Advertisement
Nyamuk Ber-Wolbachia Tekan Kasus DBD dan Turunkan Angka Rawat Inap akibat Demam Berdarah
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Keberadaan nyamuk ber-Wolbachia mampu menekan kemunculan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan menurunkan angka rawat inap karena DBD di area pelepasan nyamuk.
Perjalanan panjang nyamuk ber-Wolbachia terus menorehkan hasil yang mentereng.
Advertisement
Peneliti Utama World Mosquito Program (WMP) Jogjakarta, Adi Utarini menerangkan penelitian eliminasi DBD yang kemudian menjadi WMP ini telah berjalan sejak 12 tahun yang lalum atau tepatnya pada 2011.
Pada 2017 cakupan penyebaran ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia terus meluas hingga akhirnya mengakuisisi wilayah Kota Jogja pada 2020. Tak kurang dari 11.200 ember disebar dan ditolak kepada orang tua asuh nyamuk.
"Selama 2017 kami melakukan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di Kota Jogja sekitar tujuh bulan. Kemudian tiga tahun berikutnya kami mengamati dampak terhadap kecenderungan insidensi atau kejadian penyakit dengue," kata Uut dalam acara Selebrasi Sedasawarsa Warga Jogjakarta Hidup Bersama Nyamuk Ber-Wolbachia di UGM.
Pada 2020, WMP menyimpulkan bahwa Wolbachia terbukti efektif mengurangi 77% kasus dengue. Tak hanya itu inisiasi nyamuk ber-Wolbachia, lanjut Uut, mampu menurunkan angka rawat inap karena DBD mencapai 86%.
"Itu bukan hanya angka yang indah di atas kertas, tetapi juga teman-teman bisa mendengar sendiri, bagaimana ini kemudian berdampak pada program pengendalian dengue maupun dalam kehidupan masyarakat, " kata Uut.
BACA JUGA: Nyamuk Ber-Wolbachia Sukses Tekan DBD, Anggaran Fogging Dipangkas Ratusan Juta Rupiah
Berbekal hasil-hasil yang ada, implementasi teknologi Wolbachia di DIY berlanjut dilakukan di Sleman pada 2021 dan Bantul pada 2022. Penyebaran ember berisi telur nyamuk dilakukan oleh para kader masyarakat.
Pasca berakhirnya Program WMP, pemantauan terhadap jumlah kasus dan pengamatan nyamuk terus dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis, Riris Andono Ahmad menambahkan jika teknologi nyamuk ber-Wolbachia merupakan teknologi yang berkelanjutan, juga ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.
"Teknologi ini adalah teknologi yang berkelanjutan, karena sifatnya bisa diturunkan ke nyamuk berikutnya. Hanya perlu satu kali melepaskan, kemudian kita tinggal menikmati hasilnya. Populasi Wolbachia di Jogjakarta sampai saat ini masih sangat tinggi, sehingga memberikan proteksi yang berkelanjutan," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Prabowo Wacanakan Pembubaran Sejumlah Lembaga Negara, Demi Efisien Jalannya Pemerintahan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KRL Jogja Solo Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
- Jadwal KRL Solo Jogja dari Stasiun Palur, Hari Ini Minggu 12 Mei 2024
- Jadwal KA Prameks Kutoarjo Jogja Minggu 12 Mei 2024, Paling Pagi Pukul 05.25 WIB
- Jadwal KA Bandara YIA Keberangkatan dari Stasiun Tugu Minggu 12 Mei 2024
- Ramalan Cuaca BMKG Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, Sleman dan Kota Jogja Hujan Ringan
Advertisement
Advertisement