Advertisement

Kasus Maling Kayu di Gunungkidul Diselesaikan Secara Kekeluargaan

David Kurniawan
Kamis, 10 Agustus 2023 - 13:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Kasus Maling Kayu di Gunungkidul Diselesaikan Secara Kekeluargaan Ilustrasi pengadilan. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Upaya penyelesaian kasus pidana sekarang tidak harus sampai ke pengadilan, tetapi bisa melalui jalur kekeluargaan. Hal ini tak lepas adanya layanan rumah restoratif justice yang ada di seluruh kapanewon di Gunungkidul.

Hingga awal Agustus ini, Kejaksaan Negeri Gunungkidul telah menyelesaikan dua kasus pidana melalui program restoratif justice atau diselesaikan secara kekeluargaan. Dua kasus ini berkaitan dengan pencurian kayu di Kapanewon Saptosari.

Advertisement

Kepala Seksi Pidana Umum, Kejari Gunungkidul, Nuraisya Rachmaratri mengatakan, restoratif justice merupakan terobosan untuk menyelesaikan masalah hukum. Pasalnya, kasus yang ditangani bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

“Hingga Agustus sudah ada dua kasus pidana diselesaikan melalui program restoratif justice,” kata Yaya, sapaan akrabnya kepada Harianjogja.com, Kamis (10/8/2023).

Baca juga: Banyak Warga Membakar Sampah, DLHK DIY Cemaskan Kualitas Udara

Dia menjelaskan, kasus ini menyangkut pencurian kayu di Kapanewon Saptosari dengan dua tersangka, berstatus mertua dan menantu. Meski satu kasus namun dalam penangan dibuat dua berkas karena terdapat dua tersangka pidana KUHP pasal 362 jo pasal 56.

Upaya penyelesaian dengan cara mengembalikan kayu yang rencananya dipergunakan membuat kandang kambing. Selain itu, pelaku juga diminta memindahkan kandang dari lahan yang bukan miliknya lagi.

“Memang awal lahan [lokasi pencurian kayu] merupakan milik pelaku, tapi sudah dijual. Tapi berhubung masih merasa miliki kayunya langsung memotong dengan meminta bantuan anak menantu, tapi ketahuan oleh perusahaan pemilik lahan sehingga diperkarakan,” katanya.

Meski demikian, Yaya memastikan kasus tidak diselesaikan di pengadilan karena kedua belah pihak sepakat menyelesaikan secara kekeluargaan. “Malahan pihak perusahaan memberikan sejumlah uang untuk biaya pemindahan kandang dari lokasi lahan yang sudah diperjualbelikan,” katanya.

Pelaksana Tugas Kejaksaan Negeri Gunungkidul, Rina Idawati mengatakan, rumah restoratif justice bukan hal yang baru karena sudah diinisiasi sejak 2020. Layanan pertama ini dibuka di Kalurahan Bedoyo, Ponjong, namun saat sekarang sudah tersedia di seluruh kapanewon di Gunungkidul.

“Rumah restorative justice untuk menyelesaikan masalah hukum, tanpa proses peradilan. Ke depannya juga berfungsi sebagai tempat konsultasi dan penyuluhan hukum kepada masyarakat,” katanya.

Menuju Keadilan

Kepala Kejaksaan Tinggi DIY, Ponco Hartanto mengatakan, rumah restoratif justice merupakan suatu pendekatan untuk menciptakan keadilan dan keseimbangan serta kemanfaatan bagi pelaku tindak pidana serta korbannya sendiri. Langkah ini sebagai sebuah solusi untuk menyelesaikan suatu perkara pidana.

“Prosesnya dengan mengembalikan seperti semula dengan konsep tidak ada yang dirugikan dalam penyelesaiannya,” katanya.

Meski demikian, Ponco mengakui tidak semua perkara bisa diselesaikan melalaui restorative justice. Pasalnya, cara ini hanya berlaku bagi kasus yang hukumnya tidak lebih dari lima tahun, pelaku bukan residivis, dan kerugian tidak lebih dari Rp. 2,5 juta. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

2.086 Hektare Lahan di IKN Bermasalah, AHY: Kami Komunikasikan dengan DPR

News
| Sabtu, 27 April 2024, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement