Advertisement

Promo November

Ramai Soal Kualitas Udara Jogja, Kadar Polusi Sorowajan Paling Tinggi

Maya Herawati
Jum'at, 18 Agustus 2023 - 14:47 WIB
Maya Herawati
Ramai Soal Kualitas Udara Jogja, Kadar Polusi Sorowajan Paling Tinggi Grafik kualitas udara di Jogja berdasarkan aplikasi Nafas, Indonesia Air Quality. - ist - Nafas

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Belakangan ramai perbincangan terkait dengan kualitas udara di wilayah Jabodetabek, tak terkecuali juga Jogja yang disebut-sebut makin buruk akibat pembakaran sampah.

Harianjogja.com mengecek data sejak 2021 hingga 2023 melalui aplikasi Nafas, Indonesia Air Quality. Dalam aplikasi ini dibandingkan kualitas udara Jakarta, Jogja, Semarang dan Malang.

Advertisement

Khusus untuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sensor milik Nafas dipasang sejak Januari 2021. Sampai 2023 ada 6 sensor Nafas yang dipasang di Kota Jogja.

Sensor ini memiliki blok warna dengan arti berberbeda, kualitas udara yang berwarna hijau atau berarti berstatus baik. Sayangnya jarang terjadi di Jogja sejak 2021 sampai 2023. Kulitas udara lebih banyak didominasi warna kuning yang berarti moderat. Juga banyak muncul blok warna oranye yang berarti tidak sehat untuk sejumlah orang yang sensitif.

BACA JUGA: Pesawat Jet Pribadi Jatuh di Jalan Raya, Puing Dibersihkan, 10 Tewas Hanya 1 yang Utuh

Bahkan dari grafik kualitas udara, wilayah Sorowajan, menurut Aplikasi Nafas, memiliki kadar polusi paling tinggi. Beberapa wilayah ramai seperti Tugu Jogja dan sekitar Plaza Ambarrukmo  juga menampakkan hasil blok merah.  Sedangkan rata-rata polusi udara di DIY sedikit menurun dibandingkan tahun 2022.

Sebelum pengecekan melalui Aplikasi Nafas, memburuknya kualitas udara di Kota Jogja diakui Dinas Lingkungan Hidup.

Kualitas udara di Kota Jogja memburuk selama awal Agustus ini, diduga karena aktivitas pembakaran sampah akibat TPA Piyungan Ditutup.

Kepala UPT Laboratorium Lingkungan DLH Jogja Sutomo menyebut peningkatan pencemaran udara sebanyak 70% itu terutama karena kadar PM 2,5 atau partikel debu halus yang meningkat. “PM 2,5 ini meningkat sebanyak 70 persen dari biasanya, penyebab pastinya apa kami belum kaji mendalam, tapi ada dugaan karena pembakaran sampah,” jelasnya, Sabtu (12/8/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024

News
| Sabtu, 23 November 2024, 14:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement