Advertisement
Dampak Cuaca Buruk Terjadi Penurunan Produksi Ikan Tangkap
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL–Cuaca buruk yang menerjang perairan selatan Pulau Jawa menyebabkan penurunan produksi ikan tangkap di Bantul. Beberapa nelayan di Bantul pun mengaku masih tidak melaut lantaran cuaca buruk.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi untuk wilayah perairan selatan Pulau Jawa pada 25-27 Januari 2024 pukul 19.00 WIB. Dari parkiran tersebut tinggi gelombang diperkirakan mencapai 2,5-4 meter.
Advertisement
BACA JUGA: Sempat Amblas Usai Diresmikan, Jalan Tawang - Ngalang Kembali Dibuka
Subkoordinator Kelompok Substansi Perikanan Tangkap dan Pemberdayaan Nelayan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul, Pramahdiansyah menyampaikan cuaca buruk yang melanda perairan Selatan Bantul mengakibatkan penurunan produksi perikanan tangkap di Bantul dalam dua minggu belakangan.
“Secara umum sepertinya sama [kondisi nelayan di pantai selatan Bantul], karena kendalanya gelombang dan cuaca yang merupakan hal umum. Tingkat kesulitan masuk dan keluar lautnya yang mungkin dapat membuat perbedaan trip,” ucapnya, Kamis (25/1/2024).
Dia menyampaikan bahwa dalam dua minggu belakangan terjadi penurunan trip melaut dari rata-rata 15 trip per hari menjadi 6 trip per hari.
Sementara jumlah produksi ikan tangkap mengalami penurunan pula dari sekitar 383 kg per hari menjadi 250 kg per hari. Untuk jenis ikan yang ditangkap menurut Pram mayoritas masih ikan bawal. Sementara jenis ikan yang diperoleh nelayan menurun dari 10-15 jenis menjadi 5-6 jenis.
BACA JUGA: Sepanjang 2023 OJK DIY Terima 1.639 Aduan, Mayoritas Sektor Perbankan
Lebih lanjut nelayan Pantai Samas, Tri Jarwanto mengaku dalam beberapa hari belakangan dia tidak melaut lantaran cuaca buruk. Meski begitu, menurut Tri, saat ini masih ada sekitar 2 kapal yang melaut di Pantai Samas. Meski begitu, menurut Tri, jarak tempuh kedua kapal tersebut masih pendek berkisar 1-2 mill dari bibir pantai.
“Belum [melaut]. Tadi melaut cuma 2 kapal, jam 8 sudah kembali untuk hasilnya juga tidak mencukupi untuk biaya operasional,” katanya.
Sementara biasanya nelayan melakukan perjalanan sekitar pukul 05.30-09.00 WIB. Dengan waktu tempuh tersebut, menurut Tri jumlah tangkapan ikan masih belum optimal. Dia mengeluh penghasilan dari ikan tangkap tersebut masih belum menutup biaya operasional sekali melaut.
Dalam sekali melaut menurut Tri biaya operasional mencapai Rp.150-250 ribu, sementara pendapatan nelayan per hari selama cuaca buruk berkisar Rp.100 ribu.
Dia menyampaikan selama cuaca buruk, beberapa nelayan pun melakukan beberapa pekerjaan sambilan lain, antara lain menjadi nelayan tangkap di sungai, menggarap lahan pertanian dan sebagian lainnya memperbaiki jaring.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Ketua DPD RI Usulkan Dana Zakat untuk MBG, Kepala BGN: Kami Fokus Pakai APBN Dulu
Advertisement
Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025
Advertisement
Berita Populer
- Datangi DPRD Kota Jogja, Pedagang Teras Malioboro 2 Minta Pengundian Diulang
- Tak Perlu Repot, Kini Bikin Paspor Tinggal ke Kantor Mal Pelayanan Publik Bantul
- DKPP Bantul Jadwalkan Penyaluran Vaksin PMK pada Februari 2025
- Begini Langkah Dinas Pariwisata Gunungkidul untuk Mencapai Target 3,5 Juta Wisatawan di 2025
- Produksi Susu Sapi di Sleman Mencapai 4,3 Juta Liter
Advertisement
Advertisement