Makna Konsep Sumbu Filosofi Kota Jogja yang Kini Jadi Warisan Budaya Dunia
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sumbu Filosofi Kota Jogja secara resmi telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia dalam sidang yang digelar Senin (18/9/2023). Konsep sumbu filosofi yang diciptakan Sri Sultan Hamengku Buwono I ini sarat makna bagi kehidupan umat manusia.
Sebagaimana dikutip dari lama resmi Kraton Jogja, sumbu filosofi membentang dari Tugu Golong Gilig, keraton, dan Panggung Krapyak yang di dalamnya menggambarkan perjalanan siklus hidup manusia berdasarkan konsep Sangkan Paraning Dumadi.
Advertisement
Konsep sangkan atau asal yang merupakan pendewasaan manusia digambarkan perjalanan dari Panggung Krapyak menuju kraton. Adapun konsep paran yang merupakan perjalanan yang merupakan perjalanan manusia menuju sang Pencipta digambarkan dari Tugu Golong Gilig menuju ke kraton.
BACA JUGA : UNESCO Resmi Jadikan Sumbu Filosofi Jogja sebagai Warisan Budaya Dunia
Panggung Krapyak memiliki makna awal kelahiran atau rahim, hal ini ditegaskan akan keberadaan kampung di sebelah barat laut bernama Mijen, yang berasal dari kata wiji atau benih. Kemudian ada pohon asem atau asam dan pohon tanjung yang ditanam sepanjang jalan dari Panggung Krapyak menuju keraton juga sarat makna. Di mana Sinom daun asam, melambangkan muda dan pohon tanjung melambangkan anak muda yang selalu disanjung oleh lingkungannya.
Dari Panggung Krapyak ke utara terdapat Alun-Alun Selatan yang sekitarnya ditanami pohon pakel dan kweni, melambangkan pemuda yang sudah akil balig dan sudah wani meminang gadis pujaannya.
Disusul Siti Hinggil Kidul terdapat pohon pelem cempora dan pohon soka. Pelem cempora yang berbunga putih melambangkan benih laki-laki dan soka yang berbunga merah melambangkan benih perempuan.
Di kiri dan kanan Siti Hinggil Kidul terdapat jalan yang bernama Pamengkang, yang berarti posisi kaki yang berjauhan satu sama lain. Melambangkan gerbang menuju rahim. Adapun kompleks Kamandhungan di sisi utaranya merupakan simbol sukma atau janin yang menunggu dilahirkan.
Filosofi sangkan berhenti ketika anak sudah tumbuh menjadi manusia dewasa dan filosofi paran dimulai dari Tugu Golong Gilig ke selatan menuju keraton. Tugu Golong Gilig melambangkan golonging cipta, rasa, lan karsa untuk menghadap Sang Khalik. Warna putih dipilih untuk melambangkan kesucian hati. Sebagaimana sumbu Panggung Krapyak menuju keraton, penamaan tempat dan pemilihan vegetasi pada sumbu yang menghubungkan Tugu Golog Gilig dan keraton pun memiliki filosofinya sendiri.
BACA JUGA : Sumbu Filosofi Jogja Resmi Jadi Warisan Budaya Dunia, Ini Tanggapan Sultan HB X
Dari Tugu Golong Gilig ke selatan ada jalan Margatama artinya menuju keutamaan. Kemudian Jalan Margamulya yang berarti jalan menuju kemuliaan. Untuk menuju ke sana, manusia harus bisa mengusir nafsu buruk, kemudian ada jalan berikutnya dinamai Jalan Pangurakan.
Sepanjang Jalan Margatama hingga Jalan Margamulya ditanami pohon asam melambangkan sengsem (ketertarikan) dan gayam melambangkan ayom (ketenangan). Maknanya, orang akan merasa senang atau tertaik dan tenang atau nyaman. Kemudian Alun-Alun diambil dari kata alun (ombak), menggambarkan berbagai gelombang yang dihadapi manusia sebelum kembali kepada Penciptanya.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi dalam rilis resminya mengatakan tujuan utama penetapan ini bukan semata untuk mendapatkan status warisan dunia. Akan tetapi lebih karena melestarikan warisan budaya jati diri Jogja yang amat berharga, sekaligus berbagi keistimewaan.
Ia menilai perjuangan mempertahankan status jauh lebih berat, karena Sumbu Filosofi tidak hanya menjadi milik DIY dan Indonesia saja, namun juga milik dunia.
“Sehingga komitmen bersama untuk menjaga sesuai standar internasional menjadi sangat penting untuk dipahami," kata Dian.
Ia berharap penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia akan memberikan dorongan semangat bagi seluruh pemangku kepentingan. Tidak hanya di Jogja namun juga di seluruh Indonesia, untuk bersama melestarikan warisan budaya dan cagar budaya yang dimiliki.
“Selain itu harapannya menjadi ajang pembelajaran serta salah satu referensi dan inspirasi bersama akan nilai-nilai universal yang diperlukan untuk menciptakan dunia yang lebih baik,” katanya.
BACA JUGA : Bregada Wirososro Perkuat Promosi Pariwisata Berbasis Budaya di Kawasan Sumbu Filosofi
Sumbu Filosofi telah melalui proses seleksi yang panjang sebelum akhirnya ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Dengan ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO, Indonesia kini memiliki lima warisan budaya dunia, yaitu Candi Borobudur (ditetapkan 1991)
Candi Prambanan (ditetapkan 1991) Situs Sangiran (ditetapkan 1996) Subak Bali (ditetapkan 2012), Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (ditetapkan 2019).dan Sumbu Filosofi Yogyakarta (ditetapkan 2023).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Sebut OTT di Bengkulu Terkait Pungutan Pendanaan Pilkada
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Semarak, Ratusan Atlet E-Sport Sleman Bertarung di Final Round E-Sport Competition Harda-Danang
- Tahun Ini Hanya Digelar Sekali, STTKD Mewisuda 691 Lulusan
- Senam Bersama dan Konser Musik Jadi Cara Heroe-Pena Gaet Suara Semua Kalangan
- Masa Tenang Pilkada 2024, Satpol PP Jogja Bidik 5.000 APK di Semua Wilayah
- InDrive Dorong Perubahan Sosial lewat Festival Film Alternativa
Advertisement
Advertisement