Perang Dikhawatirkan Bakal Pengaruhi Ekspor dari Bantul
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Ketidakstabilan politik internasional saat ini dikhawatirkan dapat berdampak negatif pada ekspor dari Bantul. Hal ini terjadi pada 2022 ketika terjadi perang Rusia-Ukraina, nilai ekspor Bantul turun dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan data yang dikompolasi oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Bantul, nilai ekspor Bantul pada 2022 totalnya sebesar 116,6 juta USD. Nilai ini turun dari tahun sebelumnya yang mencapai US$158,8 juta.
Advertisement
Padahal, dari sisi eksportir, jumlah barang dan negara tujuan mengalami peningkatan. Pada 2022, volume ekspor 37.556 ton, dengan 115 eksportir, 37 komoditas dan 77 negara tujuan. Sedangkan pada 2021, total volume ekspor 18.046 ton, dengan 86 eksportir, 30 komoditas dan 62 negara tujuan.
Pada 2022, industri garmen masih mendominasi ekspor dari Bantul yakni senilai US$36.096 juta dengan volume 5,398 ton. Kedua terbanyak yakni furniture dengan nilai US$33.696 dan volume 19.146 ton. Di bawahnya ada industri sarung tangan, kerajinan kulit dan kerajinan anyaman.
BACA JUGA: Nilai Ekspor DIY Melesat 3,74%, Paling Tinggi ke AS
Pada 2023 ini, kondisi politik global kembali diguncang dengan pecahnya perang Israel-Palestina, yang kemudian menarik sejumlah negara-negara lain dalam dua kubu. Kondisi ini dikhawatirkan dapat menyebabkan turunnya nilai ekspor dari Bantul.
Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Bantul, Agus Sulistiyana, mengatakan walau tidak memiliki target secara spesifik untuk ekspor, namun Pemkab Bantul terus mendorong agar nilai ekspor dapat senantiasa meningkat setiap tahun.
“Harapan kami dari tahun ke tahun naik. Tapi 2022 dibanding 2021 menurun. Saya juga khawatir karena kondisi iklim politik di dunia seperti ini [ada perang], sehingga kemungkinan juga seperti itu [menurun], kemungkinannya turun juga,” ujarnya, Senin (16/10/2023).
Namun secara internal, Pemkab Bantul mendorong peningkatan kualitas produk ekspor agar mampu bersaing dan mengimbangi faktor eksternal penurunan nilai ekspor. “Baik dari sisi produknya, manajemennya maupun kontinuitasnya,” kata dia.
Hal ini dilakukan dengan berkolaborasi dengan berbagai unsur, pelatihan peningkatan level Industri Kecil Menengah (IKM) dan sebagainya. Upaya ini juga termasuk meningkatkan keberanian IKM dalam melakukan ekspor produknya.
“Ini merubah mindset, kebiasaan dan perilaku IKM kami. Mereka sudah kebiasaan cuma nitip. Banyak IKM yang sebenarnya sudah mampu ekspor tetapi nitip yang di Jawa Tengah, Klaten dan sebagainya. Sehingga kita dorong untuk ekspor sendiri,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Satu-satunya yang Gelar Kampanye Akbar, Heroe-Pena Gandeng 15.000 Kawula Muda
- Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Jumat 22 November 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Jumat 22 November 2024
- Heroe-Pena Optimistis Kantongi 40 Persen Kemenangan
- Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Jumat 22 November 2024: Berangkat dari Palur Jebres, Stasiun Balapan dan Purwosari
Advertisement
Advertisement