Advertisement

Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi dalam Upaya Mencegah Diabetes Mellitus Sejak Dini

Media Digital
Jum'at, 26 Mei 2023 - 19:37 WIB
Sunartono
Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi dalam Upaya Mencegah Diabetes Mellitus Sejak Dini Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi dalam Upaya Mencegah Diabetes Mellitus Sejak Dini. - Istimewa.

Advertisement

JOGJA—Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM bekerj asama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dan PPPKMI (Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia) Wilayah DIY menggelar hybrid webinar bertajuk Diabetes Mellitus Mengancam Generasi Muda Yogyakarta. Acara yang diselenggarakan di Auditorium Pascasarjana FK-KMK UGM tersebut merupakan kegiatan pengabdian masyarakat dan juga sebagai salah satu tindaklanjut dari survei rutin yang dilakukan oleh HDSS Sleman.

Ahli Kedokteran Layanan Primer Profesor Hari Kusnanto Josef dalam kesempatan itu menjelaskan bahwa penyakit diabetes mellitus (DM) mengancam terwujudnya Indonesia Emas 2045. Terdapat banyak faktor yang berkontribusi pada terjadinya diabetes mellitus seperti kegemukan (obesitas), pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik dan perilaku sedentari, stress, serta pola tidur yang tidak sehat. Kegemukan sebagai faktor risiko DM semestinya tidak hanya diukur dari indek masa tubuh (IMT), namun akan lebih pas jika diukur dengan lingkar perut.

Advertisement

“Saat ini, jumlah penyandang DM terus meningkat, meskipun sebenarnya angka tersebut masih merupakan fenomena gunung es. Masih banyak individu yang sudah menderita DM, namun belum menyadari bahwa kalau menyandang DM. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa usia mulainya terdiagnosis DM semakin muda, bahkan remaja pun mulai terdeteksi pre DM,” katanya.

Pakar Lainnya, Vina Yanti Susanti menambahkan terdapat faktor risiko DM yang bisa diubah dan ada faktor risiko DM yang tidak bisa diubah. Usia lebih dari 40 tahun, memiliki riwayat keluarga penyandang DM, kehamilan dengan Riwayat DM, Ibu dengan Riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg. Selain itu bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) kurang dari 2,5kg merupakan faktor risiko DM yang tidak dapat diubah.

“DM dapat menyebabkan terjadinya Penyakit tidak menular dan juga memparah Penyakit tidak menular lainnya seperti Penyakit jantung, stroke, penyempitan pembuluh darah, gangguan saraf termasuk saraf mata hingga dapat menimbulkan kebutaan, serta memungkinkan terjadinya kerusakan ginjal,” ujarnya.

Banyaknya kemungkinkan komplikasi yang dapat terjadi pada seorang penyandang DM mengisyaratkan pentingnya pengelolaan DM dengan baik dan tetap dengan berkonsultasi dengan dokter. Masyarakat diimbau agar tidak mudah mempercayai berita-berita yang beredar yang belum dijamin kebenarannya. Pengelolaan DM secara tepat akan meningkatkan kualitas hidup penyandang DM.

“Penting dilakukan pencegahan dan skrining yang dilakukan secara dini pada masyarakat. Penerapan perilaku hidup sehat semestinya dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat agar meminimalkan dampak buruk dari DM,” ujarnya.

Denny Agustiningsih ahli fisiologi UGM menjelaskan semua perlu sehat dan bugar untuk dapat mencegah dan mengendalikan DM. Sehat dan bugar tersebut dicapai dengan menerapkan perilaku hidup sehat yang meliputi pembiasaan melakukan aktivitas fisik dan olahraga. Menjaga nutrisi melalui pemenuhan gizi seimbang termasuk kecukupan air putih, menjaga pola tidur yang berkualitas (cukup durasinya dan teratur), serta dengan selalu berpikir positif, menjaga hubungan sosial dengan orang lain serta taat beribadah.

Aktivitas fisik dan olahraga sangatlah penting dilakukan oleh semua usia dan perlu dibiasakan sejak dini. Karena kecukupan aktivitas fisik dan olah raga menjadi investasi kita agar dapat terhindar dari berbagai Penyakit dan juga memiliki kualitas hidup yang lebih sehat.

“Seringkali kita memiliki banyak sekali alasan sehingga akhirnya kita tidak melakukan aktivitas fisik dan olahraga yang cukup. Oleh karena itu, pembentukan lingkungan fisik dan sosial yang mendukung kita untuk mampu melakukan aktivitas fisik dan olah raga menjadi sangat penting,” ucapnya.

Sekolah-sekolah diharapkan memiliki sarana dan kebijakan yang memungkinkan siswanya untuk aktif bergerak, tidak hanya berpikir tentang prestasi akademik saja. Karena jika sampai remaja kita terkena DM, maka selamanya tidak bisa dipulihkan menjadi sehat tanpa DM. Maka sepanjang hayatnya ia akan hidup dengan DM, yang tentunya memerlukan pengobatan dan juga biaya yang tidak murah.

Pembiasaan ini tentu tidak hanya menjadi tugas dari sekolah atau tempat pendidikan saja, namun juga menjadi tugas dari keluarga, untuk membiasakan setiap anggotanya untuk aktif bergerak dan juga melakukan skrining kesehatan secara teratur. Di sisi lain pemerintah juga diharapkan mengembangkan berbagai kebijakan yang mendorong masyarakatnya untuk lebih sehat dan bugar, termasuk dengan menyediakan berbagai ruang terbuka yang nyaman untuk melakukan aktivitas fisik.

Bagi masyarakat yang sehat maupun penyandang DM semua perlu untuk bergerak bersama, melakukan pencegahan dan pengelolaan DM melalui DIABETES (DIet seimbang, Aktifkan gerakan badan, Bebas asap rokok dan narkoba, Enyahkan stress, Tidur nyaman, Evaluasi gula darah, dan Selalu berinteraksi positif). Dengan demikian diharapkan bahwa yang sehat tetap sehat, yang sudah terlanjut menyandang DM pun tetap terkendali, tidak semakin parah dan tidak terjadi komplikasi.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Bidik Dugaan Penggelembungan Harga APD Covid-19

News
| Sabtu, 20 April 2024, 14:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement