Advertisement
Bantul Tetapkan Tiga Kalurahan Pamor Budaya Tahun 2023
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih (Ketiga dari kiri) berfoto bersama lurah dari tiga Kalurahan Pamor Budaya tahun 2023, yakni Kalurahan Srimulyo, Sendangsari, dan Sitimulyo di Pendopo Manggala Parasamya II, Senin (27/11/2023). - Istimewa / dok.Pemkab Bantul
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Pemkab Bantul menetapkan tiga kalurahan sebagai Desa/Kalurahan Pamor Budaya tahun 2023. Tiga kalurahan tersebut yaitu Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Kalurahan Sendangsari Kapanewon Pajangan, dan Kalurahan Sitimulyo Kapanewon Piyungan.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Bantul, Nugroho Eko Setyanto menuturkan penetapan tersebut dilakukan setelah tiga kalurahan tersebut mendapat predikat desa budaya, desa wisata, desa prima dan desa preneur.
Advertisement
“Hasil verifikasi dilaporkan kepada Bupati Bantul dan telah ditetapkan dengan Surat Keputusan [SK] Bupati No.451/2023 tentang Penetapan Desa/Kalurahan Pamor Budaya tahun 2023,” katanya melaui rilis pada Senin (27/11/2023).
BACA JUGA: 15 Bangunan di Bantul Ditetapkan sebagai Cagar Budaya
Nugroho mengatakan ketiga kalurahan itu juga mendapat tombak berdapur “cekel” dengan pamor “Wos Wutah”. Selain itu mendapat dukungan anggaran bagi Desa/Kalurahan Pamor Budaya yang belum ditetapkan sebagai Desa/Kalurahan yang mandiri Budaya melalui kegiatan di perangkat daerah pengampu. Kemudian juga mendapat rekomendasi Bupati kepada Gubernur DIY bagi yang belum ditetapkan sebagai Desa/Kalurahan Mandiri Budaya menjadi Rintisan Desa/Kalurahan Mandiri Budaya.
Sementara Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih menyampaikan tiga Kalurahan Pamor Budaya tersebut diharapkan dapat terus mengembangkan kebudayaan setempat dan meningkatkan kesejahteraan dan kebersihan lingkungan.
“Bicara soal kebudayaan tidak hanya urusan seni pertunjukan belaka, untuk itu perlu diperhatikan aspek kebudayaan lain untuk kesejahteraan masyarakat, untuk kebersihan lingkungan, harus juga diperhatikan,” katanya.
Halim meminta kalurahan tidak hanya mengejar penghargaan namun tetap konsisten mengembangkan budaya di kalurahan masing-masing. "Nanti kita lihat kalurahan mandiri budaya tapi sampah masih bertebaran dimana-mana dan masih ada masyarakat yang tidak mau gotong royong, ini akan dikoreksi lagi. Oleh karnanya jangan hanya mengejar penghargaan tapi ada konsekuensi agar bisa konsisten dan mengembangkan kebudayaan di kalurahan masing-masing,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Konflik Laut Hitam Memanas: Ukraina Klaim Hancurkan Kapal Selam
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- IAS Gelar Pelatihan Facility Care Bersertifikasi BNSP untuk Warga YIA
- Nataru Lancar, Kontraktor Tol Jogja-Solo Tambal Jalan dan Stop Truk
- Viral Dugaan Klitih Ngampilan, Polisi Kumpulkan Saksi
- Nataru di Gunungkidul, Ibu Hamil Didata dan Pengamanan Disiapkan
- Aduan Terbanyak Ombudsman DIY 2025: Pemda, Kepolisian, Layanan Swasta
Advertisement
Advertisement




