UNESCO Resmi Jadikan Sumbu Filosofi Jogja sebagai Warisan Budaya Dunia
Advertisement
JOGJA—UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Jogja menjadi Warisan Budaya Dunia. Penetapan ini berlangsung dalam sidang Komite World Heritage UNESCO di Riyadh, Arab Saudi, Senin (18/9/2023).
Dengan ditetapkannya Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia oleh UNESCO, Indonesia kini memiliki lima warisan budaya dunia, yakni Candi Borobudur (ditetapkan pada 1991), Candi Prambanan (1991), Situs Sangiran (1996), Subak Bali (2012), dan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (2019).
Advertisement
Serangkaian proses pengajuan Sumbu Filosofi (The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks) menjadi Warisan Budaya Dunia telah berlangsung sejak 2014. Ada berbagai tahap mulai dari kajian akademik, administrasi, sampai visitasi.
Saat memasuki giliran pembahasan nominasi dari Indonesia di sidang, Dewan Internasional untuk Monumen dan Situs atau International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) memulai dengan pemaparan secara singkat tentang Sumbu Filosofi. Pemaparan meliputi arti, nilai-nilai, atribut, sampai filosofi.
Berbeda dengan nominasi warisan dunia negara lain, proses penetapan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Budaya Dunia tergolong cepat. "Selamat untuk Indonesia [atas lolosnya Sumbu Filosofi menjadi Warisan Budaya Dunia]," kata Chairperson World Heritage Committee, Abdulelah Al-Tokhais.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, selaku ketua delegasi pemerintah Indonesia pada sidang tersebut menyampaikan terima kasih kepada Komisi Warisan Dunia UNESCO yang telah menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta untuk dicantumkan dalam Daftar Warisan Dunia (World Heritage List). “Kami merasa terhormat dapat menyumbangkan mutiara ini ke dalam Daftar Warisan Dunia, yang merupakan perpaduan indah antara warisan budaya benda dan takbenda,” kata Abdul Aziz.
BACA JUGA: Mangunnegaran yang Masih Bertahan dengan Keunikan dan Ciri Khas Kampungnya
Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, yang hadir dalam sidang tersebut mewakili Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, mengatakan keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama semua pihak dan merupakan penghargaan atas mahakarya Sri Sultan Hamengku Buwana I, pemrakarsa Sumbu Filosofi yang penuh dengan nilai filosofi yang tinggi ini. “Adalah kewajiban kita untuk melestarikan Sumbu Filosofi ini dengan segala atribut yang menyertainya,” ujar Sri Paduka ketika membacakan sambutan Gubernur DIY dalam kesempatan itu.
Sumbu Filosofi Yogyakarta, yang dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO bertajuk lengkap the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, diakui sebagai warisan dunia karena dinilai memiliki arti penting secara universal.
Konsep tata ruang yang kemudian dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta ini dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18. Konsep tata ruang ini dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang dari Panggung Krapyak di selatan menuju utara ke Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan sampai di Tugu Jogja.
Struktur jalan tersebut berikut beberapa kawasan di sekelilingnya yang penuh simbol filosofis merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.
Beragam tradisi dan praktik budaya Jawa, baik dalam pemerintahan, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual, masih dilakukan di sekitar kawasan Sumbu Filosofi pada khususnya dan di Yogyakarta pada umumnya. Ini juga merupakan bukti akan peradaban Jawa dan tradisi budayanya yang masih terus dilestarikan sampai sekarang.
BACA JUGA: Menengok Perjalanan Banyusumurup Sebagai Kampung Keris di DIY
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, yang juga menjadi delegasi Pemda DIY dalam sidang tersebut bersama Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono, Kepala DPMPTSP DIY Agus Priono, akademisi Universitas Gadjah Mada, Daud Aris Tanudirjo, Kepala Balai Pengelolaan Sumbu Filosofi Yogyakarta Dwi Agung Hernanto, dan perwakilan dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pemda DIY berharap penetapan Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia ini akan memberikan dorongan semangat bagi seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya di DIY tetapi juga di seluruh Indonesia, untuk bersama-sama melestarikan warisan budaya dan cagar budaya yang dimiliki. “Kami berharap penetapan ini dapat dijadikan ajang pembelajaran serta salah satu referensi dan inspirasi bersama akan nilai-nilai universal yang diperlukan untuk menciptakan dunia yang lebih baik di masa depan,” ujar Dian Lakshmi Pratiwi.
Sebelum pada akhirnya dinominasikan dan ditetapkan sebagai warisan dunia dalam sidang Komisi Warisan Dunia UNESCO, situs-situs warisan budaya telah melalui proses seleksi yang panjang.
Sidang Komisi Warisan Dunia UNESCO dilakukan pertama kali pada tahun 1972 dan bertujuan untuk mempromosikan kerja sama antar negara untuk melindungi warisan budaya dan alam dari seluruh dunia yang memiliki Nilai Universal yang Luar Biasa (Outstanding Universal Values) sehingga konservasinya penting bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Jumat 22 November 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Jumat 22 November 2024
- Heroe-Pena Optimistis Kantongi 40 Persen Kemenangan
- Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Jumat 22 November 2024: Berangkat dari Palur Jebres, Stasiun Balapan dan Purwosari
- Program WASH Permudah Akses Air Warga Giricahyo
Advertisement
Advertisement