Pengukuran Berat dan Tinggi Badan Tak Akurat Bisa Pengaruhi Penanganan Stunting di Sleman
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pemkab Sleman menilai faktor penyebab stunting di wilayahnya tidak hanya berkaitan dengan asupan gizi, akan tetapi juga pengukuran berat dan tinggi badan pada balita.
Oleh karena itu, Pemkab Sleman melakukan pengakuratan alat ukur dan berat badan melalui program Anting-Anting Emas (Alat Ukur Dan Timbanggan Penting Untuk Penanganan Stunting Bersama Metrologi Legal Sleman).
Advertisement
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengatakan jika pengukuran berat dan tinggi badan yang tidak tepat terhadap anak akan berdampak kepada penanganan stunting di wilayahnya, utamanya daalam penanganan dan pendataan yang tidak optimal.
BACA JUGA: Penetapan KPU Soal Pasangan Capres/Cawapres Pemilu 2024 Dinilai Objektif
Danang memaparkan, pengukuran yang tidak tepat dikhawatirkan dapat membuat balita yang terindikasi stunting justru tidak mendapatkan penanganan. Sebaliknya, balita yang seharusnya tidak stunting malah dilakukan penanganan yang tidak perlu karena ketidakakuratan dalam pengukuran berat dan tinggi badan.
Agar persoalan tersebut tidak terjadi, Pemkab Sleman menerapkan tera ulang untuk alat penimbang berat dan tinggi badan balita di posyandu maupun puskesmas. Diharapkan dengan tera ulang, maka hasil penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan lebih akurat. Nantinya setelah didapatkan keakuratan data, maka Pemkab akan menggunakan data tersebut untuk perumusan program penanganan stunting di wilayahnya.
"Harapannya dengan keakuratan tersebut, kami lebih mudah menerapkan penanganan yang tepat," kata Danang ditemui di Kantor Kalurahan Pandowoharjo, Sleman, Selasa (14/11/2023).
Lebih lanjut Danang mengungkapkan, saat ini angka prevelensi stunting di kabupaten Sleman mengalami penurunan. Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SGSI), angka penurunan stunting di Sleman menjadi 15% pada 2022. Turun dibandingkan pada tahun 2021 yang mencapai 16%. Berdasar e-PPBGM angka stunting di Sleman mengalami penurunan 1,9%. Jika tahun 2021 angka stunting di Sleman sebesar 7,2%, maka pada 2022 turun menjadi 6,88%.
"Saat ini penurunan percepatan stunting di Sleman terus diupayakan melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mulai dari Kabupaten, Kapanewon, dan Kalurahan serta Tim Pendamping Keluarga (TPK) dan Kader Pembangunan Manusia (KPM) serta dukungan pemangku kepentingan lainnya," jelas Danang.
Kepala Disperindag Sleman Mae Rusmi Suryaningsih mengungkapkan tahun ini pelayanan tera ulang posyandu atau Anting-anting Emas mulai dijalankan pada November 2023. Saat ini program ini menyasar dua kapanewon. Yakni Mlati dan Sleman.
Dari dua kapanewon tersebut sudah ada empat kalurahan yang sudah dilakukan tera ulang, yakni kalurahan Tridadi, Caturharjo, Triharjo, dan Pandowoharjo. Sementara di luar dua kapanewon itu, ada kalurahan Sidoarum, Godean. Adapun untuk data UTTP Posyandu di kalurahan yang ada saat ini telah mencapai 186 unit.
"41 di antaranya dinyatakan rusak atau tidak bisa di tera. Selanjutnya akan dilakukan tera terhadap UTTP di Kalurahan Pandowoharjo sebanyak 50 UTTP. Kemudian Kapanewon Mlati (5 Kalurahan) sampai saat ini masih dalam proses pendataan" kata Mae.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Berlakukan Status Siaga Banjir dan Longsor hingga 31 Desember 2024
- 150 Kader Adiwiyata SMP N 3 Banguntapan Dilantik, Siap Bergerak Lestarikan Lingkungan
- Polres Bantul Kerahkan 228 Personel untuk Mengamankan Masa Tenang Pilkada 2024
- Terlapor Tak Datang Klarifikasi, Penelusuran Dugaan Politik Uang di Pilkada Jogja Dihentikan
- Spanduk Tolak Politik Uang Ramai di Sleman Jelang Pilkada 2024
Advertisement
Advertisement