membuat pameran dari koleksi TBY, agar bisa ter-publish di masyarakat. Bisa dimanfaatkan sebagai sarana apresiasi dan edukasi,” kata Purwiyati dalam konferensi pers Pameran Seni Rupa Koleksi TBY Kencan Nonton Wayang di TBY, Jogja, Jumat (19/5/2023).
Pelaksanaan pameran koleksi ini menggandeng Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja. Adapun seniman yang karyanya akan terpampang seperti Aming Prayitno, Amri Yahya, Askabul, Bagong Kussudiarjo, Djakaria Suriakusumah, Dyan Anggraini Rais, Eddy Sulistyo, Edhi Sunarso, Enteng Wiharso, dan lainnya.
Kurator pameran, Mikke Susanto, mengatakan koleksi ini tidak hanya berskala lokal, namun juga nasional. Hal ini melihat kiprah para seniman karya yang sudah melanglang buana ke banyak tempat dan pencapaian.
Pameran koleksi ini merupakan yang pertama di Indonesia, dari sisi inisiasi taman budaya. Tidak semua taman budaya memiliki koleksi karya seni. Biasanya pameran koleksi diselenggarakan Kemendikbud, Sekretariat Negara, atau kolektor swasta.
Pameran akan terbagi dalam tiga zonasi. Zona pertama dan kedua terangkum karya dalam konsep sejarah seni rupa Jogja. Dari perkembangan seni sebelum 2000-an dan setelahnya. Pada zona ketiga merupakan ruang untuk menampilkan varian seni yang TBY miliki.
“Ini sebagai sarana mengenali mereka dalam perspektif ekstetika. Harapannya, ke depan TBY semakin bisa menjaga koleksinya dengan baik. Secara ekonomi, karya-karya itu sudah sangat berharga tinggi, kerja-kerja pelestarian semacam ini yang mendukung agar koleksi tidak hanya lestari, tapi lebih bernilai tinggi dari sebelumnya,” kata Mikke.
Sebagai contoh, ada karya Edhi Sunarso. Di beberapa situs penjualan karya seni, yang dijual oleh pihak keluarga, satu karya bisa senilai 30.000 dolar Singapura atau sekitar Rp330 juta. Itu baru satu karya, padahal ada 100 karya yang TBY miliki. “Semoga ini menjadi cikal bakal museum seni rupa di Jogja,” katanya.
Kurator lain, Lisistrata Lusandiana mengatakan pameran koleksi ini menjadi semacam peletakan batu pertama untuk langkah panjang selanjutnya, dalam rangka perawatan koleksi seni di Jogja. “TBY mengajak publik jadi bagian dari itu, turut merayakan usaha apresiasi [dalam bentuk pameran dan perawatan],” katanya.
Tidak hanya berupa pameran, rangkaian acara juga digelar dalam bentuk lokakarya inventarisasi dan konservasi seni rupa. Lokakarya ini juga melibatkan kalangan internal TBY sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan karya seni koleksi mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Puluhan Unsur Penyelenggara Pemilu Kena Sanksi Pemberhentian
Advertisement
Waterboom Jogja Rayakan Ulang Tahun ke-9, Ada Wahana Baru dan Promo Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Siaga Bencana Hidrometeorologi, Polres Bantul Siapkan Personel
- Pemda DIY Rayakan Hari Nusantara di Pantai Mlarangan, Harap Potensi Kalutan Kulonprogo Berekembang
- Petani di Bantul Kekurangan Ratusan Traktor, Pemkab Berharap kepada Pemerintah Pusat
- Pengelolaan Sampah ITF Bawuran Ditargetkan Beroperasi Februari 2025
- Gol Gustavo Buat PSS Sleman Curi Satu Poin dari Markas PSM Makassar
Advertisement
Advertisement