Advertisement

Menengok Perjalanan Banyusumurup Sebagai Kampung Keris di DIY

Media Digital
Rabu, 06 September 2023 - 19:27 WIB
Arief Junianto
Menengok Perjalanan Banyusumurup Sebagai Kampung Keris di DIY Perajin keris di Dusun Banyusumurup terletak di Kalurahan Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul. - Istimewa

Advertisement

BANTUL—Dusun Banyusumurup terletak di Kalurahan Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul. Wilayah ini kondang sebagai kampung keris lantaran banyaknya para perajin dan empu (ahli keris) yang dulunya tinggal di daerah ini. Sampai sekarang masih banyak warga yang bergelut dengan aktivitas pembuatan keris di sana dan sudah diturunkan ke beberapa generasi.

Lurah Girirejo, Dwi Yuli Purwanti menjelaskan penamaan Banyusumurup berkaitan erat dengan penentuan lokasi makam raja-raja di Imogiri. Saat itu Sultan Agung tengah mencari lokasi yang tepat sebagai lokasi pemakaman raja. Dia kemudian singgah di kawasan Banyusumurup yang sekarang untuk beristirahat sejenak.

Advertisement

"Kemudian beliau menancapkan pusakanya ke tanah lantas muncul mata air yang digunakan para prajurit untuk minum. Makanya dinamai Banyusumurup yang artinya air yang mengalir atau muncul dari dalam tanah," jelasnya.

Menurut Yuli, sejak dulunya dusun itu sudah didiami oleh para empu. Mereka membuat keris yang dipakai sebagai senjata para prajurit untuk berperang. Seiring berjalannya waktu semakin banyak empu yang bermukim di sana dan keahliannya diteruskan ke generasi selanjutnya. Banyak warga luar daerah yang memesan pembuatan keris di area ini.

"Dulu saat kerajaan sudah ada empu yang buat keris, turun temurun sampai sekarang. Selain itu juga berkembang menjadi pembuatan aksesoris keris. Mungkin bisa ratusan lebih sekarang yang menekuni di Banyusumurup," katanya.

Tercatat ada beberapa nama besar seperti Empu Tomorejo, Iro Menggolo, Dipo Menggolo, Haryo Menggolo, Kiai Cokro Harjo, Sosro Menggolo hingga Empu Djiwo Diharjo yang bermukim di Dusun Banyusumurup. Keris yang kini sudah diakui oleh Unesco sebagai warisan budaya memiliki berbagai macam fungsi mulai dari aksesoris sampai menjadi koleksi.

Sutomo salah satu perajin keris di wilayah setempat yang juga putra dari Empu Djiwo Diharjo menyebutkan, Empu Sosro Menggolo bisa disebutkan sebagai perintis perajin keris di Banyusumurup. Dia merupakan abdi dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dulunya merantau dari Jawa Timur ke desa itu. "Si Mbah Buyut saya ini bisa dikatakan sebagai cikal bakal Banyusumurup dikenal sebagai Kampung Keris," katanya.

BACA JUGA: Pemerintah Kemantren Mantrijeron Siapkan Penataan Sektor Budaya dan SDM

Orang tua Empu Sosro Menggolo dulunya juga merupakan ahli keris. Keahliannya itu juga diturunkan kepada anak pertamanya Empu Djiwo Diharjo. Sosro Menggolo juga kerap mengajarkan warga setempat soal pembuatan keris dan pernak-perniknya. Lama kelamaan semakin banyak pesanan dari luar dan dalam daerah dan kian digeluti oleh masyarakat setempat.

"Kalau keris itu kan bikinnya sendiri-sendiri. Satu orang spesialisasinya beda-beda. Ada yang khusus buat warongko, pendok, dan ukiran. Dulu dikerjakan di satu rumah dan kemudian setelah bisa dibawa ke rumah masing-masing," ucapnya. 

Aneka jenis keris dibuat di Dusun Banyusumurup dan sekitarnya. Warga dusun tetangga di sekitarnya pun banyak yang jadi perajin keris. Satu keris kadang bisa dikerjakan oleh lima orang sesuai dengan keahlian masing-masing. Ada yang khusus mengerjakan bagian ukiran, pendok, warongko, gagang keris dan juga keris itu sendiri.

"Peminatnya cukup banyak sampai sekarang. Apalagi di Jogja kan ada aturan soal penggunaan baju adat setempat setiap Kamis Pahing bagi ASN dan sekolah, itu cukup membantu," imbuhnya.

Dulunya, kata Sutomo, pembuatan keris lazim menggunakan meteroit sebagai bahan baku. Sekarang sudah tidak lagi lantaran bahannya sulit diperoleh. Perajin sekarang sudah menggunakan bahan nikel dengan campuran baja dalam pembuatan keris. Ada juga yang menggunakan seng dan besi biasa untuk keris yang kualitasnya di bawah rata-rata.

"Di sini menerima pembuatan sesuai pesanan. Ada yang keris pamor beras wutah, blarak sineret, kenduru dan sebagainya. Tergantung modelnya untuk lama pembuatan. Antara dua minggu sampai dua bulan pengerjaan," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas

News
| Rabu, 30 Oktober 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Makanan Ramah Vegan

Wisata
| Minggu, 27 Oktober 2024, 08:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement