Advertisement

Promo November

Ada Badai Anggrek, Cempaka, Dahlia, Ini Penyebab Siklon Tropis Diberi Nama Bunga

Restu Wahyuning Asih, Catur Dwi Janati, & Budi Cahyana
Jum'at, 19 Januari 2024 - 18:42 WIB
Budi Cahyana
Ada Badai Anggrek, Cempaka, Dahlia, Ini Penyebab Siklon Tropis Diberi Nama Bunga Ilustrasi siklon tropis atau badai. Badai Anggrek yang muncul di barat daya Bengkulu menyebabkan sebagian wilayah Indonesia diguyur hujan berhari-hari. - Pixabay

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Hujan berhari-hari di DIY dan wilayah Indonesia lainnya belakangan ini disebabkan Badai Anggrek atau Siklon Tropis Anggrek. Siklon tropis saat ini diberi nama bunga.

Sebelum dilanda Badai Anggrek, Indonesia sudah beberapa kali dilanda siklon tropis. Badai Cempaka menimbulkan kerusakan besar di sejumlah wilayah DIY pada akhir 2017 hingga awal 2018. Ada juga juga Badai Dahlia pada 2017 dan Badai Bakung pada 2014. Sementara, Badai Anggrek pertama kali terdeteksi pada 2010.

Advertisement

Siklon tropis yang melanda Indonesia diberi nama oleh Tropical Cyclone Warning Center atau TCWC, yaitu pusat peringatan dini siklon tropis milik BMKG yang dibentuk pada 2008 di kantor pusat Jakarta.

BACA JUGA: Kedungwanglu Gunungkidul Diterjang Banjir akibat Badai Anggrek, Sebagian Warga Terisolasi

TCWC mengusulkan dan memberikan nama pada bibit siklon yang sudah menjadi siklon tropis yang terbentuk di titik koordinat 0-10 derajat LS dan 90-125 derajat BT. Setiap negara boleh mengajukan 10 nama untuk siklon tropis. Nama-nama itu kemudian dikaji Komite Topan Organisasi Meteorologi Dunia atau World Metereological Organization (WMO) yang berbasis di Tokyo, Jepang.

Semula, siklon tropis diberi nama orang-orang suci dalam tradisi Katolik. Siklon tripis pernah diberi nama Badai Santa Ana hingga Badai San Felipe. Siklon tropis tidak boleh dinamai dengan nama yang mengesankan penjahat. WMO berhak memveto penamaan siklon tropis yang justru makin menimbulkan ketakutan.

BMKG memberi nama siklon tropis dengan nama bunga, mulai dari Anggrek, Bakung, Cempaka, hingga Dahlia, untuk menghilangkan kesan menakutkan terhadap badai dan agar masyarakat lebih tenang menghadapi dampaknya.

Siklon tropis adalah badai berkekuatan besar yang tumbuh di perairan laut di sekitar daerah tropis. Penyebabnya adalah suhu permukaan laut yang hangat, kelembaban tinggi, dan kondisi suatu atmosfer. Siklon ini juga menyebabkan gelombang tinggi, hujan lebat, hingga angin kencang. Kondisi ini juga muncul karena adanya perubahan suhu pada permukaan laut. Suhu laut yang hangat akan membentuk energi kinetik. Makin lama makin besar membentuk pusaran.

Badai dapat berlangsung selama tiga hari sampai dengan 18 hari dan melemah saat memasuki lautan dengan suhu dingin karena energi badai berasal dari lautan hangat.

Jika muncul di wilayah sekitar India atau Australia, fenomena cuaca ini disebut dengan istilah siklon. Sementara, apabila muncul di Samudera Pasifik Barat, badai akan disebut disebut badai tropis atau topan. Adapun jika muncul di Samudera Atlantik dinamai hurricane.

BACA JUGA: Penjelasan Lengkap Badai Anggrek, Siklon Tropis Penyebab Hujan Berhari-hari

Dosen sekaligus Ketua Program Studi Sarjana Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM, Emilya Nurjani menjelaskan asal muasal terbentuknya Siklon Tropis Anggrek yang akhir-akhir ini melanda Indonesia.

Pada 16 Januari 2024 bibit Siklon Tropis 98S dikonfitmasi berubah menjadi Siklon Tropis Anggrek sekitar pukul 01.00 WIB. Siklon ini membawa dampak signifikan di wilayah Indonesia. Salah satunya menyebabkan potensi hujan lebat pada 16 Januari sampai dengan 22 Januari 2024.

Emilya mengatakan siklon merupakan sistem tekanan udara rendah yang berkembang di daerah tropis. Siklon tropis biasanya berkembang dari kondisi depresi tropis, menjadi badai tropis dan akhirnya berubah menjadi siklon tropis.

“Efek coriolis merupakan salah satu faktor pendorong terbentuknya siklon. Selain itu suhu permukaan laut hangat yang menghasilkan uap air yang banyak menjadi bahan bakar ideal untuk pembentukan siklon,” kata Emilya dalam keterangan tertulis, Jumat (19/1/2024).

Siklon tropis seperti Badai Anggrek umumnya terjadi di laut dan di daerah garis ekuator antara 5-30 derajat lintang utara dan selatan. Beberapa daerah di selatan Indonesia dilaporkan terdampak oleh ekor Siklon Tropis Anggrek. Kondisi ini membawa konsekuensi seperti peningkatan intensitas curah hujan, gelombang tinggi, dan peningkatan kecepatan angin.

"Tekanan udara yang tinggi di wilayah Asia menyebabkan pergerakan angin ke wilayah selatan bumi yang mendukung pembentukan siklon di wilayah selatan Indonesia," ujar dia.

BACA JUGA: DIY Dilanda Cuaca Ekstrem hingga Sepekan ke Depan, Ternyata Ini Pemicunya

Sementara, Kepala Stasiun Meteorologi Jogja Warjono mengungkapkan dari hasil analisis pada Jumat (19/1/12024) pukul 07.00 WIB, Badai Anggrek masih berada di Samudera Hindia di barat daya Bengkulu, tepatnya sekitar 1380 kilometer sebelah barat daya Bengkulu. Siklon tropis bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan tiga knot atau enam kilometer per jam menjauhi wilayah Indonesia.

Warjono memperkirakan selama 24 jam ke depan yakni hingga Sabtu (20/1/2024) pukul 07.00 WIB, Badai Anggrel masih akan berada di Samudra Hindia barat daya Bengkulu. Namun, jaraknya berada di sekitar 1460 kilometer sebelah barat daya Bengkulu, menjauh 80 kilometer dari posisi sebelumnya.

“Diperkirakan intensitas Siklon Tropis Anggrek berada di Kategori 1 dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah barat daya menjauhi wilayah Indonesia,” ujar dia.

Pada Kategori 1, siklon tropis memiliki intensitas kecepatan angin 35-47 knot. Angka itu setara 63-88 kilometer per jam. Pada Kategori 2, kecepatan siklon tropis 83-95 knot, atau 154 hingga 177 kilometer per jam. Siklon pada Kategori 2 akan merusak rumah yang konstruksinya kurang bagus dan menumbangkan pohon.

Di Kategori 3, siklon tropis berkecepatan 96-112 knot, atau 178-208 kilometer per jam dan dapat menyebabkan kerusakan parah seperti memecahkan jendela kaca hingga memorakporankanan atap rumah. Di Kategori 4, siklon tropis berkekuatan 113-136 knot atau 209-251 kilometer per jam dan bisa mengambrukkan rumah. Siklon tropis paling merusak adalah di Kategori 5 dengan kecepatan 137 knot atau 252 kilometer per jamnya. Badai ini dapat menghancurkan mobil, rumah, hingga mencabut pohon sampai akarnya.

BACA JUGA: Hujan sejak Semalam hingga Siang Ini, Belasan Pohon di Bantul Tumbang Timpa Sejumlah Rumah

Badai Anggrek masih berada di Kategori 1 dan kekuatannya tidak terlalu merusak. Namun, hujan terus menerus yang diakibatkan siklon tropis ini bisa mengakibatkan banjir hingga tanah longsor.

Warjono menjelaskan keberadaan Badai Anggrek memicu dampak tidak langsung berupa penumpukan awan hujan yang terus menerus melewati Jawa karena tekanan rendah di wilayah Australia.

Dengan awan hujan yang terus menumpuk, potensi hujan disertai petir akan berlangsung di sejumlah wilayah, tak terkecuali di wilayah DIY.

“Waspada potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang berdampak bencana hidrometeorologi seperti longsor di pegunungan, pohon tumbang serta genangan air atau banjir. Selalu pantau info BMKG,” ujar Warjono.

Selain Badai Tropis Anggrek, terdeteksi pula tekanan udara rendah di Australia. Ini ditunjukkan dengan adanya pola angin baratan (Monsoon Asia) yang mendominasi wilayah Jawa pada umumnya dan DIY khususnya. Pola angin itu bertiup dari arah Barat Daya-Barat Laut dengan kecepatan berkisar 20-40 kilometer per jam.

BACA JUGA: Cuaca Ekstrem Ancam Jogja, BPBD Pastikan Alat Pemantau Bekerja Maksimal

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan akibat Badai Anggrek, potensi hujan lebat pada periode 16-18 Januari 2024 yakni Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua.

Kemudian potensi hujan lebat pada periode 19-22 Januari 2024 di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya

News
| Jum'at, 22 November 2024, 15:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement