Advertisement

Begini Curhatan Mahasiswa Muslim yang Kuliah di Kampus Katolik, Nyamankah Mereka?

Media Digital
Selasa, 25 Juli 2023 - 18:47 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Begini Curhatan Mahasiswa Muslim yang Kuliah di Kampus Katolik, Nyamankah Mereka? Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) kembali menggelar syawalan setelah pandemi COVID-19 di Lobby Kampus III Gedung Bonaventura, Jumat (19/5/2023). - Ist/UAJY

Advertisement

JOGJA—Mahasiswa muslim kuliah di kampus Katolik atau sebaliknya mahasiswa Katolik kuliah di kampus muslim, sudah menjadi hal lumrah di Jogja. Pemandangan itu bisa ditemui di kampus manapun, baik negeri maupun swasta.

Di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta misalnya, ada pastor bernama Anthonius Michael yang kuliah Kajian Studi Antar Iman di kampus tersebut. Belum lama ini ia lulus setelah menjalani sidang ujian promosi doktor. Ada pula biarawati dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Ambrosia Maria Magga, yang juga kuliah di kampus yang sama dengan program studinya Ilmu Perpustakaan.

Advertisement

Jika keduanya adalah mahasiswa Katolik yang sekolah di kampus muslim, ada pula mahasiswa muslim yang kuliah di kampus Katolik yaitu di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Di sini ratusan mahasiswa berbaur dengan ribuan mahasiswa Katolik untuk sama-sama menimba ilmu demi meraih cita-cita. Mereka melepaskan atributnya untuk fokus menempuh pendidikan tinggi.

Syahrul Romadhon, 20, salah satunya. Bisa dibilang kuliah di UAJY adalah keputusan tidak disengaja. Bagaimana tidak? Ia baru mengetahui kalau UAJY kampus Katolik adalah setelah terdaftar sebagai penerima beasiswa KIP Kuliah di kampus tersebut. “Nyesel sih enggak soalnya ada rencana mau kuliah S2 di luar negeri jadi [kuliah di UAJY] sarana beradaptasi kalau nanti ada di negara yang banyak nonmuslimnya,” katanya kepada Harianjogja.com, Selasa (27/6/2023).

Baca juga: Cek Biaya Kuliah Kampus Swasta dan Negeri di Jogja

Mahasiswa Sistem Informasi semester 4 ini justru merasa nyaman di UAJY. Dosen hingga teman-temannya selalu mengingatkan waktunya ibadah, seperti Jumatan. Dosen selalu memberi izin kepada para mahasiswa muslim untuk menjalankan shalat meski kuliah sedang berlangsung. “Toleransinya bagus,” kata mahasiswa yang juga menjadi volunteer di salah satu organisasi dakwah ini.

Senada diungkapkan Ajeng Carmelisa, 20, mahasiswa Teknik Industri UAJY 2021. Awalnya ia ragu bisa diterima di lingkungan kampus karena dirinya berhijab. “Mungkin kalau muslimnya tidak berhijab sih enggak kelihatan ya [muslimnya], tapi saya hari-harinya sudah berhijab jadi sempat takut dikucilkan,” kata dia.

Namun yang terjadi sebaliknya. Ia justru mempunyai banyak teman. Bahkan teman-temannya selalu ingin tahu seputar tata cara ibadah umat muslim. “Mereka malah kepo [ingin tahu] muslim itu gimana. Jadi di UAJY itu jauh dari kata intimidasi, semua teman merangkul. Bahkan dari yang Hindu dan Budha juga,” tutur mahasiswi yang aktif di Forum Komunikasi Mahasiswa Muslim (Forkomi) UAJY ini.

Ia juga tidak kesulitan mencari tempat ibadah karena UAJY, khususnya di Kampus III Gedung Bonaventura, telah menyediakan mushala di lantai 4.

Tidak hanya dari mahasiswa, dosen nonkatolik pun juga merasakan toleransi yang tinggi di UAJY. Ina Ratriyana, 36, dosen Ilmu Komunikasi FISIP UAJY misalnya. Ia selalu diingatkan oleh teman-temannya untuk salat jika waktu ibadah telah tiba. Saat puasa, teman-temannya juga selalu meminta izin untuk makan siang. 

“Kalau misa seperti Dies Natalis atau misa Natal itu saya selalu ikut. Mendengarkan kotbah romo [pastor] dan romo juga tahu saya dan tanya apakah kotbahnya bisa diterima atau tidak, begitu,” katanya.

Sentimen Negatif dari Luar

Sejauh mengajar di UAJY sejak 2016, ia belum mendapati pengalaman tidak menyenangkan terkait perbedaan agama. Justru sentimen negatif muncul di luar kampus, seperti saat mengurus dokumen-dokumen di kantor pemerintahan. Banyak yang meragukan bagaimana bisa seorang muslimah berhijab mengajar di kampus Katolik.

“Lingkungan kampus tidak ada kecenderungan untuk mengubah keyakinan [agama],” tegas dosen yang saat ini sedang mengenyam pendidikan di Australia itu.

Dewantoro Bagus Samekto, 21, mahasiswa dari Program Studi Ilmu Komunikasi 2021 juga sepakat bahwa kampus UAJY memiliki iklim toleransi yang bagus. “Tidak ada itu rasis-rasis, teman pandang agama. Tidak ada pertemanan memandang status sosial budaya karena pertemanan di Atma Jaya enggak toxic,” katanya.

Hanya dari segi fasilitas ibadah di kampus FISIP UAJY saja yang menurutnya perlu dikembangkan lebih luas agar tempat ibadah yang ada untuk umat Muslim saat ini bisa dipakai untuk lebih banyak orang. (BC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Turunkan Angka Kemiskinan Hingga 0 Persen, Ini Solusi yang Ditawarkan BPJamsostek

News
| Jum'at, 10 Mei 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Unik, Glamping Kapal Selam Ini Ternyata Bekas Sekoci Kapal Tanker

Wisata
| Jum'at, 10 Mei 2024, 09:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement